empatpuluh

10.7K 1.4K 154
                                    

halo,
   maaf, maaf karena buat kalian nunggu lama;)
   happy reading

Malam ini benar-benar menjadi malam yang sangat anggota Abelard nantikan, karena pada malam ini misi mereka benar-benar dimulai, misi untuk mencari tahu siapa sosok yang menyukai bocah mungil dengan kecerdasan diatas rata-rata itu.

Disebuah gedung yang cukup kosong anggota inti abelard tengah sibuk menatap kanan kiri untuk mencari seseorang yanv akan menemui mereka malam ini.

Reyhan yang pada dasarnya penakut sudah memegang erat ujung jaket saudara kembarnya.

"Asli, kalau bukan karena si bocil males banget gue begini," ujar Reyhan sambil menutupi tubuhnya dibalik tubuh Rayhan.

"Lo cupu bener, kek gue gini dongnggak takut," ejek Haidar sambil mengibaskan jaketnya.

"Bohong banget sialan, lo aja dari tadi udah nemplok Daffa," sinis Habibi membuat Haidar menyengir.

"Ini orangnya lama bener," decak Rahsya sebal.

Tak berselang lama seorang laki-laki dengan jaket kulit hitamnya datang. Berjalan menghampiri keenamnya dan menatapnya sati persatu.

"Saya to the point saja ya, untuk masalah ini saya hatap kalian maksimal, orang yang menyukai anala adalah seorang pemuda yang cukup tampan, cerdas dan juga kaya. Dia sama seperti kalian, punya geng motor tapi sepertinya bukan geng yang seterkenal itu, saya sering melihat dia berada di Caffe Mentari akhir-akhir ini, kalian bisa menyelidikinya sendiri," ujar orang itu sambil menatap bergantian anggota inti Abelard.

"Saran saya, kalian jaga Anala, ya mungkin orang itu tidak akan menyakiti Anala, tetapi untuk berjaga-jaga lebih baik jangan biarkan Anala berkeliaran dengan orang asing, kemungkinan-kemungkinan bisa terjadi tanpa kehendak kita," sambung orang itu. "Saya rasa itu saja, saya harus pergi, semoga kalian segera mendapatkan jawaban." Setelah mengatakan itu orang tersebut berlalu dari sana meninggalkan anggota inti abelard yang masih terdiam ditempat.

"Gue rasa, dia yang suka sama Anala masih orang waras," ujar Rahsya membuat Reyhan mengeryitkan dahinya.

"Konteks?"

"Jangan ngomong di sini, serem mending cari tempat lain," sela Reyhan sambil menarik ujung jaket Rayhan untuk segera pergi dari bangunan kosong tersebut.

Mereka lalu keluar dari bangunan kosong tersebut dengan beriringan.

"Bodoh."

Saat mereka sudah berada diluar bangunan Reyhan dapat bernafas lega pemuda itu mengusap wajahnya berkali-kali sambil mengedip-ngedipkan matanya.

"Gue nggak mau ke sini lagi, mending kita coba ke Cafe Mentari dulu biar hawa seremnya nggak nyantol banget," ajak Reyhan, pemuda itu menyerah dia tidak akan lagi pergi kebangunan kosong yang gelap seperti ini, sangat menguji jiwa dan raga.

"Kita ke Cafe Mentari," uhar Daffa lalu menaiki motornya.

Mereka lalu melaju menuju Cafe Mentari yang lokasinya sedikit lebih jauh dari tempat semula. Dua puluh menit kemudian mereka sampai di depan sebuah Cafe yang cukup minimalis.

"Cafenya cakep," ujar Haidar saat mereka sudah memasuki Cafe.

Mereka duduk lalu mulai memesan sesuatu untuk mengganjal perut dan formalitas saja. Masa iya, udah pergi ke Cafe rame-rame cuma buat duduk doang.

"Oh iya, lanjut yang tadi Sya, lo mau ngomong apaan tadi?"

"Tentang orang yang suka Anala, menurut gue dia masih bisa dikatakan sedikit waras, maksudnya nggak punya gangguan mental kayaknya, karena menurut gue nih ya, suka sama Anala itu ya wajar aja sih? Tapi ya sedikit nggak wajar, gimana ya, secara Anala dari segi fisik oke walaupun masih bocil, terus dari segi keenceran otak dia oke banget," ujar Rahsya membuat Habibi mengangguk.

WELFORDWhere stories live. Discover now