Part 20

756 98 8
                                    

Happy reading 😊

Bruk!

Langkah mereka untuk menuju restoran timur tengah terhenti.

Akira dan Natasha reflek menoleh ke belakang saat mendengar suara tubrukan, dimana itu berasal dari seseorang yang tanpa sengaja menabrak Marvin.

Setelah mengucapkan maaf, seseorang itu kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Marvin.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Akira dengan ekspresi datarnya.

"Aku baik-baik saja." Marvin tampak meraba-raba badannya, hingga akhirnya ia sadar dompetnya hilang.

Marvin menoleh ke belakang, kearah perginya orang yang tadi menabraknya. "Tunggu disini." Marvin langsung berlari mengejar sosok yang ia duga telah mencuri dompetnya. Meninggalkan Akira dan Natasha yang bahkan tidak sempat menjawabnya.

Marvin menoleh ke kanan kiri, ia melihat punggung seseorang yang tadi menabraknya masuk ke sebuah jalan kecil. Dengan cepat Marvin langsung menyusulnya.

Belum sempat seseorang itu sampai di ujung jalan, Marvin menarik jaketnya hingga orang itu terjungkal dan terduduk di aspal.

Saat sadar yang menariknya adalah Marvin, pria yang dompetnya ia ambil, sosok itu yang tidak lain adalah seorang laki-laki langsung mengambil balok kayu yang tergeletak di aspal. Ia memutar tubuhnya dan mengarahkan balok kayu itu untuk menyerang Marvin.

Dengan refleks cepat, Marvin melompat mundur. Dengan gerakan cepat, Marvin mengarahkan kaki panjangnya ke arah laki-laki itu dan menendangnya dengan keras tepat di wajah. Membuat laki-laki itu kembali terjungkal dan punggungnya menghantam aspal dengan keras.

Sembari meringis kesakitan laki-laki itu mulai berdiri dengan sempoyongan, tangannya mengambil sesuatu dari dalam kantung jaketnya. Itu adalah sebuah pisau lipat.

Melihat pissu itu tak ada rasa gentar pada wajah Marvin, yang ada hanya ekspresi dingin mengintimidasi, yang mampu menghantarkan rasa takut pada lawannya. Marvin bertingkah, seolah telah terbiasa berada dalam situasi seperti ini.

Akira menoleh ke kanan dan kiri, 3 menit telah berlalu dan suaminya belum menampakkan batang hidungnya.

"Papa lama sekali," Natasha menggoyangkan tangannya yang di genggam Akira, dengan ekspresi bosan.

"Sebentar lagi." Akira menarik tangan Natasha untuk duduk di kursi yang ada di depan sebuah toko.

Akira memijat kakinya yang pegal, seolah sudah berdiri selama berjam-jam. Padahal tidak ada sepuluh menit ia berdiri.

Melihat itu, Natasha tampak iba. "Mama sini, Nat-Nat yang pijat." Gadis kecil itu dengan sigap memijat betis Akira, hal itu membuat pegal di kaki Akira menjadi berkurang.

"Terimakasih." Akira mengusap kepala Natasha. Dibalas gadis kecil itu dengan cengiran ceria.

Mata Akira tampak memperhatikan cincin emas putih milik Natasha, yang baru ia sadari mengedipkan cahaya kebiruan yang berasal dari batu permatanya.

"Ini sedikit aneh, aku baru melihat cincinmu jadi seperti ini." Akira mengangkat jemari Natasha.

Natasha mengangguk. "Kata Grandpa, cincin ini akan berkedip jika Nat-Nat berada di Rusia dan dimulai tepat saat Natasha melewati perbatasan."

Akira mengangguk pelan, unik juga. Tapi Akira tebak, cincin ini bukan hanya sebagai penanda Natasha sudah berada di Rusia, namun juga berfungsi sebagai hal lain.

"Manfaat lainnya apa?" Tanya Akira dengan ekspresi datarnya.

Natasha mencoba mengingat. Tak lama, ia langsung menjentikan jarinya tanda kalau ia telah mengingatnya. "Kata Grandpa-"

Weird GirlWhere stories live. Discover now