Part 9

1K 113 6
                                    

Happy reading 😊

Tidak ada angin ataupun hujan, bahkan cuaca diluar tampak begitu cerah, tiba-tiba saja Akira yang baru selesai menonton berita infotainment tentang artis yang sedang menikah, kembali mengingat kata-kata siswa yang saat itu ia tolak. Dimana siswa itu mengatakan, kalau tidak akan ada laki-laki yang mau menerima keanehannya.

Setelah mematikan televisinya, Akira berjalan keluar ruang tamu. Kakinya melangkah menuju kamar orangtuanya.

Didalam kamarnya, Aiko yang tengah bersenandung sambil membereskan ranjang, tiba-tiba saja dibuat terkejut, saat melihat sebelah wajah putrinya mengintip di celah pintu. Rasanya ia seperti melihat hantu, yang ada didalam film horor.

"Akira. Mamah bisa jantungan tahu!" Aiko menormalkan nafasnya yang sempat terengah.

"Maaf," ucap Akira. Ia berjalan masuk menghampiri sang Mamah.

"Ada apa?" Aiko duduk di pinggir ranjang. Akira terdiam untuk beberapa saat, wajahnya yang datar tidak menunjukkan kalau saat ini ia tengah ragu.

Dengan lembut, Aiko menarik tangan Akira hingga keduanya duduk bersebelahan. "Mau cerita sesuatu?" Aiko seolah mengerti dengan apa yang dirasakan putrinya, walaupun Akira tidak menampakkan ekspresi itu. Ikatan batin Ibu dan anak memang luar biasa.

"Memangnya tidak ada laki-laki yang mau denganku?"

Mata Aiko sempat terbelalak untuk beberapa saat, namun dengan cepat ia kembali menormalkan ekspresi wajahnya. Ia tidak menyangka Akira akan memberikan pertanyaan seperti itu.

"Siapa yang bilang. Putri Mamah ini cantik, laki-laki mana yang tidak suka?" Aiko memegang kedua sisi pipi Akira.

Akira menoleh, kearah cermin yang ada disudut kamar. "Cantik itu relatif. Perempuan manapun bisa jadi cantik kalau ada modalnya. Tapi, apa aku memiliki sisi positif, yang bisa membuat laki-laki suka padaku?"

Aiko memegang dagunya, ia tampak berfikir keras. Ia tengah mencari jawaban yang tepat.

Mata hitam Aiko bergulir keatas kebawah, seolah memindai putrinya. Baik? Tidak. Sebagai ibunya, Aiko tahu Akira tidak bisa disebut sebagai orang baik, namun tidak bisa juga disebut jahat. Daripada disebut baik, putrinya bisa dibilang masih memiliki rasa kemanusiaan. Lemah lembut? Tidak. Putrinya tidak bisa begitu. Ia masih mengingat jelas, bagaimana dulu sewaktu kecil putrinya mencekik hewan peliharaan tetangganya hingga hampir mati lemas. Bahkan ia beberapa kali dipanggil ke sekolah, karena Akira melakukan kekerasan pada siswa lain dengan dalih melindungi diri. Pintar? Putrinya pintar dalam segala mata pelajaran, namun tidak dalam matematika.

"Kamu pintar sayang. Walaupun kamu tidak pandai matematika, tapi dalam mata pelajaran lain, kamu luar biasa. Beberapa laki-laki menyukai perempuan pintar. Kamu juga perempuan yang jujur." Aiko mengelus rambut hitam Akira.

Mendengar itu, Akira seolah  mendapatkan angin segar. Ia mengangguk pelan. Berarti masih ada harapan, ia disukai oleh laki-laki.

"Memangnya ada apa kamu tanya begitu?" Aiko menatap putrinya dengan penasaran.

"Ada yang bilang, aku tidak akan disukai laki-laki karena sikap anehku," jelas Akira dengan jujur.

Wajah Aiko seketika memerah, ia kelihatan begitu marah. Mana rela dia, putrinya dihina tidak akan bisa menarik lawan jenisnya. "Mulut siapa yang bilang begitu?! Enak aja."

"Orang yang ku tolak cintanya. Habisnya dia berisik sekali. Aku tidak suka."

Wajah Aiko terlihat begitu kesal, yang ditujukan pada laki-laki itu. "Jangan dipikirkan. Laki-laki itu hanya merasa kesal karena kamu menolaknya. Ucapannya tidak bisa dipertanggung jawabkan." Akira mengangguk satu kali, mengerti dengan kata-kata Aiko.

Weird GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang