Part 40

547 62 9
                                    

Huhuhu... Maaf ya aku baru update, karena kesibukan di dunia nyata, saking lamanya sampai berdebu lapak ini, 😣😣 sekali lagi maaf ya semuaa.. semoga ini bisa melepas rindu dengan Akira dan juga Marvin...

Happy reading 😊

Beberapa bulan telah berlalu sejak insiden rumah sakit yang hampir merenggut nyawa Akira.

Setelah hari itu, tidak ada lagi gangguan-gangguan yang mengancam nyawa keluarga Czaren, atau lebih tepatnya belum ada, karena orang yang paling berambisi menghancurkan keluarga Czaren yakni Igor sedang dibuat sibuk dengan pekerjaannya. Setelah Ayah dari pria itu mengalami koma, Igor mau tak mau harus mengambil alih seluruh pekerjaan Ayahnya.

Dengan perasaan gugup, Marvin sesekali menatap jam dinding yang ada di lorong rumah sakit. Saat ini, ia sedang menunggu Akira yang tengah menjalani terapi.

Padahal selama beberapa bulan ini, Marvin selalu setia menemani istrinya itu menjalani terapi, tapi entah kenapa hari ini Akira tiba-tiba menolak untuk ditemani. Alhasil, Marvin harus menunggu di depan ruang terapi dengan perasaan cemas.

Begitu mendengar suara pintu terbuka, Marvin dengan cepat berdiri dari duduknya. Akira dengan perutnya yang sudah semakin besar, berjalan keluar dengan ekspresi datar khasnya ditemani oleh seorang perawat.

Marvin dengan cepat menggandeng tangan istrinya dan mendudukkannya ke kursi roda yang ada di dekatnya. "Sudah selesai?"

Akira mengangguk pelan.

Setelah mengucapkan terimakasih pada perawat yang menemani Akira, Marvin langsung mendorong kursi roda istrinya itu untuk pulang.

"Bagaimana tadi terapinya? Lancar?" Marvin kembali membuka obrolan di sepanjang jalan menuju lift.

Tak ada jawaban dari Akira, justru yang Marvin dapatkan adalah tangannya yang tiba-tiba digenggam oleh istrinya. Marvin menghentikan langkahnya, lalu meminggirkan kursi roda ke tepi lorong agar tak mengganggu jalan.

Marvin dengan cepat berjalan ke hadapan istrinya dan mensejajarkan tubuhnya. "Sayang ada apa? Apa ada yang kamu rasa tidak nyaman?" Marvin dengan lembut memegang kedua sisi pipi Akira.

Akira tak menjawab, ia justru menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Hal itu tentu saja membuat Marvin semakin dibuat gelisah. "Sayang, kamu kenapa? Coba turunkan tanganmu, aku ingin lihat wajahmu?" Marvin mencoba menurunkan tangan istrinya itu dari wajahnya.

Begitu Marvin berhasil menurunkan telapak tangan Akira dari wajahnya, Marvin dibuat tak bisa berkata-kata saat melihat apa yang ada di wajah istrinya saat ini.

Kaki Marvin seketika lemas, ia langsung mendudukkan tubuhnya ke lantai dengan ekspresi tak percaya.

Di depan Marvin saat ini, Akira tengah tersenyum sangat tipis. Walaupun senyum Akira tak selebar orang-orang, tapi Marvin tahu kalau ekspresi wajah istrinya saat ini adalah ekspresi yang memancarkan kebahagiaan. Dan hal itu benar-benar membuat Marvin terkejut bukan main, karena ini adalah pertama kali baginya, melihat ekspresi wajah penuh kebahagiaan istrinya.

Tanpa disadari Marvin, jantungnya berdegup keras. Bahkan pipinya sudah memerah diikuti dengan telinganya. "A-Akira,"

"Hm?" Akira memiringkan kepalanya dengan kernyitan halus di dahinya, karena melihat tingkah aneh suaminya.

Walaupun ekspresi wajah yang ditunjukkan Akira saat ini tidak sejelas orang normal pada umumnya, tapi Marvin tahu kalau saat ini istrinya sedang menunjukkan ekspresi bingung.

Masih dengan jantung yang berdebar keras, Marvin kembali bicara, "Se-sepertinya, aku jatuh cinta lagi-"

"Apa maksud-"

Weird GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang