Part 19

774 88 6
                                    

Happy reading 😊

Suasana terlihat begitu ramai, para penumpang yang baru sampai di bandara kota berbondong-bondong menuju hall kedatangan.

Marvin dan Natasha memperhatikan Akira yang sedang melewati bagian imigrasi. Sedangkan keduanya tak perlu melakukan hal itu, karena masih tercatat sebagai warga negara disana.

Setelah selesai, ketiganya kembali berjalan menuju pintu keluar. Dengan Akira yang menggandeng Natasha, sedangkan Marvin mendorong troli yang berisi koper. Mereka akan menetap selama 2 Minggu, itulah mengapa barang bawaan mereka cukup banyak.

Saat berada di luar bandara, dengan ekspresi datarnya Akira tampak memindai sekelilingnya. Memperhatikan orang-orang yang tengah lalu-lalang.

Pandangan Akira lalu beralih pada Marvin. Dengan mata tajamnya, suaminya itu tampak sibuk memperhatikan sekelilingnya dengan waspada.

"Aku curiga, jangan-jangan di sini kamu adalah buronan." Mendengar celetukan Akira, seketika Marvin tersedak air liurnya. Membuat Natasha langsung kebingungan karena tiba-tiba sang Papa terbatuk-batuk.

Marvin langsung bersidekap sembari menatap wajah datar istrinya. "Tidak benar ya?" Tanya Akira tanpa rasa bersalah.

"Tentu saja tidak benar." Marvin menyentil kening Akira. "Sudah, jangan dibahas lagi."

Marvin menggenggam tangan Akira. "Oh ya. Selamat datang di tanah kelahiranku, ku harap kamu merasa nyaman di sini,"  Marvin tersenyum dengan penuh pesona.

"Iya Mama, selamat di Rusia," Natasha berucap riang.

"Hm," balas Akira.

Tidak lagi membuang waktu, ketiganya segera menghampiri taksi yang tak jauh dari mereka, untuk pergi menuju hotel tempat mereka menginap.

Di salah satu sudut area penjemputan, sebuah mobi jenis sedan tampak terparkir rapi disana. Secara perlahan jendela mobil itu turun, menampakkan seorang pria yang duduk di kursi belakang. Mata pria itu sedari tadi tidak teralihkan dari pintu keluar bandara.

Matanya tajam pria itu tertuju pada satu arah. Pada Marvin yang sedang membantu supir memasukkan koper ke dalam bagasi.

Secara perlahan pria itu menyeringai, membuatnya terlihat menakutkan. "Ini benar-benar hari keberuntunganku, karena melihat kedatangan dari kelemahan si tua Czaren itu." Ia terkekeh kecil.

"Hei, ayo pergi. Ikuti taksi itu." Pria itu menunjuk taksi Marvin untuk memberitahu anak buahnya yang berdiri di samping mobil.

"Tapi bukannya Tuan-"

"Tutup mulutmu dan kerjakan yang aku perintahkan, jika tidak mau aku mengemudi di samping mayatmu," ucapan pria itu mampu membuat anak buahnya gemetar. Dengan cepat, anak buahnya mengangguk dan langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh bosnya.

*
*

Sepanjang perjalanan, Akira tidak henti-hentinya menatap pemandangan yang dilihatnya sepanjang jalan. Ekspresi datar yang terpahat sempurna di wajahnya, menutupi kalau saat ini sebenarnya Akira begitu antusias dan bersemangat.

Tidak berbeda jauh dengan Akira, Natasha tak kalah antusias. Walaupun saat usia 3 tahun ia pernah datang kemari, ia masih tetap bersemangat. Marvin pun tak kalah sibuk, ia sesekali menoleh ke belakang dengan waspada, seolah memastikan tidak ada yang mengikuti taksi mereka.

Sesampainya di hotel, ketiganya segera menuju resepsionis untuk check in.

Dengan ekspresi datarnya juga sebelah tangannya menopang kepala, Akira memperhatikan Marvin yang tengah melakukan check in. Terlihat suaminya berbicara dengan bahasa Rusia, yang sama sekali tidak ia mengerti.

Weird GirlWhere stories live. Discover now