06 - Di paksa sempurna

1K 148 8
                                    

🦋Happy Reading🦋


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




***

Plakkk!!!

Pipi mulus Adel ditampar lagi dengan cukup keras. Sampai terasa perih dan berwarna merah. Otomatis gadis itu memegangi pipinya yang baru saja di tampar. Kali ini apa salahnya, tidak cukup kah kemarin dirinya sudah kena tampar lagi. Kini lagi, lagi dan lagi. Sebenarnya apa mau sang papa padanya. Harus menjadi sempurna di mata Papa dan Mamanya.

Bukan hanya itu Arsen dengan segera mengambil sebuah tongkat yang tengah berada dindekatnya. Ia mengarahkan tongkat itu ke pungung Adel. Gadis itu tertunduk.

"Dasar anak tidak tau terima kasih!"

"Sudah untung ayah sekolahkan kamu, kenapa tidak ada imbal balesnya."

"Kamu mau jadi apa Hah!"

Makian dari Arsen membuat Adel tau penyebabnya apa. Mungkin karena ia bolos beberapa kali dalam sekolahnya. Namun penyebab utamanya bukan hanya itu. Penyebabnya adalah Adel yang tak mau mengerjakan tugas dan malas-masalan di sekolah.

Perih dan juga sakit di rasakan oleh Adel di pungung. Gadis itu sama sekali tak mengeluarkan air mata. Justru apa yang di lakukan Arsen ia rekam begitu jelas di ingatannya. Sudah beberapa kali Arsen melakukan hal itu kepada Adel. Hampir setia hari saat nilainya turun dan tidak menjadi juara satu.

Adel harus memenuhi keinginan dari Arsen dan Biru. Meski pada kenyataannya hal itu membuat Adel tertekan. Badan dan tubuhnya sudah mulai rapuh dan capek. Ia sangat takut tak bisa bertahan selama itu. Adel lebih sakit di beri makian oleh sang Ayah dari pada sebuah pukulan.

Bahkan kali ini Biru hanya diam saja. Wanita paruh baya itu juga tak menghentikan suaminya. Ia hanya berdiri tegak dan melipat kedua tangannya di depan dada. Adel yakin Biru juga akan melakukan hal yang sama kepada Adel nantinya.

"Kamu mau jadi apa? Kenapa sampek bolos dan sama sekali tidak mengerjakan PR!"

"Kamu baru beberapa bulan di sana sudah ngelunjak."

"Mau mu apa sih Ruby? Papa capek cari uang buat ngebiaayain kamu sekolah. Jawab Del mau kamu apa?"

"Adel enggak pernah minta papa buat nyariin Ruby uang. Karena itu udah kewajiban seorang orang tua kepada anaknya."

"Jangan bicara kewajiban, kalau kamu saja tidak pernah melakukannya."

Bukan menjawab Adel hanya diam membisu. Enggan untuk menjawab karena setiap jawaban yang keluar pasti akan membuat ia makin sakit lagi.

"Sudah lah mas, biar Ruby bersih-bersih dulu baru di tanya." Ujar Biru yang mendekat dan mengusap lembut lengan Arsen.

"Ajari anakmu itu!" Serka Arsen. Ia segera pergi dan melempar tongkat itu sampai mengeluarkan suara karena terbentur lantai.

Distant feelingWhere stories live. Discover now