Part 1| Tangisan Sahabat

176 3 0
                                    

Duduk di sudut ruangan sambil menikmati alur cerita dari buku yang sedang kubaca

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Duduk di sudut ruangan sambil menikmati alur cerita dari buku yang sedang kubaca. Sahabatku datang menarik buku yang menutupi setengah wajahku. Dia sudah sangat menggangguku saat ini, dia benar-benar membuat mood-ku hilang. Entah mengapa dia bertingkah seperti anak yang ingin dibelikan permen. Dia memaksaku untuk ke taman dekat perpustakaan sembari duduk menikmati angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Dia mulai bercerita tentang seseorang dan mulai menangis. Aku sudah menduga ini sebelumnya. Dia menangis lagi karena laki-laki itu. Rasanya aku benar-benar ingin menghajar wajah laki-laki itu. Sudah berapa kali aku melihat perempuan yang duduk di sampingku ini menangis karena seorang pria. Aku hampir bosan menasehatinya bahkan bosan mendengar tangisannya. Bukan karena aku tidak kasihan, atau pun aku tidak suka mendengarkan ceritanya. Hanya karena aku makin membenci sosok yang disebut sebagai laki-laki. Justru sebaliknya, aku merasa sangat kasihan pada temanku ini. Masalahnya, bukan hanya cerita dia saja yang sudah kudengar. Tetapi, cerita perempuan lainnya yang memang kebetulan suka mencurahkan isi hatinya padaku. Karena jujur saja, aku tidak akan pernah mengabaikan orang yang sedang berbicara di depanku. Aku akan mendengar semuanya dan meresponsnya dengan baik. Kebetulan mereka sangat cocok dengan jawabanku. Itu sebabnya mereka merasa nyaman jika menceritakan semuanya padaku.

Karena mendengar cerita mereka, melihat mereka menangis dan terluka. Aku selalu beranggapan semua laki-laki itu sama saja. Bisanya hanya menyakiti dan mempermainkan perasaan seorang wanita. Aku selalu malas jika ditanya sudah punya pacar? Atau kapan nikah?
Memangnya hidup ini harus punya pacar dan nikah itu semudah membalikkan telapak tangan? Entah apa yang mereka pikirkan itu, sampai pertanyaan itu singgah padaku. Mendengar itu aku merasa ingin tuli saja.

Beberapa teman berusaha mendekatkan teman prianya padaku, tetapi aku begitu malas untuk meladeninya. Aku belum siap untuk mengenal lawan jenisku apalagi mempunyai hubungan dengannya. Jatuh cinta di waktu yang salah berarti harus siap merasakan yang namanya patah hati. Dan, aku tidak ingin merasakannya dulu. Waktu masih begitu panjang untuk memikirkan kamu yang nantinya akan menjadi pasanganku. Walau kamu masih begitu jauh dan masih belum bisa kuraih.

Aku tidak tahu kamu siapa? Mungkin saja kamu sedang bersama dengan orang lain, atau juga sedang menikmati kesendirian yang penuh dengan kebebasan ini. Jika disuruh memilih aku harap kamu tidak sedang bersama orang lain, melainkan sedang menungguku yang sedang mencoba untuk berbenah diri. Aku harap kamu bukan pria yang sama seperti pasangan-pasangan mereka yang kisah cintanya berakhir dengan perpisahan atau saling membenci.

Jujur, kisah para sahabatku yang hubungannya berakhir dengan tangisan membuat aku tidak ingin menjalin hubungan lebih dekat dengan seorang pria. Sebab, aku tidak ingin merasakan luka yang sama seperti teman-temanku rasakan. Aku juga ingin fokus pada hidupku yang lebih penting dari kisah cinta yang belum waktunya.

Kamu yang masih belum pernah kutemui, aku harap harimu menyenangkan dan hatimu tidak terisi orang lain juga. Kamu tahu, luka terbesar seorang wanita adalah mengetahui pasangannya sedang bersama dengan orang lain.

Aku takut jika mencarimu sekarang, kamu akan melakukan hal yang sama seperti pasangan teman-temanku, aku takut kamu akan menghianati hubungan kita, aku takut kamu akan memberiku luka yang dalam dan sulit untuk dilupakan. Aku juga tidak ingin Tuhan merasa diabaikan karena aku sibuk memikirkan dirimu.

Aku di sini akan berusaha menjaga hatiku dari cinta yang salah, aku akan menunggumu sampai waktunya tiba untuk kita saling melengkapi. Aku juga akan berusaha untuk jadi lebih baik dari diriku yang sebelumnya. Jodoh sudah diatur, sisa kita menunggu waktu yang tepat untuk saling dipertemukan.

Rindu masih belum bisa kurasakan, keinginan untuk bertemu juga masih belum kuinginkan, rasa cemburu jika melihatmu dengan yang lain juga belum singgah pada diriku. Sehingga, aku yakin kamu memang masih dirahasiakan. Dan, kita memang masih belum bisa dipertemukan.

Aku ingin kamu juga menjaga hatimu hanya untukku saja. Aku ingin menjadi ratu yang bertahta di sana. Aku tidak punya keberanian untuk menemukanmu saat ini, karena ada banyak hal menyakitkan yang harus aku buang jauh-jauh. Mempersiapkan pertemuan kita suatu hari nanti. Agar aku tidak pernah merasa takut saat menatap wajahmu. Agar aku tidak berprasangka buruk saat kamu tidak sedang bersamaku. Sampai aku yakin bahwa pria itu tidak semuanya sama. Tidak semuanya menyakitkan dan jahat. Aku yakin kamu adalah seseorang yang benar-benar terbaik untukku suatu hari nanti.

Salam hangat
_Uslifatunisa
Hanya sebuah Senandika biasa
Rabu, 1 September 2021

Jangan lupa tinggalkan jejak, yaa

Rasa yang Datang tanpa Sengaja (Senandika)✅Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ