sembilanbelas

18.6K 3.3K 478
                                    

Halooo welford up lagi hehe

Seperti biasa sebelum baca, aku minta uang parkirnya dulu yaitu cukup tekan tombol bintang dan berikan komentar

Udah? Oke gasssss

Hari ini adalah hari pertama UTS, baru menginjakan kakinya di halaman sekolah mata Anala dan anggota inti Abelard disambut dengan para siswa-siswi yang duduk dengan membaca buku mereka.

Mereka yang biasanya akan heboh ketika anak Abelard datang kini hanya diam dan fokus pada buku masing-masing.

"Kok pada serius banget sih?" tanya Anala mendongak untuk menatap Daffa dkk.

Rayhan menunduk untuk menatap Anala. "Biar nggak Blang pas ngerjain, kartu tes udah di bawa?" Anala mengangguk sambil menunjuk tasnya.

"Dapat ruang berapa?"

"Bentar," ujar Anala lalu membuka tasnya mencari kartu testnya untuk mengetahui di mana kelas yang akan dia tempati. "Ruang satu."

Dahi mereka mengeryit. "Kok nggak sekelas?" tanya Habibi heran.

"Sekelas sama anak IPA satu kan?" timpal Haidar.

Daffa menatap Anala sekilas. "Belajar yang bener, nggak usah banyak tingkah."

Anala hanya mengangguk. "Iya, tapi nggak janji."

Mereka kompak mendengus malas. "Ruang satu tempat orang-orang sensi, jadi jangan banyak tingkah," saran Reyhan yang diangguki Anala.

"Jangan cuma ngangguk aja," sebal Rahsya pasalnya Anala sedari tadi hanya mengangguk.

"Iya iya rempong banget sih." Setelah mengatakan itu Anala berlari ke arah ruang satu yang kebetulan berada tak jauh dari lapangan.

"Anak-anak yang satu ruangan sama Anala siapa?" tanya Rahsya menatap sahabatnya lekat.

Daffa hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Kenapa Anala bisa tiba-tiba ada di ruang satu?" tanya Habibi heran.

"Lah iya ya, harusnya kan dia satu ruangan sama kita," timpal Haidar.

"Biarin." Setelah mengatakan itu Daffa berlalu meninggalkan sahabatnya yang menatapnya sebal.

Sedangkan di sisi lain Anala tengah menatap bangku yang akan dia tempati dengan polos. Anala menatap pemuda yang duduk di sebelahnya dari atas sampai bawah membuat pemuda itu menoleh dengan tatapan terkejut.

Anala memincingkan matanya, bocah itu mendudukkan pantatnya pada kursi. "Anala kayak inget sama mukanya deh, tapi siapa ya?" Anala mengetukkan jarinya di meja mengingat siapa nama pemilik wajah yang tampak tak asing itu.

"Anala kayak pernah ketemu, tapi dimana ya? Apa di pasar? Tapi masa iya, oh atau ketemu di jalan? Gembel dong berarti, eh enggak-enggak nggak mungkin ketemu di jalan orang abangnya ganteng gini kok," gumam Anala yang masih bisa didengar oleh pemuda tersebut.

"Kita pernah ketemu sebelumnya," ucap pemuda tersebut membuat Anala menoleh dengan terkejut. "Haritsah, biasa si panggil Haris, kita pernah ketemu waktu kamu ngerjain soal di ruang kepsek," lanjutnya sedikit kaku saat mengucapkan kata 'kamu'.

Anala menganggukkan kepalanya dua kali. "Sahabatnya Abang Depan yang selalu ribut sama Bang Dappa kan?"

Haris menatap Anala terkejut. "Iya, tenang aja aku nggak bakal ganggu kamu kok," ujar Haris.

"Abang panggil pakai lo-gue aja nggak apa-apa kok, Bang Habibi juga biasanya gitu," ucap Anala seolah tahu bahwa Haris sedikit kaku berkata dengan 'aku-kamu'.

WELFORDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang