23. Jawaban Ayah (2)

16.2K 3.1K 1.8K
                                    

Mantan jomblo hadir lagi nih gals, biar yang jomblo gak ngenes2 amat ya di malam Minggu bulan Ramadhan pula.

Kalo kemarin banyakan terhura kali ini semoga banyak ketawa 😊😊  udah menjelang ending ya ini ... So silahkan puas-puasin baca kisah pebinor favorit pembaca wattpad ini ya. Yang belum vote silahkan di vote yang belum komen silahkan di komen dengan semangat biar emak semangat kasih spoiler kisah anak Pak Ilham yang mana yang bakal tayang gantiin JMO

Btw part ini mengandung tingkat kepo para karakternya di level mbahnya kepo, kalo bahasa palembangnya diterjemahkan sebagai 'cerudik'an' artinya tahap kepo yang udah sampai ke pengen lihat, pengen tahu, pengen komen, dan pengen menistakan 🤣🤣🤣

Tapi saya suka banget dengan cara orang Palembang kalo menasehati, selalu tepat sasaran dan mengandung sense of humor  yang bikin orang gak dongkol meski nasehatnya pedeeesss.

*****
Aku menghela nafas lega usai mengemas nasi serta lauk pauk dan hidangan pencuci mulut dalam kotak makanan yang sudah disiapkan sebelumnya oleh Bunda.

Memasak untuk seratus porsi nasi kotak mungkin perkara berat untuk orang lain tapi berkat Bunda dan hobinya memasak dalam jumlah besar membuatku jadi terbiasa.

“Kok Ayah, Magha sama Daffa belum pulang juga ya dari masjid,” kakak iparku menyuarakan keheranannya yang kontan membuatku ikut keheranan. Belum juga aku bisa menjawab untuk menenangkan, Bunda keluar dengan terburu-buru dari kamarnya.

“Git, kamu anterin Bunda ke masjid yuk!”

Dahiku mengernyit menatap bunda keheranan. “Kenapa Bun?’

“Nggak tahu nih si Ayah cuma bilang kita ke masjid trus bawain nasi kotaknya duapuluh porsi,” mengabaikan kebingunganku Bunda dengan cepat meminta Ayuk Rissa membantunya mewadahi kotak-kotak nasi ke dalam kantung plastik yang sudah disiapkan sebelumnya.

Tak butuh waktu lama semua kantung tadi pindah ke bagasi mobilku. Usai menutup pintu rumah aku sedikit heran saat melihat Bunda naik ke mobil bersama iparku.

“Sekalian aja Rissa ikut, biar Daffa nggak rewel kalo mamanya di tinggal,” begitu alasannya saat kutanyai.

Mengabaikan segala keanehan tersebut kulajukan Brio Biru milikku ke arah masjid yang jaraknya sekitar lima ratus meter dari rumah. Di sana ada mobil dinas A’ Magha, moge-nya A’ Ian dan beberapa bebek matic yang salah satunya adalah milik Ayah.

Seraya mengucap salam aku mengikuti Bunda dan Ayuk Rissa masuk ke dalam masjid, beberapa laki-laki duduk menyahuti salam kami, menyapa Bunda dan berbasa-basi sedikit.

Nggak terlihat A’ Ian di sana, tapi kemudian aku mendengar suaranya sebelum menyadari kalau dia berada di teras belakang masjid tampak sedang menghubungi seseorang lewat ponsel sambil ditemani A’ Magha yang menjaga Daffa.

“Jadi, Ayah memanggil semua kumpul di sini karena ada yang mau Ayah bicarakan sama Gita,” Ayah membuka percakapan hingga membuatku memusatkan perhatian sepenuhnya pada beliau.

Menyadari aku diam karena menunggunya, Ayah kembali melanjutkan kalimat. “Ada laki-laki satu aqidah yang datang ke Ayah untuk melamar kamu, dan karena hubungan pertunangan antara kamu dengan Rayyi Ilham sudah putus, Ayah menjanjikan akan menjawab lamarannya hari ini.”

Kata-kata Ayah membuatku menggigit bagian dalam bibirku.

Lamaran! Aku mulai bertanya-tanya dalam hati, apa Aa’ sudah bicara dengan Ayah soal niatnya untuk menggantikan posisi Rayyi.

Tapi kalau ternyata bukan, bagaimana dong! Lagipula Aa’ yang sibuk menelpon di luar tampaknya sedang gusar.

Aduh! Apa itu artinya dia kena tolak Ayah!?

Just Move OnWhere stories live. Discover now