Part 21 | Sepotong kisah

6 1 0
                                    

Sudah sebulan lebih kita saling mengenal. Aku memutuskan untuk mengetahui apa saja yang kamu sukai dan tidak kamu sukai. Begitu pun kamu menanyakan hal sebaliknya. Sungguh, aku ini rumit. Susah untuk dimengerti banyak orang bahkan sulit untuk dipahami. Mood yang sering berubah, begitu mudah merasa sakit dan cenderung menyendiri.

Hal yang paling aku sukai adalah kesederhanaan. Dulu, aku juga orang yang poeple pleaser atau sulit menolak permintaan orang lain, sederhananya mudah merasa tidak enak hati untuk menolak permintaan seseorang. Namun, sekarang aku tahu bahwa ada saatnya aku tidak bisa membantu. Maka, aku tidak bisa memaksakan diriku untuk mengikuti kata hati sementara pikiran dan ragaku tidak mampu melakukannya. Di saat itulah aku akan meminta maaf karena tidak bisa melakukan lebih.

Kamu tahu maknanya? Jika sesuatu yang kamu minta tidak mampu kulakukan, tolong jangan paksa aku. Namun, jika itu untuk kebaikan aku akan berusaha untuk itu.

Aku tidak terlalu suka keramaian. Aku pun tidak suka dilarang oleh siapa pun selagi apa yang aku lakukan  itu baik. Intinya, ada banyak keanehan dalam diriku yang mungkin orang lain menganggapnya berlebihan. Biarkan, saja aku ya aku dan dia adalah dia.

Begitu pun kamu, kamu pun memiliki kesukaan dan ketidaksukaan. Aku berusaha untuk memahaminya. Namun, sampai sini aku belum menemukan sifat yang bertolak belakang dengan keinginan kita masing-masing dan kurasa sampai saat ini kita masih baik-baik saja. Kuharap hal itu berjalan sampai nanti.

Malam itu, kamu mengajakku untuk ke pantai. Kamu tahu aku menyukai laut. Oleh karena itu, kamu mengajakku dan memintaku untuk bertemu di kampus. Lalu, pergi berdua menggunakan mobilmu. Namun, aku ini bukan siapa-siapamu. Aku hanya orang yang kamu janjikan harapan. Aku tidak mau jika ada orang yang mengenalku sampai melihat kita berdua dan menyebarkan fitnah yang tidak baik. Tentu, bukan dirimu yang mengenai fitnah tersebut — akulah yang akan merasakannya. Lagipula aku pun tidak suka berpergian dengan lawan jenis yang bukan siapa-siapaku terlebih itu hanya berdua saja.

Aku pernah memintamu untuk melamar aku lebih dulu, agar kamu bisa memperlihatkan kepastian kepadaku. Maksudku, bertunangan saja jika masih belum mampu untuk menikah. Setidaknya aku sudah terikat denganmu, tetapi kamu ingin menyelesaikan pendidikan lebih dulu.  Tidak salah, dan tidak apa. Aku hargai keputusan itu dan aku akan tetap menunggu.

Rasa yang Datang tanpa Sengaja (Senandika)✅Where stories live. Discover now