MONSTER

9.2K 714 90
                                    

Kebanyakan dari kita hidup dalam pikiran, pikiran lah yang mengendalikan kita, kekuatannya bahkan mengalahkan keadaan yang sebenarnya.

Dunia ini berubah sesuai ekpektasi andara sebelumnya. Dia duduk di kursi dengan dudukan 2 kaki sehingga gaun yang dia pakai jatuh kelantai porselen polos tanpa motif. Di sebelahnya, bara dengan rupa rey tak henti hentinya memanjakan andara sedari tadi, termasuk memperhatikan gizi istrinya itu. Andara yang menjalani diet ketat sebelumnya di dunia  manusia,dilarang untuk melakukannnya lagi setelah tubuhnya semakin ceking dan kurus kering hanya karena ingin seperti seperti model model catwatlk yang dia lihat di stasiun televisi. Tapi rei di dunia ini tidak suka menyiksa andara dengan role modelnya terhadap wanita idaman, tak seperti rei didunia nyata yang punya standar tinggi akan kecantikan seorang wanita pujaan.

"kamu cantik ya andara, jaga kesehatanmu, hidupmu disini masih panjang, jangan tinggalkan aku dengan cepat"

Mata rei berbinar, kumis tipis diatas bibirnya berserta lengkung tegas rahangnya, dibiaskan cahaya sepasang lilin yang berdiri manja di dekatnya. Andara terpesona, apalagi dengan pakaian kehormatan rei itu, begitu sempurna dibadannya yang tegap dan berisi. Lupakan kejadian tadi siang, tanpa kata bara, rei tetap lah rei yang dia kenal dengan sifat yang lebih manusiawi.

Alunan musik merdu merambati ruangan, senar senar biola dan cello di mainkan oleh sepasang peri dengan pakaian rapi. Seorang pria disudut kanan mengacak ngacak tuts piano dengan jari jarinya yang panjang, tubuhnya jangkung dan mempunyai wajah blasteran. Hidungnya paling menjadi pusat perhatian karena agak bengkok pada tulangnya, tapi tetap saja dia berwibawa, sehingga nada nada yang dia hasilkan tak pernah sumbang. Dalam kondisi ini, saat makan malam sudah usai, dan piring piring kembali dirapikan oleh dayang dayang, andara kembali terbang saat rei menyentuh tangannya mengajaknya berdansa dilantai yang sudah sepeti batu mulia saking mengkilapnya permukaanya. Gaun sutra itu kembali terseret dengan langkah andara yang memakai sepatu kaca yang pas dikakinya, mengikuti rei yang sudah berdiri tegap sempurna, lalu tak lama rei menunduk menyerahkan satu tangannya untuk digenggam andara. Alunan musik semakin lama semakin cepat sehingga beberapa kali andara kewalahan mengikuti pergerakan pangeranya itu, tapi tetap saja dia senang bukan kepalang.

"apa yang ingin kau lihat andara?"

"aurora, aku ingin sekali melihat aurora seperti yang ada dibelahan bumi utara"

Satu jentikan tangan rei, mampu membuka atap istana yang sudah seperti mesin yang serba bisa. Diatas langit yang hitam, tiba tiba dipenuhi oleh gelombang cahaya yang bergerak gerak dengan gradasi warna yang mempersona. Andara tak mampu melihat bebas dengan menengadah, tapi rei sebagai makhluk yang maha peka, langsung membawa andara berjalan jalan kehalaman belakang yang tak disangka andara lebih indah dari dalam istana. Rumput basah, beserta bunga bunga, dan tanaman yang tingginya tak terlalu jauh dari tubuh orang dewasa, terbentang luas seperti negeri pada dongeng yang sebelumnya hanya ada dalam fantasi belaka. Bunga bunga itu bercahaya, seperti lampu lampu taman yang dibuat sedemikian rupa, tapi yang menariknya bunga ini melakukan penyerbukan diwaktu malam, serbuk sarinya yang berwarna terang keemasan berhamburan, disertai dengan suara gemericik seperti tetesan air yang menghajar cadas cadas. Serangga dan burung burung bertebangan dengan menyalahi sifat alam akan periode kehidupan. Ada seekor kutilang yang terbang rendah disekitar mereka untuk mencari makan lalu bertengger di dahan dahan, berserta rombongan pipit yang mencari biji bijian diantara rumput basah yang tak takut takutnya dengan keberadaan rei dan andara. Bahkan merpatipun baru saja menghampiri tangan andara untuk mengajaknya bercengkrama.

"nama saya hara tuan putri, ternyata benar apa yang diberitakan, kamu secantik apa yang digambarkan pelanduk yang memberitahukan pernikahan kalian, salam hormat dari kaum kami tuan putri"

Andara sempat kaget dengan apa yang dilihatnya, makhluk ini bisa bicara dengan sempurna. Rei menjelaskan jika dialam ini berbeda sekali dengan alam manusia. Semua kesempurnaan disusun disini, yang paling penting tak ada lagi kunti, maupun jumping candy, yang meracau mengganggu kehidupannya yang indah ini. Dia menikmati.

Burung itu meleset cepat lalu menghilang diantara kabut kabut malam. Langit sudah seperti gambaran walpaper bergerak yang dilihatnya di layar monitor, tapi pertanyaannya, planet apa ini sehingga mampu menghasilkan interaksi antara medan magnetiknya dengan matahari, apa dia masih di bumi? Atau dia pindah ke planet lain di luar bima sakti? Entahlah. Pikiran itu lebih baik enyah dibanding musti memikirkan yang antah berantah.

Andara dan rei duduk dibangku taman yang dibuat bergoyang seperti ayunan. Kelinci kecil nan gemuk menghampiri mereka lalu mengelus kaki andara minta beberapa makanan untuk santapan malam. Rei mengeluarkan beberapa potong roti dari pakaian kebangsawanan, menyerahkannya ke tangan andara yang tak sabaran, baginya kapanlagi begini setelah keluarganya tak mengizinkan satu pun binatang peliharaan dirumah karena dianggap menyusahkan.

"rei aku ingin kesana, dekat air mancur itu, apa ada ikan?"

Andara menyeret gaun pastel itu di atas rumput rumput menuju satu air mancur dengan patung dewi anthena memegang timbangan perunggu di tangan kanannya. Satu cekungan dari keramik yang fungsinya menampung air air yang jatuh berada dibawah patung dewi kebijaksanaan itu. Anehnya, cahaya dari langit tak mampu dipantulkan oleh genangan air ini. Andara kembali menengadah, mencari cari apa yang salah. Lalu dia perhatikan wajahnya yang tak ada bedanya yang mampu air itu gambarkan. Sebentar ini lewat burung camar yang hendak mencari makan, tetap saja air ini tak mampu menangkap apapun kecuali wajah andara tadi. Di tengah kebingungannya ini, andara perhatikan rei yang berdiri mematung dengan muka yang tidak tenang. Mengepalkan tangannya kuat kuat lalu berusaha tersenyum agar andara tidak mempertanyakan apa yang ada dalam pikirannya.

"rei, kesini rei"

"kenapa andara?"

Rei masih di posisi tak mau beranjak, dia berusaha alihkan pembicaraan.

"tak ada ikan ya disitu? Itu liat ada ikan"

Perhatian andara pecah karena gemericik air yang diciptakan oleh ikan ikan mas koki yang mungil dan lucu melompat lalu memasuki air lagi berulang kali. Tadi dia yakin seratus persen tak ada satupun ikan di genangan air ini.

"rei, maksud aku"

"andara, itu ada ikannya, kamu suka kan?" rei menunjuk ke genangan air itu secepatnya.

Andara kembali menengadah kelangit, semuanya tak ada yang mampu dipantulkan genangan air ini padahal disekitarnya cukup terang seharusnya. Sepertinya semua nya kosong, kecuali ikan ikan ini, eh tunggu, tapi tetap saja sewaktu ikan ini melompati permukaan bayangannya tak membekasi apa apa.

"rei tolong kaki aku kram tolong"

Rei tergopoh gopoh menuju ke istrinya itu saat andara merintih kesakitan. Tapi akting andara bisa diacungi dua jempol. Kepanasarannya terjawab, "bara" bukan satu satunya kelemahan akan wujud asli rei, tetapi air juga. Tubuh monster laki laki itu bisa terpantul sempurna dengan perantara benda cair tapi semua khayalan yang ada dipikiran andara yang dimanifestasikan oleh  rei tak ada sama sekali. Tak ada burung burung atau apapun, itu murni khayalan akan sesuatu yang berhasil di wujudkan anak siluman itu dipikiran andara. Sudah itu saja.

Ini update-an di pagi buta, jika terdapat salah kata besok diperbaiki, semoga mampu menghibur pembaca

Terima kasih 

DUPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang