8. Couple-an

14.4K 2.3K 640
                                    

Aa' kita tercinta balik lagi nih ...
Selamat membaca yaa ... Jangan lupa komen n votenya yaa.

"Oke jadi ini selesai!" Pak Adam, Manager Logistik yang memimpin proses stock opname hari ini mengakhiri sesi hitung fisik sediaan logistik di gudang dengan menuangkan sisa air di botol 600 ml nya ke lantai depan pintu gudang kemudian memercikkan sisanya ke arah kami yang mengikuti traine dan staf gudang lainnya.
Ini ritual yang biasa dilakukan pemimpin proses stock opname setiap kali menyelesaikan tugas dengan baik.

Percikan air menandakan pekerjaan kami selesai, sehingga setiap tetesnya selalu disambut antusias para admin dan staf gudang yang selama satu minggu ini seakan menahan nafasnya karena tekanan kerja, beberapa helper malah ikut-ikutan mencipratkan air ke teman-temannya kemudian membasahi tubuhnya sendiri.

Selain event blitz dan fast selling yang rutin dilakukan setiap ultah PT. Danares, penarikan stock opname adalah hal yang paling bikin stres karyawan macam kami. Apalagi kalau bertepatan dengan akhir pekan seperti sekarang, rasa capeknya terasa hingga dua kali lipat karena akhir pekan yang seharusnya santai malah terasa hectic.

Aku aja yang biasa bangun masih bisa santai-santai hari ini ikut merasa tegang oleh persiapan. Meski hari ini nggak bawa bekal karena akan seharian ada di lapangan tapi aku tetap harus masak untuk sarapan si Aa' yang kebetulan libur akhir pekan.

Untung saja saat aku tinggalkan, apartemen dalam keadaan bersih aman terkendali dengan Yang Mulia Mr. Boncabe yang eksis dengan sarungnya duduk kekenyangan sambil ngelus-ngelus kepala Cabe-cabean di depan teve usai menyantap nyaris setengah loyang kue gandus bikinanku.

"Yo pulang yo!" ajak Renata usai menyimpan data final untuk diserahkan ke bagian accounting. Fizar yang ikut turun ke lapangan hanya mengangguk dan mengikuti kami menuju tempat parkir mobil. Kami masuk ke CRV putih yang terparkir di sana, dari mulut bocornya Renata aku baru tahu kalau itu adalah mobilnya Ari yang dipinjamkan ke Fizar untuk akomodasi di lapangan.

"Sekoteng tahu aja kalo Dedek Mbeb butuh mobil buat kesana kemari," Renata mulai nyinyir gaje. "Gak rela banget Sekoteng kalo Dedek Mbeb menderita."

"Apaan sekoteng?" Fizar yang semula fokus ke jalanan ikut-ikutan tertarik berkomentar.

"SEorang KOko ganTENG, Zar , gak gaul lo ah gitu aja nggak tau."

Fizar terkekeh mendengar celetukan Rena. "Iya sih, Ari selalu antuasias kalo sudah ngomongin Gita, tapi kemarin habis balik makan malam sama calon keluarga lo Git dia kayak murung gitu."

"Murung gimana?" Renata mendahului Gita bertanya.

"Kayak ada masalah gitu tampangnya, sedih juga ... cuma sih dia diem aja di gajebo sambil main AOV, padahal lo tahu sendirilah dia itu termasuk golongan manusia doyan berinteraksi dengan sesama ketimbang sama android."

Aku diam-diam hanya bisa menggigit bibir mendengar cerita Fizar. Terlalu mengada-ada kalau aku mengklaim murungnya Arius nggak ada hubungannya denganku. Bagaimanapun aku tahu karena aku dia sampai kena 'senggol' A' Ian.

"Aku kepo loh sejak dulu Git," Rena kembali buka suara, "sebenarnya alasan ortu lo dulu nolak dia itu apa? Bukannya dia saat itu sudah mualaf meski belum menyatakan secara terang-terangan."

"Sebenarnya sih nggak ada alasan kuat untuk nolak Ari, Ayah juga sudah kenal dia lama tapi ... ini kayak apa ya bilangnya, bisa dibilang berpikiran sempit sih, tapi Ayah pengennya aku nikah dengan sesama orang Palembang yang punya gelaran juga."

"Oh!" Fizar dan Rena kompak menggumam.

Bahkan bukan sembarang gelar, sebagai keturunan bangsawan tingkat dua aku hanya boleh menikahi bangsawan pada tingkatan yang sama atau bahkan yang lebih tinggi lagi. Laki-laki Palembang bergelar Masagus atau justru Raden lah yang jadi tujuan perjodohan yang selama ini dilakukan oleh Ayah.

Just Move OnWhere stories live. Discover now