duapuluhsembilan

12.7K 2.3K 219
                                    

hallowwwwww

happy reading all

Setelah ucapan Anala tadi, anggota inti Abelard mendadak heboh karena mereka belum memikirkan kado untuk Anala. Seandainya Anala tidak berkata bahwa besok adalah hari ulang tahunnya kemungkinan besar mereka juga tidak mengetahui itu.

Kini ketujuh pemuda itu tengah menatap handphonenya dengan fokus, sama halnya dengan Rayhan pemuda itu sedari tadi berdecak kesal karena tak tahu harus membelikan apa untuk Anala.

Bisa saja sebenernya pemuda itu membelikan Anala penthouse seharga 5M tapi itu terlalu berlebihan, toh juga Anala masih kecil masa iya langsung di kasih penthouse. Bisa juga pemuda itu mengajak Anala pergi ke Disneyland, namun mereka belum memiliki waktu libur panjang.

Disaat yang lain tengah sibuk memikirkan kado, Daffa dengan santainya malah bermain game di handphonenya, pemuda itu tak perlu ribet seperti sahabatnya, toh Anala diberi apapun juga pasti bahagia.

"Daff Lo santai banget anjir." Rahsya menatap Daffa tak habis pikir, bisa-bisanya sahabatnya itu terlihat santai di saat yang lain tengah heboh mencari hadiah.

"Kenapa?"

"Lo nggak cari hadiah?" tanya Reyhan menatap Daffa lekat.

"Cari."

"Terus kok Lo santai banget?!" tanya Habibi sedikit ngegas.

Daffa memutar bola matanya. "Gue nggak serempong kalian," ucapnya. "Anala dikasih apapun mau, jadi nggak perlu ribet."

Mereka mengangguk, iya juga Anala diberi apapun pasti mau, lantas kenapa mereka harus heboh.

"Kita nggak buat pesta?" tanya Rayhan membuat mereka menoleh.

"Boleh," jawab Daffa sambil menganggukkan kepalanya.

"Tapi ulang tahun Anala besok, kita belum ada persiapan sama sekali," ujar Rahsya yang diangguki Haidar.

"Besok kemungkinan masih bisa, kita pulang sekolah biasa jam setengah tiga, kita bisa bolos atau nyuruh anak-anak buat bantu-bantu," ucap Daffa yang diangguki Rayhan.

"Besok anak-anak pasti free."

"Biar gue yang kontak mereka aja, buat lokasinya, taman belakang markas bisa di pake." Rahsya berujar sambil menyugar rambutnya ke belakang.

"Untung tadi Nadia sama Stela jemput si bocil, jadi kita bisa lebih leluasa buat mikirin kejutannya," ujar Habibi sambil melirik handphonenya sekilas.

"Gimana kalau sekarang kita beli kue aja?" saran Haidar yang diangguki Reyhan.

"Gue bagian nyari kue aja, nanti malem pas jam dua belas kita kasih kejutan ke Anala, terus besok kita pesen kue lagi aja," timpal Habibi yang diangguki Rayhan.

"Cari kue sama lilin." Rayhan melirik jam dinding sekilas. "Cakeya masih buka," lanjutnya.

Habibi mengangguk lalu menyambar kunci motornya. "Rey, Lo ikut gue buru."

Setelahnya ke dua pemuda itu on the way menuju Cakeya — toko kue, dengan hanya menggunakan celana selutut.

"Perlu balon nggak?" tanya Haidar membuat Rahsya menggeleng.

"Nggak usah, nanti malem kalau pakai balon ribet, balonnya buat besok aja, gue udah minta sama Gavriel buat beli keperluan," jawab Rahsya.

"Temanya gimana?"

Daffa memberikan handphonenya pada Rahsya dan Haidar.

"Simpel," ucap Daffa.

"Kita undang anak-anak WHS?"

WELFORDOù les histoires vivent. Découvrez maintenant