duapuluhdua

17.1K 3.1K 607
                                    

Haiii aku kembaliiii

Apa kabar kalian?

Dari vote yang paling banyak itu mereka minta untuk Anala umurnya tetap 7 tahun. Jadi aku sepakat untuk tetap buat Anala umur segitu atau enggak otw ke 8 tahun lah.

Sebelum itu seperti biasa aku minta uang parkirnya dulu cukup tekan tombol bintang dan berikan komentar.

Kalau udah gasssss.

Hari ini adalah hari terakhir PTS, dan hari ini juga Anala tampak tak bersemangat, karena mapel yang akan dia hadapi adalah sejarah Indonesia.

Bocah itu sedari tadi sudah menyibukkan dirinya dengan buku-buku, matanya mulai berkaca-kaca. Haris yang kebetulan duduk di sebelah Anala mengusap kepala Anala lembut.

"Kalau nggak bisa nggak usah di paksain, nanti malah sakit, kalau nggak bisa tanya gue aja nggak papa," ucap Haris membuat Anala menoleh dengan air mata yang sudah menetes.

"T-tapi ka-kata Papa nggak boleh nyontekk," ujar Anala dengan suara yang bergetar.

"Nggak sempurna di satu mapel nggak papa nal, yang penting Lo udah ada usaha," ucap Devan yang entah sejakkapan berdiri di belakang Haris.

"Huh, tapi nanti kalau nilainya jelek Anala nggak dapet coklat dari papa," ucap Anala sambil mengusap air matanya yang menetes.

"Ntar Bang Devan beliin coklat, tenang aja," ujar Devan sambil menepuk-nepuk dadanya.

"Janji ya?"

Devan mengangguk. "Tapi, Lo harus ikut kita gimana?"

Anala mengetuk-ngetukkan jarinya, bocah itu sedang berfikir keras.

"Oke Anala setuju!" seru bocah itu, toh kalau ikut Devan sekali nggak akan merugikan, begitu pikirnya.

Devan tersenyum gemas lalu mengusap pucuk kepala Anala.

"Anala!"

Mereka menoleh ke arah pintu dimana Daffa dkk berdiri dengan membawa sekantung jajanan yang pastinya untuk Anala. Bocah itu tersenyum lalu mulai beranjak dari duduknya dan berlari ke arah Daffa dkk.

"Ck! Ganggu aja," decak Devan menatap Daffa dkk dengan tatapan sebal, pemuda itu berjalan menghampiri Anala dan berdiri tepat di belakang bocah tersebut.

Habibi menatap Devan sengit. "Ngapain Lo ngikutin Anala?" tanya Habibi sengit yang dijawab kedikkan bahu oleh Devan.

"Bang Daffa bawa apa?!" tanya Anala dengan binar mata yang tak dapat di tutupi lagi, wajah murungnya kini sudah berganti.

"Coklat, ada jajan juga, nggak usah nangis kalau nggak bisa ngerjain," ucapnya dengan ekspresi datar lalu menyerahkan kantung plastik berisi jajan.

"Wahhhh, ini buat Anala semua?" tanya Anala yang dijawab anggukan oleh Daffa.

"Cil, ntar kalau nggak bisa jawab mending pake cap cip cup aja, di jamin jawaban Lo bener semua," saran Haidar yang langsung menadapat tampolan dari Rahsya.

"Goblok Lo anjir, sejak kapan di cap cip cup jawabannya bener semua," sebal Rahsya.

"Cap cip cup itu jalan ninja sya, udah nggak bisa di ganggu gugat lagi, sembilan dari sepuluh anak Indonesia kalau nggak bisa jawab pasti pake cap cip cup, dan cap cip cup itu udah dijamin ke asliannya," jelas Reyhan membuat Rayhan menatapnya datar.

"Gila."

Reyhan menatap sengit Rayhan. "Apa Lo?! Iri Lo sama gue?!" sewotnya.

"Najis!"

WELFORDМесто, где живут истории. Откройте их для себя