Part 27

606 84 8
                                    

Happy reading 😊

Alunan musik klasik masih menggema di dalam mansion tempat pesta diadakan.

Sambil bersandar pada dinding yang berhadapan dengan pintu toilet, Marvin berdiri untuk menunggu giliran masuk.

Saat pintu didepannya terbuka secara bersamaan pintu disebelahnya yang merupakan toilet perempuan juga terbuka.

Marvin yang baru ingin melangkahkan kakinya memasuki toilet seketika dibuat berhenti saat dipanggil oleh seseorang yang keluar dari toilet perempuan.

"Marvin, itu kamu kan?" Perempuan itu bertanya karena hanya melihat punggung Marvin sehingga takut kalau salah orang.

Ekspresi Marvin yang awalnya biasa saja berubah menjadi datar juga sangat dingin. Secara perlahan Marvin menoleh dan mendapati seorang perempuan yang tingginya hampir menyamainya, dengan kulit putih bersih dan wajah bak boneka sedang menatap ke arahnya. Tanpa diberitahu pun, semua orang pasti bisa menebak kalau perempuan itu merupakan seorang model atau aktris.

Mata perempuan itu terbelak saat tahu kalau ia tidak salah orang, secara perlahan bibirnya yang dibalut dengan gincu merah tersenyum lebar.

"Ya ampun, kamu benar-benar Marvin." Perempuan itu berjalan mendekat, tak mempedulikan ekspresi wajah Marvin yang sangat dingin seolah tak ingin diganggu. "Bagaiman kabarmu? Kapan kembali kemari?" Perempuan itu menyentuh lengan Marvin, seolah sudah kenal dekat dengan pria itu.

"Beberapa bulan yang lalu." Tak melunturkan ekspresi datarnya, Marvin menjawab pertanyaan perempuan itu seadanya.

Perempuan itu tersenyum, seolah begitu senang dengan jawaban Marvin. "Ini sudah bertahun-tahun lamanya kita tidak bertemu. Aku benar-benar sangat senang." Perempuan itu terdiam sebentar. "Lalu. . . bagaimana keadaan putri kita? Aku belum pernah melihatnya lagi sejak hari dimana kita berpisah. Bahkan aku tidak tahu wajahnya saat ini bagaimana? Melihatmu disini, aku tiba-tiba jadi merindukannya."

Tak ada jawaban dari Marvin, walau begitu tangan Marvin sedari tadi sudah terkepal erat karena menahan amarah. Bagaimana dirinya tidak marah? Perempuan didepannya ini bersikap seolah dia dipaksa untuk pergi dari kehidupan putrinya, padahal kenyataannya dirinya sendiri yang memutuskan untuk pergi.

"Baik." Marvin berusaha untuk menenangkan diri, ia tidak ingin memicu pertengkaran di acara bahagia orang lain.

Perempuan itu tersenyum sumringah. "Aku ingin bertemu-"

"Untuk apa?! Kau sudah lama pergi dari kehidupan kami, lalu untuk apa kau kembali lagi?! Jangan bersikap seolah aku yang memaksamu untuk meninggalkan Natasha!" Tanpa sadar Marvin menaikan suaranya.

Perempuan itu menunduk. Namun dengan cepat ia kembali menegakan kepalanya. "Kau tahu bukan, saat itu aku belum siap-"

Marvin mengangkat sebelah tangannya. "Sudah cukup! Aku sudah tahu, bukan itu alasan sebenarnya!" Perempuan itu membelak terkejut, tangannya gemetar ketakutan bahkan ekspresi wajahnya sudah berubah tidak karuan.

Marvin menatap perempuan itu dari atas sampai bawah dengan ekspresi dinginnya, lalu tersenyum miring. "Kalau dilihat-lihat, kau sepertinya sudah mendapatkan apa yang kau inginkan ketika menjalin hubungan dengan pria itu. Sekarang kau nikmati itu, dan jangan ganggu hidupku dan putriku."

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Marvin langsung melangkahkan kakinya memasuki toilet dan menutup pintunya dengan sedikit keras.

Perempuan itu seketika dibuat lemas, kakinya seolah tak mampu menahan berat tubuhnya. Ternyata selama ini Marvin sudah mengetahui semuanya, namun pria itu justru memilih untuk diam dan pergi. Hal itu benar-benar membuatnya hati kecilnya merasa bersalah.

Weird GirlWhere stories live. Discover now