25. Aa' beli juga itu ...!!

31.4K 4.1K 632
                                    

Harusnya ini masih masuk part kemarin tapi kepanjangan bikin males.

Telat mulu unggahnya, sebab performa emak lagi slow efek banyak kondangan sama efek heboh karena keluarga ada yang mau nikahan, apalagi kalo yang nikah masih sepupu.

Ini episode berlumur keju dan gula khas episode menjelang ending. Yang semangat ya komennya kali aja emak nanti jadi ikut semangat kasih bonus juga.

Love u para pecinta Aa' jagoan nyinyir & tukang tikung .

Aku menangkap pergelangan tangan mungil yang memukuli lenganku itu, menguncinya dalam satu genggaman erat sebelum kembali menarik sang pelaku kepelukan, tersenyum hanya karena melihat ekspresi kesal di wajah jelita yang hampir sebulan ini menghiasi mimpi dan menyirami harapanku hingga tumbuh subur.

"Nggak usah gombal kamu! Nggak cocok!" diseberang Mama masih mengomel.

"Siapa yang gombal sih Ma? Ian serius."

"Dulu pas pertama Mama yang nawarin nikah sama Gita kamu tolak, sekarang tau-tau nekat nikung adek sendiri."

"Astaga, siapa yang nikung sih!" duh rasanya mulai jengkel kalo disinggung soal tikung-menikung ini, kenapa sih nggak ada yang mikir kalo apa yang aku lakukan nggak akan kejadian kalau aja si Rayyi itu pake otaknya dalam menyelesaikan masalah.

"Rayyi sendiri yang buka jalan, salah memang kalo Ian ambil kesempatan? Lagian yang dulu itu nolak kan karena Rian masih fokus membangun negeri! Tapi memang dasarnya Gita jodohnya Rian, ya balik lagilah ke yang punya."

"Bisaan kalo ngomong."

"Ya kan buktinya kami udah sah sekarang."

"Udah nggak usah banyak omong!" tegas Mama dengan nada sungguh-sungguh, "pecah berarti membeli, mumpung anak orang belum pecah balikin aja ke bapaknya."

"Nggak ada cerita!" ketusku sebal, "Ya udah kalo gitu Ian mau pecah dulu bareng Gita, udah ya Ma, bye ... assalamualaikum!" tanpa menunggu jawaban Mama aku mengakhiri percakapan, menonaktifkan ponsel lalu menaruhnya di nakas samping tempat tidur sambil menatap penuh arti pada bonsai mini yang menengadahkan kepalanya untuk dapat menatapku.

Tawa Gita mengalun tertahan, sementara rona di wajahnya menjelaskan kalau dirinya malu dengan keterusteranganku meski dia berusaha menutupinya dengan balas memelototi kemudian dengan sigap meloloskan diri dari kungkungan lenganku sambil menjulurkan lidah.

Hah! Dia pikir bisa lolos dariku dengan melompati ranjang untuk pindah ke sisi lain ruangan, tapi nyatanya dalam sekejab saja sergapanku membuat kami jauh bersama ke ranjang dengan posisinya yang kini berada dibawah himpitan lengan dan kaki yang kugunakan untuk mengunci ruang geraknya.

Gita memberontak, diantara tawanya aku bisa merasa kalau dia gugup dengan interaksi kami. Entah kenapa rasa gugupnya justru membuatku merasa senang.

"Aduh lepas sih A' sesak ini!" protesnya yang jelas kuabaikan. Sebaliknya aku berusaha membalik posisinya yang semula memunggungi jadi menghadap padaku.

"Mau lepas?" tanyaku sambil tersenyum.

Gita langsung mengangguk semangat.

"Nggak ada cerita!" ketusku galak, "mana ada pengantin baru malam pertama jauh-jauhan."

"Ya tapi nggak perlu juga nempel gini kan!?" protesnya lagi.

"Ya terus mesti gimana?" aku balik menatap wajahnya dengan sebelah alis terangkat. Posisi Gita yang berada dalam pelukan dua lenganku membuat kami berada dalam jarak terdekat interaksi kami selama ini.

Just Move OnOnde as histórias ganham vida. Descobre agora