Part 29

588 84 7
                                    

Happy reading 😊

Dengan gerakan lembut, Akira mengusap perut buncitnya. Dari tempatnya berdiri, yakni di depan kamar Natasha, Akira bisa mendengar suara tangisan putri sambungnya itu.

Setelah pertemuannya dengan Anastasia di depan gerbang berakhir, tanpa menunda-nunda Marvin langsung mendiskusikannya bersama Akira, mengenai permintaan Anastasia yang ingin bertemu dengan Natasha.

Setelah berdiskusi, akhirnya diputuskan kalau Marvin akan menjelaskan pada Natasha mengenai ibu kandungnya itu.

Hal itulah yang menjadi penyebab tangisan Natasha saat ini. Gadis kecil itu dibuat bertanya-tanya kenapa ibu kandungnya pergi meninggalkannya, sehingga selama beberapa tahun ia kehilangan sosok Ibu, sebelum akhirnya bertemu dengan ibu sambungnya.

Natasha benar-benar merasa kecewa pada ibu kandungnya dan ia meluapkan itu dengan menangis sekeras-kerasnya di dalam pelukan sang Papa.

"Kenapa? Kenapa Ibu kandung Nat-Nat pergi? Kenapa dia pergi meninggalkan Nat-Nat? Apa Nat-Nat tidak diinginkan?" Untuk kesekian kalinya Natasha menanyakan itu dengan keadaan terisak-isak.

Marvin lagi-lagi bergeming, ia tidak bisa berbohong ataupun jujur mengenai penyebab kepergian Anastasia saat itu. "Kita akan tanyakan itu bersama nanti," bisik Marvin sambil mengelus lembut rambut kecoklatan putrinya.

"Tidak mau! Nat-Nat tidak mau bertemu dengannya! Nat-Nat sudah punya Mama, yaitu Mama Akira! Nat-Nat tidak butuh dia!" Natasha kembali menangis histeris dalam pelukan Marvin.

Marvin tak bisa berkata-kata, ia bingung bagaimana cara membujuk Natasha agar mau bertemu dengan Anastasia. Dirinya juga tidak bisa memaksa putrinya, takut itu bisa mempengaruhi mentalnya.

Akira menghela nafas, ia yang sedari tadi hanya berniat untuk menjadi pendengar, akhirnya berjalan masuk ke dalam kamar Natasha.

Dengan gerakan pelan Akira duduk di dekat Natasha, dan langsung mengusap kepalanya lembut. "Dia Mama yang sudah membawa Nat-Nat di dalam perutnya selama 9 bulan." Masih dengan isakannya, Natasha berbalik menatap Akira.

"Dengan perut besar, Mama Nat-Nat menjalankan semua aktivitasnya. Melihatku sekarang yang sedang mengandung adik bayi, Nat-Nat bisa membayangkan kan, bagaimana perjuangan Mama Nat-Nat?" Tangisan Natasha mulai mereda menyisakan isakan kecil dari mulutnya.

Akira dengan lembut mengusap sisa air mata Natasha. "Dengan penuh kasih sayang, dia pasti sering mengelus perutnya yang berisi Natasha dan berdoa agar Natasha lahir dengan sehat, itu pasti."

Marvin yang juga turut mendengar perkataan Akira, tanpa sadar ingatannya terlempar ke masa lalu, masa dimana ia sedang menemani Anastasia saat sedang mengandung Natasha. Saat itu dirinya benar-benar merasa bahagia, ia bahkan rela melakukan apapun untuk memenuhi ngidam Anastasia.

Saat sadar kalau ia sedang mengenang masa lalunya, Marvin dengan cepat menepis semua ingatannya tentang Anastasia.

Marvin menatap dalam-dalam wajah Akira, senyum tipis secara perlahan muncul di bibirnya. Ya, ingatannya bersama Anastasia tak berarti lagi karena itu semua sudah tergantikan dengan ingatan indahnya bersama dengan Akira, perempuan yang saat ini begitu ia cintai.

"Nat-Nat mau bertemu dengan dia, tapi tidak mau cepat-cepat." Natasha menoleh kearah Marvin, dengan bibir mencebik ke bawah.

Marvin tersenyum tipis, ia lalu mengusap kepala Natasha. "Iya, kapanpun kamu siap sayang." Marvin mengecup kepala Natasha.

Marvin merentangkan tangannya dan langsung memeluk Akira dan Natasha sekaligus. Diam-diam Marvin mengecup kepala Akira, lalu berterimakasih tanpa mengeluarkan suara. Akira menanggapinya dengan satu kali anggukan.

Weird GirlWhere stories live. Discover now