3. Kalong

32.6K 3.9K 527
                                    

Aa' kita tercinta balik lagi gaeees!!

Sebelum belanja A' Ian membawaku ke kantor pengelola gedung untuk melapor jika terhitung hari ini aku tinggal di unit yang sama dengannya.

Aku meninggalkan fotocopy KTP pada salah satu petugas dan tanpa banyak tanya juga rese' staf pengelola memberiku akses masuk berupa kartu.

Aku agak-agak kecewa juga karena nggak bisa merasakan proses pemindaian retina, akan tetapi peraturannya memang menentukan kalau selain pemilik unit, tamu yang tinggal di apartemen dikasih kartu akses sementara untuk masuk ke apartemen.

Aku juga mendapat penjelasan singkat tentang peraturan di apartemen. Salah satunya tentang peraturan saat menggunakan jasa kurir antar jemput barang atau delivery makanan yang ternyata cuma bisa sampai di meja staf pengaman di tiap lantainya.

"Jadi misalnya aku pesen Gofood aku harus ambil sendiri ke meja satpam ya A'?" tanyaku pada laki-laki yang melangkah bersisian denganku.

"Mestinya gitu tapi biasanya mereka akan telepon dulu kalau ada paketan datang, jadi kamu bisa milih ambil sendiri atau minta tolong mereka antar."

"Oh!" kami masuk ke Ranch Market, A' Ian mengambil kereta dorong sementara aku hanya mengikuti di belakangnya.

"Pilih sendiri, kamu mau beli apa."
"Loh, kok gitu?"

"Kan kamu yang mau masak sama makan, gimana sih!"

"Memangnya Aa' nggak pernah makan di apartemen?" tanyaku kepo, yang dijawab gelengan kepala dari A' Ian.

"Aku makan di kantor."

Ya Allah, sia-sia dong niatku usaha buat baik-baikin A' Ian. "Kenapa nggak sarapan di apartemen aja sih A'?"

"Nggak pernah sempet. Pulang kerja biasanya paling cepat jam satu malam, jam sepuluh udah harus ngantor lagi, mana sempat bikin sarapan sendiri."

Masya Allah pantesan doi tajir, kerjanya semi kerja rodi gitu. Sampe pulang jam satu malam, mungkin sekaligus ngeronda dulu kali ya.

Kami berhenti di depan gondola berisi sayur mayur organik, mataku melotot demi menemukan seikat bayam yang diameternya cuma setengah dari ukuran bayam normal yang Bunda beli tiap minggu di pasar dekat rumah, tapi di sini harganya malah sepuluh kali lipat bayamnya Bunda.

"Nak gilo!*" aku keceplosan berseru kaget dalam bahasa kerajaan, beberapa orang yang lewat di dekat kami sampai menoleh semua kearahku. "Segini dua puluh ribu!?"

A' Ian memutar matanya, "itu sayuran organik!"

"Organik sih organik A', tapikan belanjanya tetep pake duit yang sampe sekarang nggak bisa numbuh secara organik."

"Ya udah sih, ambil aja," paksanya seraya memasukkan empat ikat sayur bayam ke dalam troli. Aku pasrah aja, lagian belanja juga nggak pake duitku, ini.

Kami kembali memilih sayuran, lainnya juga mampir ke stan buah dan rupanya stroberi yang bikin calon mamer sewot mampus sama Ranch Market juga ada.

Aku geleng-geleng kepala dan memilih mengambil stroberi lokal yang harganya lima kali lebih murah dari stroberi senilai seperempat jeti itu. Di stan produk daging dan susu aku dibikin makin stres saat melihat harga-harganya.

"Ya Allah, satu kilo ini bisa buat beli emas satu suku** A'."

"Itu daging wagyu kualitas terbaik," jelasnya. "ambil dua kilo."

Kutelan ludah kelu, dua kilo apaan! Masa makan daging aja hampir senilai harga logam mulia 13.4 gram. Sedang hasil rundingan sama A' Ayi soal mas kawinku aja dia mampu 3 suku, doang.

Just Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang