SUNARSIH BAGIAN DUA

4.9K 438 50
                                    

Matahari sudah sembilan puluh derajat menatap dermaga.

Tiga anak beranak menaiki kapal, hendak menyeberangi lautan.

Seorang ibu dengan wajah aut autan, dengan kerutan yang sangat kentara, menggenggam kedua anak perempuannya. Dari tadi pagi mereka bertiga sudah bertekat bulat akan meninggalkan sebuah rumah megah di pusat kota. Setelah teror teror yang tak berkesudahan.

Baru delapan hari yang lalu, anak kedua sunarsih berpulang. Jaraknya hanya enam bulan setelah wafatnya anak pertama.

Laki laki itu berumur dua puluh lima, punya anak dua, satu masih balita dan satu lagi masih dalam bentuk janin berplasenta. Masih tujuh bulan usia kandungan istrinya, suami nya sudah tiada. Mati secara tiba tiba, padahal paginya masih bisa olahraga keliling perumahan, siangnya ditemukan dengan lidah menjulur di tempat kerja, seperti orang yang menghadapi ribuan paskal tekanan yang menindih jalur nafas pada lehernya.

Hancur sekali hati sunarsih, ditambah tak ada tanda tanda pelaku dari golongan manusia yang bisa menjadi alasan kematian anaknya. Ini murni dari yang tak kasat mata. Tapi polisi menduga, anaknya mati karena membunuh dirinya dengan sengaja.

Ritual yang dilakukan sunarsih setelah wafatnya anak pertama lancar dan tak pernah melewati pantangan. Dia sudah taat dengan segala aturan, termasuk rutin bersenggama dengan siluman ular disebuah ruangan khusus dalam rumahnya. Tapi ntah salahnya dimana, teror demi teror menghantui hidup keluarganya satu bulan belakangan. Pembantu rumah tangganya banyak mengundurkan diri karena tak kuat dengan segala keanehan. Beberapa hari sebelumnya banyak sekali ular berbisa masuk ke rumah, kadang letaknya di kasur, ada di kloset kamar mandi, sesekali merayap dilantai marmer, bahkan ada yang lagi berjemur meliliti terali besi pada tangga lantai dua. Membuat siapa saja ngeri, pada puncak keanehan itu, seorang tukang cuci mobil panggilan mendadak tak sadarkan diri, tingkahnya seperti hewan melata, mendesis desis, dan waktu dia ajak komunikasi tak begitu jelas kemauannya.

Sunarsih kembali ke dukun untuk bimbingan. Sayang seribu kali sayang, dukun yang dia cari sudah hilang jejaknya. Kata orang sekitar, dia jadi buronan polisi setelah menjadi tersangka pelecehan pasiennya. Seorang wanita remaja korbannya, awalnya hanya meminta untuk dilancarkan saja urusan asmara, tapi berakhir pada ranjang kenikmatan dukun yang kalap mata. Pasien itu di cabulinya sampai dukun itu berstatus tersangka.

Tak tau kemana si sakti mandraguna itu menghilang, tapi tetap saja semuanya harus dihentikan. Hidup sunarsih sudah jauh dari kata tenang, uang yang dia pegang mulai dia kutuk jadi sumber kesialan. Bermacam macam kejadian, semalam sebelum kematian anak keduanya, setelah melayani nafsu siluman ular, pada tengah malamnya sunarsih terbangunkan dengan angin kencang yang masuk kejendela, menggoyangkan gorden tipisnya. Kamarnya didepan kolam renang, tapi satupun pohon pinang diluar sana yang bergerak daunnya sebagai penanda cuaca. Sunarsih geser jendela, alangkah terkejutnya ada yang mengetuk ngetuk jendela di urutan ketiga, satu meter dari posisinya.

Seorang wanita dengan mata lancip yang menyala, alisnya menukik tajam, memegang trisula yang diletakan dileher satu wanita yang sangat sunarsih kenal; itu anak pertamanya. Roh andini ternyata belum menyebrangi langit seperti informasi dari dukun itu, anaknya masih di budaki oleh siluman siluman dan sekarang keadaanya sangat menderita.

Sunarsih ketakutan tapi tak tega, seisi ruangan seperti dipenuhi es batu, dingin dan beku. Anaknya menjerit jerit kesakitan, bibirnya biru, kakinya lebam, rambutnya acak acakan, memakai baju yang sama saat kematiannya. Sunarsih berinsut, insting keibuannya ingin menyelamatkan, tak peduli dia akan terluka jika musti berseteru dengan siluman, dia ingin membunuh siapa saja yang menyakiti anaknya.

"haha, kau tak akan bisa, tidak akan"siluman itu membuka suara.

Usaha sunarsih sepertinya sia sia. Satu kursi untuk meja rias dia lemparkan setelah jendela tiba tiba macet untuk dibuka. Wanita itu malah menyeret anak sunarsih menjauh. Sunarsih mengejar sampai tak sadar dia sudah melompati kolam renang untuk menarik darah dagingnya itu. Air yang tenang tiba tiba beriak. Di mata orang biasa, sunarsih seperti orang gila yang memukul mukul air, tapi bagi orang yang mempunyai kepekaan lebih, ini adalah pertarungan siluman dan manusia.

Zat cair memenuhi paru parunya, wanita itu saking mendendam, sudah seperti orang kerasukan. Tapi bukan hal mudah menaklukan sang ratu siluman, sunarsih tak mampu lagi bertahan saat wanita itu menceburkan kepalanya dan menahannya sehingga dia kesulitan bernafas, sampai di sepertiga malam, majikannya itu ditemukan dalam kondisi mengambang oleh satpam yang patroli di rumahnya.

Sunarsih selamat dari koma, jam 12 siang dia tersadarkan dan langsung melompati ranjang. Sepuluh jam lamanya, roh jiwanya mengembara, menyaksikan banyak hal dari kerajaan siluman. Dia berlari lari keluar ruangan, sampai anak ketiganya yang baru balik dari makan siang yang menjaganya di rumah sakit tak bisa menahan orang tuanya itu. Di otak sunarsih ada penyesalan, karena dalam pengembaraan jiwanya, dia bertaruh untuk menukar nyawanya dengan anak keduanya. Saat dia terbangun penyesalan itu mengejar, dan berharap itu hanya bunga tidur saja.

Terlambat, ardi nama anak keduanya, sudah tak lagi ada. Satu jam dari rumah sakit, pemilik bisnis travel antar kota itu sudah ditemukan tak bernyawa. Para pegawai mengerubungi, dan polisi barusan memasang garis polisi. Matinya dalam kondisi menggenaskan, dan itu tepat jam 12 siang saat sunarsih tersadarkan.

Dia ada, disekitarmu dia ada.....

Masa masa kalut sunarsih delapan hari belakangan. Anaknya yang tersisa dikumpulkan, lalu mulailah dia bercerita di ruang keluarga. Buah hatinya itu awal awalnya mendengarkan dengan pandangan meremehkan, tapi lama kelamaan setelah dijelaskan berkali kali, mulailah anak tertua yang masih bernyawa menyalahkan ibunya itu karena semuanya. Sunarsih sudah seperti orang gila, kesalahannya membuat anak tertuanya itu meludahinya, sampai sunarsih sudah memilih jalan agar dia mati saja. Tapi anak terakhirnya yang bernama amanda, berusaha mencari jalan tengah atas kemarahan kakaknya. Pindah dari tempat ini sudah diputuskan, sampai keadaan mereda. Mereka berdua mencari cara menjelaskan ke keluarga masing masing, meminta izin suami untuk sementara berlibur ke luar kota.

Kapal berlayar dengan kecepatan lima belas knott. Senja dihabiskan sunarsih di buritan sampai guratan jingga menghilang. Merenungi banyak hal, sampai air matanya tumpah mengingat kenangan. Hidupnya setahun ini seperti petualangan. Begitu banyak kejadian yang diluar nalar, dari suka sampai duka. Sehari saat dia menyerahkan jiwanya ke dukun dulu, uang ratusan juta tiba tiba mengisi nampan di meja makan yang tertutup tudung saji tak jelas dari mana asal tuannya, dan tiba tiba juga dalam waktu sesaat juga kerutan mukanya menghilang dan tidak kelihatan. Tapi lama kelamaan, duka demi duka seperti antri dikehidupannya, kehilangan demi kehilangan yang menyesakan terjadi karena sudah main pedukunan. ini semua akibat dari hidupnya yang lalu penuh derita tak disikapi bijaksana, mengira cara instan itu adalah jalan yang tuhan pilihkan. Padahal dulu dia masih rajin sembahyang dan mengaji, tapi karena perdaya uang dan setan, dia lupakan segalanya karena kesibukan. Sekali tercebur didunia hitam, susah keluar, semuanya butuh tumbal dan balasan.

Burung burung camar sudah selesai berkeliaran. Bintang gemintang bermunculan sedikit terhalangi awan awan rendah. Dingin menusuki kulit sunarsih dengan gaun selututnya yang tipis dan sedikit transparan. Di ujung kehidupan, apakah salah dia masih bisa memberi dirinya harapan? Dengan seorang laki laki pengusaha yang baru dikenalnya yang membuat angannya terbang, senyum pria yang lebih muda sepuluh tahun dari umurnya itu tak dapat dia hilangkan dalam waktu semalam. Mungkin suatu saat dia bisa bertemu arianto lagi setelah urusan siluman ini diakhirkan.

-untuk yang aku rindukan, yang tertinggal tanpa kejelasan, masih banyak janji yang belum tertepati, mungkin besok akan ku bawa amplop warna warni itu melarungi cikapundung, dan hanyutlah tanpa arah, tapi semoga masih dapat bermuara di tempat yang tepat, mana tau suatu saat jiwaku dan kau akan semakin dekat -

hara

DUPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang