Part 24 | Kamu berubah

4 0 0
                                    

Sudah dua bulan lebih kita menghabiskan waktu bersama di dunia pararel yang biasa aku sebut dunia maya. Makin hari sungguh kamu semakin berubah. Sifat yang dulu sangat aku kagumi kini membuatku bertambah ragu dan memilih untuk banyak menghindari dirimu.

Kamu tahu kenapa? Sebab aku tidak suka kamu yang sekarang. Dulu, kamu begitu polos, dan lebih banyak diam, tidak suka memaksa atau marah selayaknya seorang perempuan, kamu yang dulu selalu mendukung pekerjaanku sebagai penulis dan sebagai seorang karyawan toko, kini berubah menjadi hinaan yang biasa kamu sebut sok sibuk.

Jujur saja aku memang begitu sibuk, aku bukan mereka yang terlahir dari keluarga yang orang tuanya memiliki pekerjaan tetap atau pegawai negri bahkan pengusaha. Bahkan orang tuaku bukan seperti orang tuamu yang memiliki usaha toko baju yang cukup besar dan menguntungkan. Aku sungguh kecewa padamu, sifat dan kepribadianmu berubah. Apa selama ini kamu hanya memakai topeng. Aku pun berpikir bahwa selama ini kamu telah memutar cerita bahwa perempuan yang dulu pernah bersamamu meninggalkan kamu karena memiliki laki-laki lain sebenarnya meninggal kamu karena sifat dan tingkah laku kamu yang berbeda dari sebelumnya.

Aku bahkan sering mengingatkan kamu, kalau aku memang sibuk. Aku pun sering meminta maaf karena sudah membalas pesan darimu tidak tepat waktu. Kamu bahkan sering menyuruhku memilih antara bacaan yang sedang kugarap ataukah dirimu. Katakan, kenapa kamu meletakkan aku di antara pilihan yang tidak masuk akal itu. Sebelumnya aku memang seorang penulis pemula dan amatiran yang membutuhkan bacaan.

Kamu seperti menekan diriku agar bisa menjadi seperti yang kamu inginkan. Agar aku bisa menjadi seperti orang lain yang lebih banyak meluangkan waktunya untukmu. Ingatlah, aku bukan dia atau mereka. Kami berbeda dan memiliki kepribadian yang berbeda. Lagipula kamu belum menjadi siapa-siapa bagiku. Kamu masih belum punya hak mengatur segala hidupku. Kamu juga belum membuktikan janjimu yang manis itu. Menunggu bukan berarti aku harus jadi seperti kekasihmu.

Harusnya kita saling membenahi diri, jika kita memang masih menjadi sepasang sayap yang patah. Kecuali, kamu sudah memberikan aku kepastian, itupun kamu tidak boleh mengehentikan apa yang menjadi kebahagiaanku. Bukankah, kamu pernah mengatakan kalau aku bahagia kamu pun akan bahagia. Lalu, kenapa sekarang kamu ingin membatasi kebahagiaan yang sedang aku bangun?

Kamu seharusnya tahu batasan, kamu tidak boleh terlalu memaksaku. Kamu boleh mengingatkan aku akan setiap kesalahan yang sudah kuperbuat tetapi, jangan mencoba untuk menghalangiku. Sebelum kamu hadir, buku-buku itu yang menjadi obat dalam setiap lukaku, sebelum kamu datang, buku-buku itu yang selalu menemani aku. Jadi, kuharap kamu mengerti. Semoga kamu bisa menjadi orang yang seperti dulu. Aku merindukan kamu yang dulu saat pertama kali aku melihatmu.

Rasa yang Datang tanpa Sengaja (Senandika)✅Where stories live. Discover now