27. Rasa terlezat

33.7K 4K 616
                                    

Berantakan minim editan jangan protes yak! Btw beberapa part udah diunpublish ... Sengaja emang demi kemaslahatan bersama, gak usah minta  dibalikin lagi deh ya kalo emang Emak mau pasti dimunculkan  lagi.

Sejak TK sampai menjelang akil baligh, menurutku ayam kecap buatan mama adalah makanan dengan rasa terlezat di dunia.

Setelah aku terbuang dari keluarga Ilham dan hidup susah di jalanan, bisa menikmati setusuk sate jeroan Mang Pen sebagai lauk pengganjal perut saja sudah cukup memuaskan untukku.

Daftar kelezatan rasa itu terus berubah-ubah seiring dengan makin banyak hal lain yang kucicipi.

Sambal buatan Nyai Ebok, Karedok bikinan Ceu Niam tetangga sebelah kos-kosan ku di Bandung, rib eye steak di Ruth’s Chris, atau burger kalkun di Mar a Lago yang kucicipi saat liburan ke Florida tahun lalu.

Tapi hari ini semua hal itu luruh dari daftar kelezatan yang pernah kunikmati … karena faktanya semua itu bahkan tidak mampu menyamai kelezatan yang baru pertama kali kurasakan di sepanjang usiaku.

Dan sekarang puncak dari daftar itu tengah berbaring nyaman di sebelahku, dengan bibir sedikit membuka, dan bulu mata panjangnya yang menaungi kelopak matanya yang terkatup rapat.

Dengan sangat hati-hati kuresap aroma manis karamel yang menguar dari pergelangan tangannya yang masih berada dalam genggamanku, mataku terpuaskan hanya dengan melihat paduan monokromatis dari rambutnya yang legam dan kulit bahunya yang sewarna kapas.

Semburat kemerahan terlihat di beberapa bagian kulitnya, jejak yang tertinggal saat kutuntaskan dahagaku pada rasa mendamba padanya.

Masayu Maharani Bhregita Razakki adalah kelezatan yang baru saja bisa kurasa. Santapan bagi jiwa dan kenikmatan hakiki untuk seluruh indera. Dengannya aku baru tahu arti dari kepuasan yang sesungguhnya.

Sebenarnya  aku agak menyesal juga karena momen istimewa ini justru kami lakukan ditempat yang sangat alakadarnya. Padahal Gita lebih dari layak untuk mendapatkan yang lebih dariku.

Tapi kalau ditahan-tahan juga bisa-bisa para benih unggulan keburu  berubah jadi odol ntar, kan bisa merugikan negara kalo sampe Indonesia kehilangan calon putera-puteri terbaik bangsa hanya karena aku sama Gita kelamaan puasa.

Dengan sisi jari telunjuk aku membelai pipinya, menyingkirkan anak rambut yang mengganggu disana.  Belum terlambat untuk membuat mempelai bonsaiku itu terkesan dengan perlakuan istimewa dariku, kalau kesan pertama masih apa adanya, maka kesan kedua masih bisa di upgrade jadi luar biasa dan karenanya aku mungkin butuh sedikit bantuan dalam situasi kondisi darurat ini.

Dengan hati-hati kulepaskan pelukan dari tubuh mungil isteriku, mengusahakan tanpa suara saat mengambil ponsel dari nakas.

Aku tahu harus menghubungi siapa untuk meminta bantuan, dan kali ini nomor personal bankir yang kumiliki sebagai nasabah prioritas sebuah bank terkemuka adalah hal yang pertama kucari di daftar kontakku.

Hanya dalam tempo sepuluh menit aku lega karena apa yang kuminta bisa dipenuhi oleh mereka. Masih tersisa waktu untuk memejamkan mata sejenak, karenanya aku kembali lagi ke ranjang dan mendekap mungilku seraya memejamkan mata dan meresapi istimewanya hari ini.  



Sesuai perubahan waktu penerbangan yang sudah di jadwal ulang aku dan Gita masih sempat balik ke rumah Ayah untuk makan malam dan mengambil barang-barang sebelum berangkat ke Bandara.

“Aa’ ini kan gerbang keberangkatan internasional!” Gita menatapku keheranan saat kami justru berhenti tak jauh dari area yang dimaksudnya itu. “Aa’ jangan aneh-aneh deh! Besok Gita kerja, mesti bangun pagi … masa’ mau diajak keluar negeri.”

Aku terkekeh seraya mengecup puncak kepalanya sekilas, “siapa yang mau bawa keluar negeri sih Dek? Aa’ tahu besok kamu harus kerja, Aa’ juga ada meeting pagi besok.”

“Tapi kok kita berhenti di sini?”

“Ya karena kita mau balik lah, Sayang. Lagian ini tuh bukan gerbang keberangkatan luar negeri, ini tuh gerbang keberangkatan VIP, tuh lihat tulisannya.” Tunjukku pada papan petunjuk yang tergantung di langit-langit area masuk.

Just Move OnWhere stories live. Discover now