Part 6| Awal mengenalmu

17 1 0
                                    

Tidak tahu ada berapa hari yang sudah terlewatkan. Aku tidak sempat menuliskan tentang bagaimana aku menjalani hari-hari yang berisikan tentang kamu. Kamu yang saat ini masih belum juga bisa kuraih. Setidaknya aku senang, beberapa pekan berlalu. Kini, kita bisa jadi teman dekat.

Kalau tidak salah ingat, kamu mengirim pesan padaku waktu itu. Meminta nomormu untukku simpan dengan balasan kamu akan menyimpan balik nomorku. Padahal sebelum kamu memintanya aku sudah sejak lama menyimpan nomormu itu. Menjadi penonton setia setiap story-mu. Walaupun chat awal kita hanya sebatas itu aku sungguh merasa bahagia.

Saat itu aku sangat berharap kamu akan bertanya banyak hal padaku setelah aku memberitahukan namaku  untuk kamu simpan di daftar kontak WhatsApp-mu. Tetapi, tidak. Kamu hanya meninggalkan dua centang biru untukku yang sudah menunggu pesan berikutnya darimu. Aku ingin mengirimkan pesan padamu. Namun, aku takut. Nanti, kamu hanya membaca tanpa berniat untuk membalasnya. Tidak salah. Karena memang aku bukan siapa-siapa bagimu. Kita hanya teman se-grub online biasa. Bahkan, kamu lebih sering merespon pesan orang lain ketimbang pertanyaan basi milikku.

Sekarang, aku senang karena sekarang kita menjadi lebih dekat walau hanya sekedar teman sekampus. Aku lupa kapan kita jadi begitu dekat. Mungkin, saat aku yang selalu meminta video motivasi pendek yang selalu kamu jadikan story di WhatsApp begitu pun sebaliknya. Kita tidak pernah bertemu secara langsung saat di kampus, tetapi belakangan ini kamu dan aku sering berpapasan di jalan. Baik saat di kantin, ke kantor atau pun di lapangan dan tempat lainnya. Kamu selalu menyapaku lebih dulu membuat aku semakin ingin mengenal lebih dekat denganmu. Kadang, aku beranggapan bahwa kita memang sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Sehingga, kita terus saja di pertemukan. Ah. Aku terlalu percaya diri, ya. Maafkan aku soal ini. Karena memang aku selalu jujur dengan apa yang ada di kepalaku.

Hal paling aku sukai lagi, saat di grub kamu jadi lebih sering membalas pesan receh dariku. Membuatku tersenyum lebar di sudut kamar dan membangkitkan semangatku untuk bisa jadi lebih baik lagi. Karena aku tahu kamu dan aku bagaikan langit dan bumi, bagaikan matahari dan bulan dan bagaikan api dan air. Sungguh, perbedaan yang jauh.

Terkadang, kammu juga mengirim pesan singkat padaku lewat jalur pribadi. Walau hanya sekedar bertanya cerita apa yang menarik untuk menemanimu dalam akhir pekan nanti. Cerita apa yang mampu membuatmu terbawa perasaan dan cerita apa yang seru untuk kamu baca. Sebenarnya, aku ingin sekali mengajakmu untuk melihat lapak tulisanku yang ada di Wattpad. Tetapi, aku takut. Nanti, kamu tidak menyukai cerita yang sudah kubuat dengan segala usahaku. Tidak apa-apa untuk saat ini. Lain kali aku akan memberitahumu kalau kamu pernah jadi tokoh utama dalam sebuah cerita baru yang sedang kutulis saat ini.

Aku harap kamu senang jika suatu hari nanti kamu membacanya. Untuk saat ini aku memang belum mampu mengutarakan rasa kagum ini padamu. Aku memilih untuk merasakannya secara diam-diam, sampai aku tahu kamu tidak punya orang istimewa di benakmu. Sampai aku punya keberanian untuk mengatakan dan pasrah pada jawabanmu nanti. Tidak apa, aku akan tetap setia.

Untuk sekarang aku ingin fokus pada mata kuliahku, organisasi dan cita-cita. Setelah semuanya bisa dilaksanakan dengan baik. Baru akan kucoba untuk menguatkan mental untuk mendengar jawabanmu yang bisa saja di luar ekspektasi-ku.

Sebelumnya perasaan kagum ini juga pernah aku rasakan pada orang lain sebelum kamu, hanya saja aku memaksa untuk mengubur jauh-jauh perasaan itu sampai jejaknya pun hilang dari hatiku. Segala usaha aku lakukan. Mulai dari mengingat bagaimana teman perempuan yang datang padaku sembari mengusap air mata yang tidak bisa dibendung lagi. Mengingat bahwa jatuh hati harus siap patah hati dan mengingat bahwa aku masih memiliki banyak tanggung jawab dan sesuatu yang harus kukejar. Mengingat seorang pria yang kencan bersama orang lain di belakang kekasihnya sendiri. Sampai akhirnya aku berhasil menutup hati rapat-rapat dan tidak memikirkan sesuatu yang bagiku tidaklah penting untuk saat itu.

Harapanku kedepannya, hanyalah bisa berani mengungkap perasaan kagum ini dan siap mendengar jawabanmu yang kemungkinan besar di luar dari keinginanku. Aku menginginkan kepastian, tetapi aku takut kamu menginginkan orang lain. Semoga saja, Tuhan membantuku untuk memberiku petunjuk bahwa kamu sudah bersama orang lain atau tidak. Ya ... Semoga saja tidak.

Rasa yang Datang tanpa Sengaja (Senandika)✅Where stories live. Discover now