Part 23 | Ragu

7 1 0
                                    

Keraguan makin hari makin bertambah dalam benakku. Salahkah yang aku lakukan ini? Salahkah hubungan yang kita jalani ini? Sebenarnya memang kita tidak punya hubungan istimewa. Hanya saling menunggu dan berkomitmen mencapai masa yang sama-sama kita inginkan.

Keraguan ini datang saat kamu terlalu menekankan agar aku segera membalas pesan darimu. Keraguan makin besar datang saat kamu datang menghampiri kelasku di jam pulang tanpa ada orang lain selain kita berdua sembari duduk di sampingku dan menemani aku mengerjakan tugas kuliah yang memang sering aku kerjakan di kampus agar malam harinya aku tidak mengerjakan terlalu banyak tugas. Biasanya aku bersama sahabatku tetapi, saat ini dia sedang latihan basket dan menyuruhku menunggunya di kelas.

Kamu mencoba menyentuh tanganku dan mengusap lembut puncak kepalaku. Mungkin bagi orang lain itu adalah hal yang biasa. Namun, tidak untukku. Aku pun berusaha menjaga jarak darimu dan memilih duduk di depanmu.

Aku memang tidak pernah bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan dari pihak keluargaku. Maka dari itu aku merasa sedikit geli dan aneh. Aku berharap seseorang datang ke kelas ini dan menemani aku.

Karena perasaanku mulai tidak karuan, aku pun memutuskan untuk keluar kelas dan menunggu sahabatku di teras kelas. Tak lama kemudian, kamu keluar dari kelas dan meninggalkan aku. Ternyata, kamu hanya berani melakukannya di saat tidak ada orang lain yang melihatmu.

Keraguan itu pun makin menyakiti aku. Aku merasa sedikit takut jika bertemu denganmu. Namun, rasaku membuatku membiarkanmu untuk tetap berada di hatiku. Aku yakin kamu tidak akan mengulanginya lagi. Aku juga yakin kamu pasti bisa memahami reaksiku itu, walaupun reaksiku tidaklah kasar. Kalau orang lain yang melakukan itu, aku pasti sudah menamparnya sama saat aku melakukan itu saat SMP dulu ke teman kelas lelaki yang duduk di sampingku dan memegang tanganku padahal dia hanya ingin mengambil pulpen milikku.

Aku takut jika aku berkata kasar padamu, aku takut kehilanganmu karena sungguh rasaku benar-benar nyata hingga saat ini. Kamu selalu mengingatkan aku sholat saat adzan tiba dan aku masih berkutit dengan bacaan yang sedang kugarap. Aku selalu melihatmu bergabung dalam kajian yang selama ini ingin aku ikuti, tetapi aku tidak bisa sebab pekerjaanku tidak punya waktu cuti.

Bukan karena aku lebih mencintai pekerjaanku, hanya saja dengan begitu aku bisa mewujudkan cintaku pada orang tua. Dengan begitu aku bisa membantu ekonomi orang tuaku yang memang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Berbeda jauh denganmu yang lahir sudah menjadi anak orang kaya.

Semoga kamu tidak membiarkan keraguan ini bertambah besar. Agar aku bisa menjaga rasa ini dengan baik. Agar aku pun tidak menyakiti kamu dengan banyaknya hal yang tidak bisa aku lakukan seperti pasangan lainnya.

Aku memang tidak punya pengalaman tentang perasaan atau pun tentang hubungan antara perempuan dan laki-laki. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku memang mempunyai rasa padamu tapi aku harap kamu mengerti keinginanku. Kita tidak perlu menjadi seperti pasangan kekasih pada umumnya, karena biasa-biasa saja atau berbincang di media maya itu jauh lebih dari cukup untukku. Walau kadang aku memang jarang membalasnya tepat waktu.

Rasa yang Datang tanpa Sengaja (Senandika)✅Where stories live. Discover now