Part 17

844 94 10
                                    

Happy reading 😊

Sepanjang lorong menuju kelasnya, Akira yang kebetulan bertemu Marwah di gerbang sekolah terus mengobrol. Hingga langkah kaki keduanya terhenti tepat di depan pintu kelas, saat laki-laki teman sekelas mereka tiba-tiba menyodorkan bunga pada Akira.

"Gua suka sama lo, lo mau jadi pacar gua?" Marwah membelakan matanya, sedangkan yang di tanya tidak menunjukkan reaksi apapun.

Laki-laki di depan Akira saat ini, adalah laki-laki yang sering menggoda Akira. Ternyata tingkah usilnya yang selalu ia lakukan pada Akira, karena ia menyimpan rasa pada Akira.

Akira menatap sekelilingnya. Semua teman-teman sekelasnya ada di dalam sana dan menatap kejadian yang mereka lihat dengan senyum geli.

"Cie.. cie.." beberapa siswa tampak menggoda si laki-laki, membuat laki-laki itu tersenyum malu.

"Terima! Terima! Terima!" Siswa yang lain berusaha memprovokasi Akira, agar menerima ungkapan perasaan teman sekelas mereka itu.

Marvin yang berniat pergi ke ruang guru, semakin mempercepat langkah kakinya saat mendengar suara ramai dari kelas Akira. Sebagai sosok yang mencintai Akira, Marvin tak pernah mau ketinggalan dengan kejadian yang berkaitan dengan istrinya.

Marvin menghentikan langkahnya, netra abu-abunya bisa melihat dengan jelas pemandangan di depannya, dari balik jendela kelas Akira.

"Apa-apaan itu?" Suara Marvin berubah serak, karena menahan kekesalannya.

Marvin langsung mengarahkan tatapan tajamnya pada laki-laki yang tengah menyodorkan bunga pada istrinya, membuat laki-laki itu tiba-tiba saja merasa merinding.

Dada Marvin terasa panas, ia mengaku dirinya saat ini tengah dibakar api cemburu. Memangnya suami mana yang rela, istrinya mendapatkan ungkapan cinta dari pria lain.

Dengan langkah lebarnya Marvin langsung mendekati mereka.

Marvin menampakkan senyum lebarnya. "Eh... ada apa ini? Pagi-pagi sudah ramai." Marvin langsung berdiri di tengah-tengah, sambil sesekali tangannya mendorong pelan laki-laki itu agar sedikit menjauh dari Akira.

Beberapa siswi langsung berbinar saat melihat kehadiran Marvin

Laki-laki itu menggaruk tengkuknya dengan malu-malu. "I-ini Pak saya-"

"Sudah-sudah sebentar lagi bel. Ayo duduk ke tempat masing-masing."

Marwah berjalan menjauh, tahu kalau suami temannya itu sedang dibakar api cemburu. Sedangkan Akira hanya menatap Marvin dengan ekspresi datarnya.

Para siswa yang masih berkumpul, mulai duduk ke tempat duduknya masing-masing.

"Jadi bagaimana Akira?" Laki-laki itu sepertinya masih keukeuh meminta jawaban Akira.

Marvin mengumpat dalam hati melihat kegigihan laki-laki di depannya ini. "Kenapa masih di sini? Ayo kembali ke tempat dudukmu." Marvin mendorong pelan punggung laki-laki itu.

"Sebentar Pak. Ini berhubungan dengan masalah percintaan saya." Laki-laki itu kembali menatap wajah datar Akira.

Akira menghela nafas dengan ekspresi datar yang tak berubah. "Tidak."

Wajah laki-laki itu tampak kecewa, sedangkan Marvin seketika bersorak riang di dalam hati.

"Kenapa? Gua berisik ya?"

Akira menggeleng. "Aku tidak terlalu terganggu dengan sikapmu. Tapi, aku tidak mencintaimu, aku juga tidak mau menjalin hubungan ini. Maaf jika aku menyakitimu."

Laki-laki itu tersenyum masam. "Iya, enggak apa-apa." Namun dengan cepat ekspresi wajahnya berubah menjadi berapi-api. "Tapi gua enggak bakal nyerah. Gua pasti bisa naklukin hati lo, tunggu aja saatnya Akira," ucapnya penuh percaya diri.

Weird GirlWo Geschichten leben. Entdecke jetzt