Part 20 | Antara Bahagia atau Sedih

6 1 0
                                    

Kita kembali saling bertukar kabar melalui pesan WhatsApp. Kembali saling menyapa saat bertemu di tengah jalan. Lalu, kembali menjadi dekat satu sama lain. Aku mengikuti semua alur yang kamu inginkan. Sampai pada akhirnya kamu mengatakan tujuanmu yang sebenarnya.

Kamu mengatakan bahwa bersamaku membuatmu merasakan hal yang berbeda. Kamu bilang kamu menyimpan rasa yang lain padaku, kamu ingin hubungan ini bukan hanya sekedar pertemanan biasa. Entah, aku harus bahagia atau sedih. Mungkin, kalau kamu mengatakan saat dulu aku masih mempunyai rasa kagum padamu.

Kamu datang kembali padaku setelah, kamu sudah tidak bersamanya lagi. Kamu mengatakan bahwa perempuan yang pernah bersamamu itu sudah mengkhianatimu dengan pria lain yang jauh lebih baik darimu. Kamu pun memutuskan untuk mengakhiri hubunganmu dengannya. Aku pikir dia adalah perempuan yang baik, tetapi dia sudah begitu jahat kepadamu. Namun, di sisi lain aku tidak percaya seratus persen dengan apa yang sudah kamu jelaskan itu. Karena, aku tidak melihatnya sendiri, karena aku tidak mengetahui keseluruhan dari kisah kalian berdua.

Aku merasa bahwa hadirku hanya sebagai pelampiasan karena perempuan itu telah pergi darimu. Aku merasa hadirku hanya sebagai orang yang tidak lain hanya untuk mengisi kekosongan hatimu. Aku pun merasa bahwa hadirku ini hanyalah sebuah pelarian bahwa kamu bisa mendapatkan orang lain setelah mengakhiri kisah cintamu dengannya.

Apalah artinya bagimu, aku tidak bisa menjelaskan semuanya dengan kata-kata. Aku pun memutuskan untuk menceritakan semuanya padamu, di mana saat dulu aku pernah mengharapkan dirimu menjadi pasangan hidupku. Saat aku begitu kagum dengan dirimu yang bak pangeran surga. Bahkan, saat aku merasakan sakit hati karena sudah mengharapkan kamu yang hatinya sudah terisi dengan perempuan lain. Aku memberitahumu semuanya, semua yang aku rasakan, amarah yang ingin aku keluarkan padamu dan perasaan kecewa yang sudah lama ingin didengarkan.

Dengan lembutnya kamu membuatku luluh kembali. Kamu mencoba menenangkan aku dengan seribu maaf yang kamu lontarkan padaku. Kamu pun mulai mencoba menyembuhkan luka yang sudah melebar ini. Nasihatmu begitu menyentuh hatiku. Sampai kamu membuatku kembali merasakan kagum itu.

Aku pun kembali terjatuh dalam perasaan yang sudah lama aku kubur dalam-dalam. Entah, apa karena aku masih mencintaimu ataukah karena aku memang bodoh dalam hal melupakanmu?

Kadang aku bertanya pada diriku sendiri, apakah aku sudah salah jalan atau tidak. Kamu menawarkan diri untuk melamar diriku di saat waktu yang tepat. Kamu menyuruhku menunggu untuk itu. Sementara, aku menyetujui semua janji-janji itu. Tidak ada hubungan di antara kita selain komitmen untuk bersama di masa depan. Menurutku itu jauh lebih baik, daripada aku harus memiliki hubungan lebih denganmu yang bisa putus kapan saja dan di saat ada masalah yang datang.

Kamu tahu aku hanya mengharapkan kepastian bukan kata-kata atau janji manis belaka saja. Kamu tahu aku memerlukan bukti bukan sebuah rayuan palsu. Sampai pada akhirnya kamu berhasil meyakinkan aku. Kamu bilang, bahwa sekarang kamu memang belum bisa membuktikan semuanya, tetapi suatu hari nanti kamu akan datang padaku untuk membuktikan ucapannya itu.

Aku pun memilih untuk menunggumu dan menjalani hari-hariku seperti biasa. Setiap hari kita mengisi percakapan yang menyenangkan hati. Kamu berhasil membuatku senang dengan semua ucapanmu. Aku pun mencoba untuk mengatakan hal yang sama agar kamu juga merasa senang. Agar terkesan bahwa perasaanku benar-benar tulus.

Rasa yang Datang tanpa Sengaja (Senandika)✅Where stories live. Discover now