empatpuluhtiga

6.6K 826 144
                                    

haloo

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Anala sampai dikediaman Utinya dalam keadaan terlelap, dan tak terasa pagi telau tiba. Bocah itu bahkan kini baru bangun dari tidurnya karena merasa lelah. Ya memang sih, tadi Anala hanya duduk tapi kan tidur sambil duduk itu nggak enak, apalagi harus berbagi dengan dua kakak laki-lakinya yang kalau tidur tidak ada anteng-antengnya.

"Selamat Pagi Uti! Akung!" pekik Anala sambil berlari menuju ruang tamu dimana Kakung dan Utinya tengah menonton televisi.

"Eh cucu Uti udah bangun, sini Nak, duduk samping Uti," balas Uti dengan tangan yang menepuk-nepuk sofa disampingnya.

Anala berlari kecil menuju Utinya lalu duduk, menatap kearah televisi yang menampilkan berita yang Anala sendiri bosan mendengarnya.

"Mama sama Papa kemana Uti?" tanya Anala sambil memainkan urat-urat pada tangan Kakungnya.

Uti menoleh lalu kembali fokus pada televisi. "Mama, sama Papa cari bubur ayam, katanya Mama kamu kepengen banget bubur ayam," jawab Uti.

Anala mengangguk lalu mengambil toples yang berisi keripik kaca yang berada di meja.

"Anala gimana sekolahnya?" tanya Kakung sambil mengelus rambut Anala.

"Seru Kung, Anala punya banyak temen loh, Anala sering diajak jalan-jalan, terus Anala juga dijajanin ayam geprek yang enak banget, terus Anala juga main kerumahnya Bang Daffa yang guedeeee banget," jawab Anala sambil merentangkan tangannya saat menyebutkan rumah milik Daffa.

"Bang Daffa itu siapa?"

Anala menggaruk pipinya lalu menatap Kakung dan Utinya. "Emm siapa ya? Temannya Anala, Bang Daffa itu kakaknya Bamantara, oh iya Kung, Ti, Bamantara dia cadel, nggak bisa bilang 'r' Anala suka ngejek dia hehe, terus juga waktu itu karena namanya kepanjangan jadi Anala panggil dia Langit aja sama kaya namanya, iya kan Kung?"

Kakung hanya mengangguk lalu mengelus kepala Anala dengan sayang.

"Anala pintar sekali, semoga jadi anak yang cerdas, dan sukses seperti Papa ya Nak," ujar Uti dengan tatapan sendunya.

Uti sangat menyayangi Anala, bagaimanapun juga Anala adalah cucu perempuan satu-satunya dikeluarga  ini. Uti selalu berharap Anala bisa menerima segala hal yang ada dalam hidupnya, dan berharap agar cucu perempuannya itu selalu bahagia.

"Uti, kemarin Anala mimpi."

"Mimpi apa Nak?" tanya Uti sambil mengelus rambut Anala dengan sayang.

"Anala mimpi ketemu sama Papa Bunda, katanya Anala nggak boleh sedih karena nanti Mama sama Papa juga pasti ikutan sedih, terus Anala juga dilihatin lukisan punya Pa—"

Prangggg

Remot yang sedari tadi berada di genggaman Kakung jatuh bebas ke lantai. Anala yang melihat itu pun terkejut.

"Akung! Akung nggak apa-apa?" tanya Anala sambil menghampiri Kakungnya yang kini masih terdiam.

"Kakung nggak apa-apa, Anala di sini dulu sama Uti Kakung mau ke belakang," ucap Kakung laku berlalu dari ruang tamu.

Sedangkan Anala masih terbengong ditempatnya, Kakungnya ini sepertinya sedang sakit, bagaimana bisa menjatuhkan remot tv begitu saja.

"Uti, Akung kenapa ya?" tanya Anala pada Utinya sambil memungut remot yang pecah.

"Nggak apa-apa, mungkin Kakung lagi kebelet," jawab Uti sambil mengelus rambut Anala.

"Oh iya Uti, masa kata Mama Anala mau dipindah sekolah sama Abang, padahal kan Anala udah suka sama teman-temannya Anala juga udah suka sama sekolahnya Anala, sekolahnya Anala gede loh Uti leebih gede dari sekolahnya Abang, nanti kapan-kapan Uti sama Akung main ya," ujar Anala bercerita sambil mengerucutkan bibirnya, bocah selalu saja merasa sebal saat mengingat perkataan Mama dan Papanya yang akan memindahkannya ke sekolah lamanya.

Uti yang mendengar itu tentu saja terkejut, bagaimana pun jika Anala dipindahkan pasti bocah itu belum tentu mendapat teman, dan mungkin saja akan dibully oleh teman-temannya karena terlalu pintar.

"Anala, siapa yang bilang kalau Mama sama Papa mau pindahin Anala ke sekolah lama?" tanya Uti sambil menatap Anala lekat.

"Anala dengar sendiri kok Uti, padahal Anala maunya sama teman-teman Anala aja, nggak mau ikut Abang," jawab Anala sambil bersedekap dada.

Uti mengangguk lalu beranjak dari duduknya karena mendengar suara langkah kaki yang terdengar. Ternyata langkah kaki itu milik Kean dan Tasya yang baru kembali dari membeli bubur.

Tak berselang lama, kedua bocah kembar yang tak lain adalah Angkasa dan Ancala datang dengan muka khas banguj tidurnya, jangan lupakan sedikit iler yang menempel di pipi milik Ancala.

"Anala, main sama abang dulu ya, Uti mau bicara sama Mama dan Papa," ucap Uti lalu menghampiri Tasya dan Kean yang berjalan menuju dapur.

"Tasya, Kean," panggil Uti membuat kedua pasutri itu menoleh.

"Iya kenapa Ta—Bu?" tanya Tasya sambil melepaskan genggamannya dari plastik yang berisi bubur ayam ke arah meja.

"Ibu mau bicara." Kean menghentikan aktivitas membuka bungkus bubur ayamnya lalu mulai menatap Uti dengan tatapan serius.

"Benar, kalian mau pindahkan Anala ke sekolah lamanya?" tanya Uti to the point membuat Kean dan Tasya terkejut dibuatnya.

"Ibu tahu dari mana?" tanya Tasya sambil menatap Uti lekat.

"Anala yang bilang sendiri ke Ibu, kenapa? Kenapa baru sekarang? Kenapa nggak dari kemarin-kemarin kalian pindahin Anala ke sekolah lamanya sebelum dia kenal sama teman-teman barunya? Kenapa juga kalian setuju masukin Anala di sekolah itu Hah?"

"Kalian itu harusnya sadar, Anala juga punya perasaan nggak harus selamanya Anala yang ngertiin kalian, kalian juga harus ngertiin kalian, oh atau kalian nggak mau Anala masih sekolah disitu karena biaya? Ibu nggak keberatan kok kalau bayarin Anala, lagi pula Anala juga cucu Ibu."

"Ibu nggak gitu." Tasya menggelengkan kepapanya cepat.

"Tasya cuma nggak mau Anala jauh dari kita, nggak mau kalau Anala lebih dekat sama orang lain dari lada orang tuanya sendiri Bu," ujar Tasya menjelaskan.

"Kalau begitu kenapa dulu kalian setuju?!" bentak Uti membuat Kean dan Tasya terlonjak keras.

"Bu, kita nggak bermaksud begitu, kita fikir Anala bakal kena dampak negatif jika terlalu lama bergaul dengan krang yang usianya lebih dewasa," ucap Kean mencoba menjelaskan pada Uti.

"Nggak perlu, jangan suruh Anala pindah dari sekolag atau Anala akan ikut sama Ibu bukan sama kalian, kalian nggak lunya hak besar untuk Anala."

"Bu! Kita orang tuanya!"

"Kalau gitu, cukup lakuin apapun agar Anala bahagia, jangan usik kebahagiannya! Anala cucu saya!" tekan Uti lalu berlalu dari depan mereka.

"Ingat kaliam cuma orang tu—"

"UTIIIIII! ABANG NAKALLL!"

maaf yaaa, aku kasih segini duluuu
sisanya nanti dulu yaaa wrwr

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 22, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

WELFORDWhere stories live. Discover now