MANTRA

5.8K 508 23
                                    

Kuncoro duduk bersila, memanggang dupa yang masih tersisa. Niatnya memanggil alena.

Dia ucapkan mantra mantra yang barusan dipelajarinya dari buku buku kuno beraksara jawa. Lalu dengan bantuan pak rosman sebagai pembimbing, dia ambil beberapa surat surat balasan dari alena, beserta selendangnya yang pernah menjadi buah tangan. Tak lama dia berkomat kamit, jelmaan alena muncul membentuk kabut. Ektoplasmanya sekarang berwujud menyerupai manusia.

"bukan dia, itu adalah jin yang menyerupai dirinya"

Pak rosman menyuruh jin itu minggir, bagaimanapun jin jin nakal suka sekali melakukan ini demi sesajian.

Jin itu menghilang setelah mengumpati kuncoro, ini adalah jin oportunis yang kalau diperingati malah ngotot balik bukannya minta maaf baik baik. Mungkin sengaja berlama lama demi dupa, tapi saat dupa itu disirami air dia langsung memperlihatkan wujud aslinya menyerupai siluman.

Angin kencang menghempaskan engsel jendela , hujan melayang merambati dinding dinding yang catnya sudah mengelupas, suara burung dan serangga memecah kesunyian, tapi kalau kau jeli akan mendengar suara cekikikan yang amat kentara; iya, itu suara kuntilanak puber yang baru ngocok arisan atau jika telingamu lebih sensitif lagi, akan ada suara makhluk yang melepaskan udara dari tenggorokan; iya suara auman dari genderowo yang adu kejantanan sekedar buat gaya gayaan tebar pesona di depan kuntilanak tadi. Wajar, ini sudah musim hujan, waktunya kawin untuk jin jin yang merasa diri mereka sudah akhir balig.

Pemanggilan itu kembali dilakukan diantara malam gelap gulita. Dupa kembali dinyalakan sayangnya cahayanya sedikit yang tak mampu menerangi bagian kecil ruangan. Mantra mantra lalu diucapkan, kuncoro memejamkan mata mengacak ngacak kembang tujuh rupa yang dia hempaskan ke kertas kertas dan selendang peninggalan alena. Semerbak wewangian memenuhi tempat persembahan, membuat udaranya yang pengap tadi berubah menjadi nominasi wangi kembang kantil dan kenanga. Kuncoro yakin, ini bukan dari perlengkapan ritual tadi, ini dari perwujudan seseorang yang tak menapaki bumi, tapi sialnya, ini hanya buang buang waktu saja.

"mas kun, sinti dilamar sama wowo, mas kun, hihi hihi hihi"

Sialan sinti. Ini pasti efek karena mengizinkannya untuk ikut arisan para kuntilanak tadi. Dia datang dengan mahkota dikepala, itu seperti masterpiece anggap saja cincin kawin para genderuwo untuk menarik perhatian kuntilanak muda, agar mau di ajak berkembang biak.

Kuncoro kesal, tapi sinti masih saja dalam dunianya yang seolah olah bisa memeluk bulan saking senangnya perasaanya. Dia menari nari didepan satu manusia dan satu qorin pak rosman yang menjadi asisten kuncoro. Dia sibakkan daster lusuhnya yang berlubang kesana kemari, lalu dia kembali cekikan dengan not yang dinaikan beberapa oktav. Mukanya merona, tak lagi pucat pasi, dia fix gila karena cinta.

"sin, aku mau manggil alena dulu sin" kuncoro melirik jam tangan, sudah setengah jam terlewat. Tapi sinti ogah, masih menggoyang goyangkan badan didepan kuncoro tanpa rasa lelah, seakan energinya sudah terisi penuh hanya dengan memakan ceker ayam kesukaanya tadi pagi.

"mas kun biarin aja, sinti kan lagi senang, nggak suka diganggu"

Gini lah ribetnya berurusan dengan hantu puber nya terbalik, waktu di dunia saja dia benci laki laki. Di alam jin dia menyukainya walaupun penampakannya tak karu karuan. Bagi kuncoro, sinti itu ratu drama yang berlebihan, karena kalau senang dia ketawa ketiwi dan jika sedih dia meraung raung seperti esok matahari tak muncul lagi.

Selendang alena melayang layang setelah sinti tarik keberadaanya di depan meja pendek sesajian. Lalu dia gerak gerakan dengan energinya yang tinggi. Bukan urusan yang gampang membawa benda manusia ke alam yang berbeda. Hantu hantu suka kehabisan energi jika sudah melakukannya, apalagi kuntilanak macam sinti ini. Tapi setelah 10 menit itu berlalu tak ada tanda tanda sinti kelelahan, apakah ini yang dinamakan dengan energi tambahan karena cinta?

"pak rosman, cari wowo dekat pohon kopi, bagaimapun kita harus membawa andara pulang dan mencari alena, sinti ini sudah seperti jin yang kesurupan setan cinta"

Pak rosman beranjak menjauhi mereka berdua. Mencari wowo dideretan halaman belakang. Sedangkan kuncoro tak henti hentinya menyuruh sinti berhenti.

"udah sin, ntar aku nggak ngasih kamu makan lagi loh ya"

"nggak peduli, kalau sinti nikah kan makanan sinti bukan tanggung jawab mas kuncoro lagi, udah tanggung jawab ayang wowo"

Beuh, setan ini, gampang sekali menaruh harapan. Coba saja kalau ntar perasaannya dihempaskan, dia kembali kerasukan untuk menangis semalaman.

"mas kun, benar kata surat mas kun itu, jatuh cinta itu seperti taburan bunga di pemakaman, yang di terangi rembulan ke empat belas, lalu bunga itu bergerak terbawa aliran air yang tenang, menunggu bermuara"

Mata sinti menerawang, lagi lagi penuh cinta

"sudah baca surat aku seenaknya salah lagi, bukan pemakaman sinti tapi perairan, ya kali pemakaman ada air, emang banjir"

Sinti cekikan sebentar, mungkin lagi menyadari kebodohan. Lalu dia seperti ribut marapikan daster lusuhnya, melemparkan selendang alena itu, dan menyisir rambut berantakannya dengan jari cepat cepat. Dan ajaibnya dia seolah olah sadar dari kesurupan, tapi tingkahnya sekarang kayak kunti lagi sakit gigi. Diam seribu bahasa.

Oh wowo lah penyebab sinti seperti orang gagu, saat kaki raksasa itu melangkah memasuki ruangan sinti semakin membisu tapi dengan muka lebih bersemu. Wowo menunduk menghampiri sinti yang tubuhnya tak lebih dari pinggang laki laki itu ke kaki. Euforia sinti yang sebentar ini menghilang sekejab, wowo lalu mengeluarkan gombalan maut mengajak sinti berkencan.

"sin ikut aku yuk, aku akan kenalkan kau ke teman teman ku, sayang wajah cantik sepertimu dirumah saja menghadapi kuncoro, laki laki itu calon bujang lapuk, masa kau akan menemani dia selalu sampai hari tua"

Kuncoro sebal, baginya tak ada alasan menjatuhkan dia hanya untuk meninggikan sinti. Kampretos kau wowo, kutuknya dalam hati.

Sinti akhirnya melambai lambai setelah ajakan wowo diterimanya dengan senang hati. Ritual benar benar tertunda satu jam. Sudah pukul setengah 12 saat kuncoro melihat penunjuk waktu di pergelangan tangan. Matanya mengantuk, dia masukan kembali dupa dupa dan perlengkapan yang tersisa ke laci tua. Dia mohon izin ke pak rosman buat tidur, bagaimanapun saat dia terjebak di alam sana,rohnya tak istirahat bahkan sepicingpun.

DUPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang