limabelas

20.8K 3.1K 447
                                    

Halooooo ada yang rindu Anala nggak nih?

Sebelum baca seperti biasa, aku minta uang parkirnya dulu, cukup tekan bintang dan berulang komentar.

Kalau udah, gassssss nguengggg💨💨💨💨

Kalau udah, gassssss nguengggg💨💨💨💨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Welford High School

Hari Senin adalah hari yang paling dibenci oleh para murid WHS, mungkin bukan hanya anak WHS yang membenci hari Senin, melainkan murid-murid lainnya pun membenci hari tersebut.

Sama halnya dengan Anala bocah itu dengan malas-malasan berdiri di barisan paling depan karena tubuhnya yang mungil dan kecil untuk ukuran anak SMA, jangan kalian kira anak sepintar Anala itu tidak membenci hari Senin ya.

"Huftttt kenapa sih kalau upacara harus pake amanat segala? Nggak tahu apa Anala udah kepanasan begini, kalau kata teh Nanad mah 'nanti skincare gue luntur' fanasss syekaliii," gerutu Anala sambil mengipasi wajahnya dengan tangan, bocah itu sudah tak memperdulikan tatapan para guru, karena baginya kenyamanan untuk diri sendiri lebih penting.

Nadia yang berada di sebelah Anala menghela nafas. "Lo banyak tingkah banget sih cil, lihat nih semua guru lihatin Lo," kesal Nadia membuat Anala menoleh dan menatap ke arah guru-guru lalu mengedikan bahunya.

"Nggak peduli, lagian salah gurunya juga kenapa upacaranya lama, harusnya kalau mau upacara lama itu tadi di bawah pohon aja," balas Anala sebal.

"Banyak omong Lo."

Anala menatap ke arah seorang guru yang masih berbicara di singgasananya, Anala menye-menye tak jelas.

"Kapan sih selesainya?!" tanya Anala sedikit memekik membuat bocah itu menjadi pusat perhatian.

"PAK GURU! UDAH DONG AMANATNYA PANAS NIH!" Oke mari beri acungan jempol pada bocah ajaib satu ini.

Nadia meringis malu. "Yang teriak dia yang malu gue," gumamnya sambil menutupi wajahnya dengan topi.

Pak Budi yang kebetulan memberi amanat berdeham sejenak lalu mengakhiri amanatnya.

Lima belas menit kemudian upacara selesai, para murid berlari ke arah kelas masing-masing. Sama halnya dengan Anala bocah itu sudah ngibrit ke kelas dan duduk tepat di dekat jendela.

"Huahhhhh leganyaaaa." Anala mengusap peluh yang ada di pelipisnya.

"Heh bocil! Enak bener ya langsung duduk di situ," sindir Habibi yang tak dihiraukan Anala.

"Apa sih Bang Hab, Anala tuh gerah tahu enggak?!" Anala menatap Habibi sebal.

"Ye si bocil." Habibi mendengus lalu mendekati Anala dan duduk tepat disebelah bocah tersebut.

"Enak banget ya jadi bocil, kalau mau teriak-teriak juga nggak dimarahin," ucap Reyhan sambil menatap Anala.

"Ho'oh, mau makan juga bisa diambilin, mau manja juga diladenin," timpal Haidar.

WELFORDWhere stories live. Discover now