tigapuluhtujuh

12K 2K 133
                                    

hai guys

cuma bilang buat part yg kemarin, seporot itu kaus dalam guys:(( maafkan aku yg mendadak lupa bhs Indonya

"PAPAAA! AYO KITA JEMPUT NALA PAPA!" Teriakan itu menggema disebuah rumah minimalis yang hanya berisi empat anggota keluarga.

"PAPA AYO PA! KITA JEMPUT NALA SEKARANG! PAPAAA AYOOO!"

Dua orang bocah laki-laki itu terus menggedor-gedor dan berteriak didepan ruang kerja Papanya. Sedangkan sang Papa yang berada di dalam hanya bisa menghela nafas.

"Nggak usah teriak-teriak, Cala, Kasa!" Suara tegas itu membuat kedua bocah yang tengah ngedumel itu diam.

"Papa! Ayo jemput Nala! Nala dinakalin sama kakak-kakak disana papa!" adu Ancala dengan mata berkaca-kaca, bocah laki-laki itu sangat takut jika terjadi sesuatu dengan adik satu-satunya itu.

"Iya Pa! Tadi badan Anala digoncang-goncang keras banget Pa! Anala kelihatan kesakitan!" timpal Angkasa dengan muka yang terlihat marah.

Kean menghela nafas, kedua putranya itu sepertinya sangat mengkhawatirkan Anala.

"Iya, kita lihat Anala besok ya, sekarang sudah malam, Anala pasti sudah tidur disana," ujar Kean agar kedua putranya itu tidak terus merengek.

Ancala menggeleng dengan tegas. "Nggak mau! Gimana nanti kalau Anala dinakalin lagi! Siapa yang jaga Anala! Gimana kalau nanti Anala ketakutan? Siapa yang bisa Anala peluk! Terus-terus gimana nanti kalau An-"

"Sttt Anala baik-baik aja boy, Anala nggak akan ada yang nakalin," ucap Tasya sambil menggendong putra keduanya itu.

"Mama! Kita nggak tahu kan Anala disana gimana! Kalau Anala sering dinakalin gimana? Kalau Anala nanti dipukul-pukul gimana? Temen Anala kan tinggi-tinggi Mama! Gimana nanti kalau Anala jadi kayak Bang Deon yang biru-biru mukanya?" Angkasa menatap Mama dan Papanya dengan muka yang memerah.

"Boy, listen, Anala disana baik-baik saja, di sana Anala ada yang jaga, kamu nggak perlu khawatir," ujar Kean menundukkan badannya menyamai tinggi Angkasa.

"Tap-"

"Stttt, udah ya, besok kita jenguk Anala, kalian tidur sekarang," titah Tasya membuat kedua bocah kembar itu segera berlari kearah kamarnya.

"Kamu khawatir?" tanya Tasya saat melihat ekspresi wajah suaminya yang terlihat sangat-sangat khawatir.

"Jelas aku khawatir! Tapi mau gimana lagi, ini salah kita yang sudah mengizinkan Anala sekolah disana sebelum waktunya. Kadang aku iri Sya, lihat teman-teman aku yang menghabiskan waktunya bareng anak-anak mereka, bisa antar jemput anak mereka."

"Tapi seenggaknya kamu harus bangga, kecerdasaan itu menurun pada anak kesayangan kamu!"

"Aku bangga Sya! Cu-cuma, aku ta-takut, aku takut Anala bisa dapat figur ayah dalam diri orang lain.

Tasya menghela nafas lalu mengelus punggung suaminya, wanita itu jelas tahu apa yang dikhawatirkan oleh suaminya. Mereka lalu berjalan beriringan menuju kamar.

"Apa kita nggak bisa pindahin Anala dari sekolah itu ke sekolah yang baru bareng sama Ancala dan Angkasa?"

Di sisi lain, dua orang bocah kembar itu tengah mengemasi beberapa barang yang akan dibawa untuk menjemput Anala, ah maksudnya menjenguk. Kedua bocah itu tengah sibuk membuat sesuatu.

"Menurut kamu Anala suka enggak?" tanya Angkasa menatap Ancala yang begitu bersemangat dalam membuat sebuah kalung dari sebuah tali.

Ancala menoleh, sebenarnya bocah itu ragu, tapi apapun yang keduanya buat Anala pasti menyukainya.

WELFORDWhere stories live. Discover now