KEMENYAN

6.4K 595 20
                                    

Author pov

Subuh sudah lewat setengah jam yang lalu. Wowo dan ningsih sudah pulang sebelum azan berkumandang. Pak rosman masih mendekap kuncoro erat erat, tubuh manusia itu benar benar keliatan ringkih karena sudah lebih dari 18 hari tak ada satupun asupan yang masuk ketubuhnya dalam dunia nyata. Bagi kakek itu kuncoro semakin lama semakin pantas disebut hantu, bukan karena wajahnya yang sudah awut awutan itu, tapi dikarenakan tak adalagi hubungan laki laki yang duduk dengan posisi bertapa itu di dunia manusia. Raganya ada, tapi jiwanya sudah mengelana jauh dari dunia dimensi ketiga ini.

Sinti bersin bersin sedari tadi, katanya nggak kuat dengan bau kotoran ternak yang dibakar  karena dicurigai penyebab gagalnya pertanian disekitar sini . Sempat tersiar kabar, penanaman teh kembali dilakukan, dan baru minggu ini diberitakan jika tanaman itu mendadak rebah kecambah. Awal perkiraan ahli tanaman hal itu dikarenakan adanya penyakit damping off , nggak tau aja mereka jika si wowo lah yang bertanggung jawab atas semuanya. Dia mengeluarkan banyak energi untuk menginjakan kakinya yang sebesar tapak raksasa ke bayi teh tampa dosa itu setelah sore kepulangan para pekerja, hantu hantu disini berkoalisi untuk menghancurkan suseno. Bagi mereka kehilangan kuncoro sama dengan kehilangan kesenangan dengan semua tingkah memanjakan dari orang yang sudah mereka anggap majikan.

"panggil saja dukun yoni kesini buat nyelesaiin masalah ...ini.... hiks huk huk"

Sinti berbicara dengan nafas satu satu, kalau di dunia manusia ini yang disebut dengan asma.

"sudah berapa kali aku bilang sinti, yoni itu anak buahnya suseno, kau ingin kuncoro nggak kembali lagi emangnya?"

Sinti terdiam, lalu melayang ke kamar mandi, terdengar ceburan air sebentar lalu dia kembali lagi dengan wajahnya yang basah kuyup.

"mereka kemana ya, lama sekali, padahal sudah aku bilang jangan lama lama tadi"

"markayangan penuh kesenangan, kesenangan adalah musuh untuk kewaspadaan, kesenangan adalah sahabat baiknya lupa, aku harap andara tidak lupa disana, soalnya kabarnya dunia itu penuh hingar bingar kayak dikota"

Sinti kembali duduk dengan lesu, memperhatikan kuncoro nanar. Bayangkan saja manusia ini, tidak makan tidak minum, tidak pipis tidak beol tapi secara medis dia hidup. Bukan sulap bukan sihir, bukan koma apalagi pingsan, ini yang dinamakan hidup segan, modar pun nggak mau.

Tiba tiba ada tarikan nafas panjang yang dihirup oleh kuncoro sebentar ini. Seperti orang yang sedang memenuhi paru parunya dengan oksigen seusai lehernya dicekik, dan ajaibnya semua hantu disekitar ini otomatis terpanggil atas suara itu. Tak bisa dijelaskan bagaimana bisa itu terjadi, yang pastinya ini seperti tingkah logam ketemu besi berani.

Beberapa dari mereka dengan beragam rupa melongok lewat jendela, bahkan ningsih rela melewatkan pedekate hari keduanya dengan hantu penjaga wc yang punya wajah buruk rupa. Pokoknya siapa saja yang pernah diuntungkan oleh kuncoro segera mendekat, tak lama setelah itu kuncoro membuka mata pelan dan tak bertenaga .

Hadirin bertepuk tangan, mereka semua menghapirinya dengan sorak gembira. Kuncoro rapuh, lalu dia bergerak di antara kerumunan ke ruang depan dengan bantuan energi kakek tua itu yang menguatkannya. Seketika dia sambar tempat bermungkimnya dupa dilaci tua, disana juga ada kembang tujuh rupa yang meranggas tersisa, dia lumat bagaimana pun rasanya lalu menyalakan sebongkah getah dari tumbuhan styrax, tak lama wangi wangian itu menguap ke udara. Jin jin disekitarannya berpesta pora walaupun tanpa darah ayam hitam dan sambutan dari si lidah panjang.

"itu kemenyan terbaik kun, efeknya seperti darah, energi disini sudah kuat sekali, tinggal kau menifestasikan untuk salah satunya membawakan kau makanan"

Kuncoro mengangguk lalu sedikit terbatuk batuk, sinti membantunya berdiri saat dia sudah ingin duduk.

"mana alena sin?"

"dia menemui ruhnya katanya, di kota"

"di kota?"

"alena bukan mati bunuh diri kun, dia dibunuh, DIBUNUH"

Mendengar itu langsung sakit ulu hati kuncoro, dia hilang berhari hari dengan niat ingin menyesali apapun tingkah alena yang berani bunuh diri. Tapi seketika berubah saat penjelasan barusan, kenapa dalam waktu yang singkat dulu waktu qorin alena masih bersama sinti dia tak punya pikiran sama sekali untuk bertanya. Dia sudah diperdaya dengan persepsi gegebahnya yang sok tau.

Tak lama seseorang mengetuk pintu. Penampakan nya normal tapi tak menapak ke tanah. Orang itu wajahnya layaknya manusia yang masih hidup dengan penampakan sempurna. Ini qorin manusia yang kematiannya tanpa sentuhan ketragisan, tak sama dengan wajah rata rata yang ditemukan disini.

"satu tumpengannya pak"

Tumpengan itu asli, percaya atau tidak. Mungkin penjual di pasar pagi disekitar desa ini barusan tertipu dengan uang fantasi yang dia berikan sebagai alat tukar. Lembaran lembaran itu pasti sudah berubah menjadi daun kering seketika saat dia sudah jauh melangkahkan kaki.

Laki laki ganteng itu melangkah menjauhi, giliran kuncoro yang makan seperti orang kesetanan. Hidangan itu habis tak bersisa dalam waktu nggak lebih dari sepuluh menit. Lalu saat dia merasa tenaganya terisi maksimal, dia kekamar mandi untuk minum air bak dan buang air seni. Kemudian dia keluar lagi setelah membersihkan diri, dan beberapa yang di pesta tadi sudah pulang satu demi satu karena asap menyan mulai menipis dan bongkahannya tak terlihat lagi. Ini adalah jam jam mengantuk untuk jin jin itu, matahari mulai menyinari, sinti juga musti istirahat sebelum bunuh diri berkali kali lagi jam 11 siang nanti.

"kau tak melihat andara kah disana kun?"

"andara?"

"dia yang kita utus mencari mu, apa dia masih tersesat dialam itu?"

Kuncoro memutar otaknya, tak ada yang namanya andara setaunya. Penyelamatnya adalah buyutnya dari ranji keturunan ke 19 yang hidup di awal abad 17. Laki laki sepuh itu berjanggut putih, pakai baju hitam dan berhasil melemparkannya dari merkayangan ke dunia manusia.

"apa andara tersesat sin, panggil wowo, bilang dia musti pulang, kabarkan ke merkayangan"

Gelombang suara panik memenuhi ruangan. Kuncoro masih belum paham siapa wanita itu. Tapi reaksi sinti sudah mulai mengganggu dengan mulutnya yang seperti kereta api karena tak henti hentinya berbicara. Dia sebutkan nama andara berulang kali, mereka seperti nya harus kembali meritualkan itu, menyuruh andara pulang.

DUPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang