MATI SURI BAGIAN 2

5.6K 585 69
                                    

Hari itu mungkin dewi bumi lagi berduka, hujan tak henti hentinya menghujam sehingga membuat genangan dimana mana ditengah kota jakarta. Sebagian daerah bahkan terkena banjir sampai ke pinggang, kecuali sebuah rumah sakit swasta yang berdiri menjulang sampai mampu menggapai awan rendah. Hanya saja kabut sepertinya tak bersahabat diantara kemacetan kota saat pulang kerja, seorang dokter muda berpakaian lengkap masih berdiri didepan paviliun rumah sakit, niatnya mau balik ke kosan, tapi apa daya dibanding dia beralih posisi jadi pasien mending bersabar sebentar nunggu hujan agak redaan.

Kuncoro menghitung hitung dengan jemarinya yang menggigil menunggu hujan berhenti, tak jauh dari tempat dia berdiri, ambulan terparkir setelah seseorang calon pasien akhirnya di alihkan ke atas brankar. Tiga orang ikut serta mengantarkan, satunya bahkan berpakaian baju hitam gelap lengkap dengan tudung kepala yang menutupi rambutnya yang beruban. Sepertinya suasana mulai chaos karena seorang dokter yang seangkatan kuncoro menyenggol bahunya lalu memasang tanpang butuh bantuan. Dia bilang pasien ini aneh, baru saja dia memuntahkan paku dan diperparah adanya kawat yang tumbuh laksananya panu di beberapa bagian tubuhnya. Sudah dua hari kuncoro tidak pulang, semua malam malamnya musti begadang dengan segala keluhan, matanya sudah sayu, tapi karena dia tau penyakit ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan medis dan obat obatan, dia akhirnya berbalik, lalu berlari menuju ruangan gawat darurat yang pasiennya lagi menjerit jerit kesakitan.

Laki laki itu masih muda, mungkin 35 tahun umurnya. Anaknya baru dua, sepasang, laki laki dan perempuan. Mereka dua duanya berpelukan, sedangkan satu lagi anggota keluarga yang mungkin umurnya mendekati kepala lima, baru saja beranjak karena mengurus pendaftaran pasien. Seorang dokter cukup senior memerintahkan untuk memberikan obat penenang, karena pasien ini tak mau tenang, terus merintih tak mau berhenti seperti layaknya ibu hamil pecah ketuban. Sekitaran panik, ruangan engap, lalu laki laki itu muntah lagi mengeluarkan material yang biasanya dijual ditoko bangunan dengan nafasnya yang mulai satu satu. Kuncoro mulai mendekati laki laki itu, dengan izin dokter roya sebagai penanggung jawab, dia melarang obat itu diberikan pada pasien ini. Satu makhluk dengan wajah buruk rupa, gigi nya panjang, telinganya lancip dengan mata yang hampir keluar dari rongganya menggeliat saat kuncoro mulai memegang lengan pasien. Penuh amarah menduduki korban yang sudah sekarat, tapi kuncoro yakin pasien itu dapat selamat.

"dok pindahkan dia keruangan khusus"kuncoro memohon. Dokter roya tau persis kemampuan kuncoro menangani penyakit di luar medis lalu menyuruh perawat laki laki membawanya pindah ruangan. Tangis kembali bertalu talu, anak kecil itu meminta menemani papanya, hanya saja tidak bisa, ini urusan kuncoro dan keahliannya. Karena bagaimanapun penyakit seperti ini tak akan ada obatnya, kecuali meritualkan sesuatu di ruangan khusus yang lengkap dengan bau dupa.

Pintu kaca dibukakan, angin sore masuk melambaikan susunan gorden pada jendela. Berapa makhluk mendekati bau dupa yang dipanggang, beragam macam bentuknya, ada qorin mantan suster, ada juga dokter, kuntilanak, pocong beserta berbagai macam makluk beragam rupa yang kuncoro kenali. Matahari turun sempurna, semua lampu ruangan dimatikan, hanya ada tiga orang yakni kuncoro, dokter roya, dan pasien. Mata kuncoro mampu mengenali mereka satu satu, tapi seperti biasanya dokter jangkung sahabat kuncoro tetap saja selalu bingung dengan apa yang sedang diritualkan. Dia berdiri disudut ruangan, dengan ketakutan karena banyak sekali benda benda yang bergerak diluar batas kewajaran. Ada yang terlempar, ada yang jatuh, bahkan angin ribut ntah dari mana asalnya setelah hujan reda mampu membuat merinding, ditambah dengan jeritan pasien yang tak tahan dengan tampang mengerikan layaknya exorcism di film film hantu.

Kuncoro haturkan doa doa, beserta mengerahkan pasukan setelah jin ini bandel tak mau berhenti bikin masalah. Disuruh pergi, dia ngotot menyiksa pasiennya sampai kehabisan darah. Kuncoro mulai marah, saat pasien itu sudah mulai dikendalikan oleh makluk itu, dia mulai menyakar, berteriak, sampai mencekik kuncoro. Kekuatannya super tak bisa dikendalikan, dokter roya bahkan membantu saat kuncoro sudah kehabisan napas dan hampir KO. Tak bisa dilogikakan, pasien ini punya kekuatan maha dahsyat seperti tenaga kuda perang, padahal laporan tadi dari istrinya yang beruban dia sudah tak makan lebih dari lima hari.

"du....pa"kuncoro kehabisan nafas setelah lehernya semakin sempit karena cekikan.

dokter roya membuka laci lalu membakar dupa. Kuncoro berkomat kamit, Makhluk yang datang semakin banyak, tapi satupun kekuatan mereka tak mampu mengalih posisikan makhluk itu dalam tubuh pasien. Mereka lama lama mundur perlahan, tampang mereka boleh saja mengerikan bisa bikin manusia yang melihatnya terkencing kencing, tapi jika dari segi kekuatan, makhluk yang terpanggil karena dupa tak bisa sama sekali mengalahkan makhluk kiriman dukun satu ini.

suasana semakin tegang, hantu yang mendedikasikan dirinya sebagai teman kuncoro itu mulai patah semangat setelah melihat induk semang mereka sudah dibanting kelantai oleh pasien kerasukan itu. Dokter roya ingin meminta pertolongan dari luar tapi di larang kuncoro. Lebam dimana mana, ini nggak ada bedanya dengan kejuaran tinju tanpa wasit dengan lawan tak seimbang. Dokter roya yang sibuk dengan kuncoro mulai menjadi korban bulan bulanan setelah kuncoro sudah tak berdaya. Hantu itu nyari korban baru. Kuncoro mulai merasa berdosa saat dokter itu diserang layaknya menyerang dirinya. Sampai disudut jendela yang terbuka, dokter roya mati kutu bertahan agar dia tak terjun karena dorongan makhluk sialan ini. 30 meter dari daratan ruangan ini berdiri. Makhluk itu berpotensi mengambil nyawa siapa saja yang dia kehendaki.

"jahil nyawane setan, lukoco nyawane buto, jahilan nyawane genderuwo, gumeter nyawane jin, dumilan nyawane dangen, siro suminggaho, nyowoniro wus tak genggem dening ingsun.""

Kuncoro ambil sebilah skapel dari nakas. Lalu dia goreskan pada pertengahan lengan bawahnya, darah itu ngucur deras. pasien pingsan seketika, angin ribut tiba tiba berhenti. Kegelapan berakhir diruangan, makhluk itu menjilati darah kuncoro yang menetes layaknya anak kucing lagi menjilati susu. Dokter roya kalut, ini adalah exorcism yang paling mengerikan selama jadi rekan pria ajaib ini. Kuncoro terduduk lemas disamping ranjang, berpeluh peluh, sampai makhluk itu pergi ntah kemana, laki laki itu tau makhluk itu akan minta darah lagi, tapi tak ada yang bisa dia lakukan kecuali ini. kehilangan rekan kerja seperti roya lebih membuatnya tak tega hanya karena suatu alasan yang tak akan diterima oleh pemikiran siapa saja. Cukup dia saja yang berkorban, dan rumah sakit hanya tau jika pasien ini sembuh walaupun tak adapengobatan medis yang realistis yang mampu untuk pasien kena guna guna. Dokter tampan campuran dan berwibawa yang menjadi rekan kuncoro akhirnya menghubungi suster untuk membereskan ruangan lalu menetapkan jadwal operasi mencabut kawat kawat yang tumbuh di tubuh pasiennya.

Kuncoro lemah

Akhirnya DUPA update setelah hiatus dua bulan, dan mantra jangan dirapalkan seenaknya ya, author tak tanggung jawab kalau terjadi apa apa, author juga nyontek dari kaskus, semoga kalian semua menikmati fiksi ini ya. Dupa akan selalu update dengan banyak pertanyaan di kepala pembaca dan membuat siapa saja bingung membacanya. Anggap aja ini cerita conan versi hantu, huahahahha, sekian terima kasih semuanya.....

DUPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang