13. Skandal (2)

32K 3.9K 1.1K
                                    

Halooo ... Lama nggak nongol, masih ada yang kangen calon imam kesayangan gak!?

Aku merasa ada yang aneh dengan mama dan A' Ian pagi ini.

Bukan karena sakitnya Reira yang bikin mereka jadi panik gitu, tapi ... entahlah, aku tidak dapat menemukan kalimat yang tepat untuk menjabarkan apa yang intuisiku katakan begitu melihat mereka pagi ini.

Mungkin itu karena aku melihat bayangan hitam yang tak biasa muncul jadi penghias mata mama dan juga Aa', atau karena cara A' Ian saat menatapku sebelum pergi.

Aku nggak tahu. Hanya saja aku benar-benar merasa janggal dengan momen pagi ini. Aku memikirkan hal itu sambil berkendara santai ke kantor mengikuti rute yang biasa A' Ian lalui tiap kali mengantarku.

Sesampainya di halaman parkir menara Cytech beberapa kali kucoba menghubungi A' Ayi, tapi usaha itu sia-sia karena ponsel Aa' berada di luar jangkauan.

Aku mulai merasa putus asa saat akhirnya mengakhiri panggilan untuk yang kelima kalinya dan bergegas turun dari mobil. Di saat yang sama pintu mobil sebelah juga ikut terbuka dan aku hanya bisa mengulas senyum untuk membalas hal serupa yang Arius lakukan.

"Sudah berani bawa mobil sendiri Git?" tanyanya seraya menghampiriku.

Aku mengangguk, "sudah mulai hafal jalan, jadi diberani-beraniin."

"Mobil Rayyi?" Arius menunjuk Velar di samping tempatnya berdiri.

"Bukan, ini punya A' Ian ... dia nggak bisa nganter karena Ira sakit, jadi aku dipinjemin."

"Ira sakit!? Sakit apa?"

"Nggak tahu tapi katanya sih kontraksi."

"Hmm ... bikin khawatir ya! Jadi ingat dulu juga Ce' Viona suka kontraksi kalo terlalu capek," Arius menunjukkan wajah simpatinya padaku, nggak ada kepura-puraan yang terlihat karena aku tahu sedari dulu Ari selalu bisa menempatkan diri jadi sahabat yang asyik dan pendengar yang baik.

"Yuk sambil jalan," ajaknya yang langsung aku setujui.

"Kamu bawa apa?" Aku menunjuk kantong kertas berwarna coklat yang di bawa oleh Ari.

Lelaki itu spontan mengangkat bawaannya, "oh ini! Untuk kamu," dia menyodorkan kantung kertas itu padaku.

"Oleh-oleh?" kutatap Ari antusias, anggukan juga senyumnya membuatku bersemangat. Dalam ingatakanku, Arius dan oleh-oleh adalah dua hal yang selalu membawa mood baik, dia selalu tahu apa yang aku sukai dan terbukti senyumku melebar melihat isi kantong kertas yang dia beri.

Ada kotak-kotak warna-warni Dilmah Tea dari varian yang nggak dijual di Indonesia, ada juga teh Darjeeling yang harganya masuk kisaran ratusan ribu per kotak. Sementara ada kotak mika mungil berisi aneka teh bunga.

"Ya ampun Ari ... banyak banget! Aku bikin repot kamu buat cari ini, pasti!"

"Repot apa sih Git! Kemarinkan dari KL aku langsung ke Hongkong, Mami di rumah nitip teh herbal jadi sekalian aku beliin buat kamu."

"Aduuuh makasih ya!" gimana aku nggak senang dapet oleh-oleh, kebetulan banget loh ... terakhir aku dapet oleh-oleh teh begini itu sudah hampir setahun lalu, mama yang kasih paketan teh Twinings Earl Grey sama Lady Grey dari hasil jalan-jalan beliau sama kondean squad-nya ke Singapore.

Aku memang bisa menikmati kopi tapi tambahan gula dan krimer untuk mengurangi rasa pahitnya membuatku yang terbiasa membatasi asupan gula lebih memilih teh yang tetap nyaman diminum meski nggak pake tambahan apapun.

Apalagi varian teh seperti apple blossom, earl grey dan lychee greentea menghasilkan sensasi aroma yang mampu memberi efek rasa manis di indera perasa.

Just Move Onحيث تعيش القصص. اكتشف الآن