Tentang Giandra 🥀

3.3K 385 28
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.

Flashback on

"Gia anak papa yang sangat manis!"

Giandra kecil terkekeh dan mendonggak menatap sang papa yang memeluknya dengan erat.

"Besok papa harus berangkat, Gia baik-baik sama bunda yaa! Papa yakin Gia anak yang baik!"

Giandra kecil menunjukan wajah sedihnya, menatap sang papa dengan sendu.

"Papa mau tinggalin Gia lagi?"

"Kan papa harus kerja, Gia katanya mau boneka baru jadi Gia harus ijinkan papa kerja!"

"Gia gak mau boneka, Gia mau papa!"

Pria Muda itu tersenyum dengan menatap sang anak semata wayangnya yang setiap hari manja itu.

Giandra akan sangat manja bila sang papa akan berangkat bekerja, entah karena apa Giandra bahkan bisa menangis Hingga menjerit bila sang papa pergi tidak mendapatkan ijin dari dirinya.

"Kalau papa gak kerja nanti Gia gak makan dong! Nanti cacing di perut Gia pada demi "papa Gia, papa Gia, ayo cari uang Gia lapar" nanti cacing gia pada bilang kayak gitu"

Giandra semakin cemberut dan memeluk sang papa dengan erat, Giandra menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang papa.

Dapat sang papa rasakan Giandra menangis dengan kecil, Sang papa Mengelus rambut Giandra dengan lembut.

"Gia anak papa satu-satunya jadi Gia harus papa bahagiakan, papa gak mau Gia iri sama yang lain"

"Gia gak iri papa, Gia mau sama papa aja gia sayang papa!"

"Bunda, gimana? Gia gak kasian sama bunda? Bunda selalu berjualan Untuk membeli makanan, Papa jarang bekerja karena Gia tidak mengijinkan, papa Cuma cari ikan kok nanti kalau ada ikan yang bagus papa bawa pulang gimana?"

Giandra masih menggelengkan kepalanya, sang papa menghela napasnya.

Galvian Leon Traipipatanapong,

Papa kesayangan Giandra, orang pertama yang memeluk Giandra bila Giandra Pulang sekolah dengan keadaan menangis.

Papa Leon,

"Gia tuh kemarin mau beli apa?" Giandra mendonggak saat sang papa membahas hal yang ingin Giandra beli.

"Gia mau beli martabak papa, Orang kota selalu membeli itu tapi mahal mending uangnya buat beli Beras!"

Papa Leon terkekeh mendengar ucapan dewasa sang anak.

"Papa punya uang nya, Gia mau beli sama papa? Tapi kita pakai sepeda sambil nunggu bunda datang!"

"Gia ikut papa!"

Sang papa berdiri dan langsung menggendong anak manisnya dengan segera.

"Ayo kita beli martabak!"

Giandra tertawa saat sang papa mengajaknya berlari menuju sepeda untuk membeli martabak.

Tanpa Giandra rasa kan, itu momen terakhir bersama sang papa, pelukan terakhir, elusan terakhir dan Martabak terakhir yang papa nya belikan.

****

Waktu menunjukan pukul 12 siang tapi cuaca sangat tidak mendukung, hujan petir saling bersahutan.

HoMe For Me (END) [Pdf Versi] ✓Where stories live. Discover now