7. Perasaan cinta

297 26 5
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

___________________________________________

" Aku tak pernah paham jauh lebih berat mencintai dalam diam, atau berpura-pura mencintai seseorang, namun yang ku tahu cinta Allah kepada hamba-NYA yang tak pernah mengecewakan"

-

-

Matahari bersinar terang , angin berhembus tenang. Hari yang sangat disenangi oleh pasangan yang akan menikah yaitu fitting baju pengantin, namun ia tak bersemangat memakai baju yang sebentar lagi menjadi saski bisu pernikahan dirinya dan Raka.

"Masya Allah kamu cantik sekali dek" ucap Raka yang melihat Zakia memakai baju pengantin yang sangat elegan.

"Betul" ucap Laras yang menemani Zakia.

Zakia hanya merespon dengan senyum malu, tak ada wanita yang jika dipuji tidak suka. Zakia akui suka dengan pujian itu.

Setelah usai fiiting baju pengantin Raka mengajak Zakia dan Laras ke salah satu restaurant menemui sahabatnya, berulang kali Zakia menolak untuk tidak ikut namun kali ini gagal.

"hallo Fathan maaf lama yaa, tadi macet dijalan" ucapnya dengan duduk didepan sahabatnya ini, "oiya ini kenalin Zakia calon istri saya, dan ini Laras sahabat Zakia"

Zakia yang merasa disebut masih menundukkan kepalanya, hatinya berdetak kencang ketika bertemu dengan dosennya ini bertambah Raka berkata jika dirinya adalah calon istrinya , entah mengapa rasanya seperti tertusuk belati yang tajam mengetahui kenyataan ini.

"Zakia ayo duduk, ini teman kakak namanya Fathan"

Zakia hanya menganggukan kepalanya , tanpa berniat melihat ke arah depan.

"Sepertinya calon istrimu takut dengan saya, ya kan Zakia" ucap Fathan dilanjutkan dengan tawa.

Zakia spontan melotot ke arah Fathan, "Pak fathan".

Raka curiga dengan keakraban Fathan dan Zakia, "Kalian sudah saling mengenal ? "

"Iya , zakia itu salah satu mahasiswi yang terlalu aktif , jadi sering bolak-balik ke ruangan saya"

Raka yang mendengar itu memberi apresiasi kepada calon istrinya, " Masya Allah Zakia , selain cantik kamu juga berprestasi ya?".

Zakia melirik tajam kearah Fathan, rasanya ia memuji untuk memalukan, prestasi apa yang ada hanya hukuman yang selalu Fathan berikan kepadanya, "Enggak ada prestasi kok kak"

Setelah perdebatan lama , mereka makan dengan lahap dan segera menuju ke tempat belajar anak-anak. Saat menuju ke tempat belajar anak-anak tak sengaja ada seorang pengendara motor yang melaju kencang dan menyrempet Fathan.

"Astaghfirullah , Pak Fathan gak papa?" tanya Zakia dengan Fathan yang mulai khawatir dengan meilhat luka yang ada dilengannya, "sebentar pak saya ada handsaplas" ia menyodorkannya kepada Fathan.

Raka yang melihat itu semua merasakan keganjalan didalam hatinya, namun ia kubur-kubur dalam-dalam , ia menampikkan bahwa mereka hanya sebatas dosen dan mahasiswi.

Zakia lebih memilih diam saat berada ditempat belajar anak-anak, ia merasakan dirinya seperti kisah perempuan yang disukai Salman Al Farisi . Bolehkan ia juga memilih sahabat dari calon suaminya, bolehkah ia tidak menuruti kata-kata kedua orang tuanya, bolehkah ia egois, bolehkah ia memikirkan perasaanya sendiri. Rasanya mulut ini terlalu berat untuk mengatakan sejujurnya , namun hati ini terlalu berat menerima kenyataan yang ada. Namun ia percaya apapun yang Allah berikan jauh lebih terbaik, dari sekedar perasaan suka ini.

Zakia membuyarkan lamunannya , bahkan ia tak sadar jika sedari tadi ia melihat ke arah Fathan.

Waktu sudah menunjukkan sore, matahari sudah mulai terbenam Fathan dan Rakan pun berpamitan kepada anak-anak. Fathan pun izin untuk pulang terlebih dahulu karena ada urusan mendadak, ia melewati depan Zakia dengan tersenyum dan berlalu pergi, Zakia hanya merespon senyum singkat dan menengok ke arah 'perginya Fathan.

"Zakia ayo pulang" ucap Raka setelah keluar dari kelas.

Zakia terkejut dengan kedatangan Raka dibelakangnya , ia menegok ke arah Raka "sudah selesai kak?" tanya Zakia.

Raka hanya menganggukan kepalanya "Ayo pulang, bentar lagi udah gelap"

Sepanjang jalan Zakia hanya mengamati ke arah jendela mobil, ia memilih membungkam perasaanya, memilih menenangkan perasaanya yang sedang tidak stabil.

."Zakia, apa kamu sedang mencintai orang lain ?" ucap Raka dengan melihat kebelakang dari kaca mobil atas

Zakia spontan melihat ke arah Fathan sejenak dan beranjak melihat Raka"Kenapa kakak tanya seperti itu?"

"hanya ingin lebih tahu tentang perasaanmu"

"Mungkin saat ini aku belum mencintai kakak, namun atas izin Allah aku akan berusaha menjadi istri yang baik buat kakak"

Raka yang mendengar penuturan dari mulut Zakia merasa senang, karena ia tidak salah memilih istri. Ia percaya cinta akan tumbuh dengan seiringnya waktu bersama yang akan mereka lalui bersama kelak.

Bagi Zakia hari ini hari yang tak pernah ingin terjadi, ia harus berbohong dengan perasaanya, ia tidak menyadari bahwa ada perasaan kagum terhadap dosennya ini , ia tak bisa memungkiri perasaan bahwa ia memiliki perasaan , namun semua sudah terlambat tak mungkin dirinya bisa bersama dosennya itu.

Zakia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya, mengapa diwaktu pernikahaanya yang sebentar lagi ia malah ragu bahkan sekarang tak menentu perasaanya. Ia tahu menikah dengan seseorang bukan hanya tentang cinta, tapi bagaimana ia mempunyai tujuan yang sama yaitu mendapatkan ridha Allah untuk menuju ke surga-Nya. Bahkan Raka adalah laki-laki yang baik bahkan agamanya tak perlu diragukan lagi.

Kali ini Zakia tidak ingin mengikuti hawa nafsunya, karena rasa suka adalah fitrah sebagai manusia. Ia harus bisa mengontrol dan mengarahkan kemana cinta itu seharusnya, bukan terus mendalaminya sehingga nantinya akan memunculkan maksiat. Ia hanya tak ingin mengulangi kesalahan yang sama karena mengikuti hawa nafsunya. 

Melihat Zakia yang terus melamun Laras langsung mencubit lengan Zakia dengan keras.

"Aww, Laras sakit tauk" seraya ia mengelus lengan bekas cubitannya.

"Kebiasaan si kalau dipanggil gak nyaut"

"Iya, kenapa kamu melamun dek. Apa lagi ada masalah?" timpal Raka.

Zakia menggelengkan kepalanya, "Kia cuma ngantuk kak, makanya KIa liat pemandangan luar"

Laras yang mengetahui sahabatnya sedang berbohong ia tak tinggal diam "Kia udah ngerjain tugasnya Pak Fathan belum"

"Tugas yang mana" ucap Zakia dengan panik.

"Eh lupa kemaren kan dikeluar- hmmp"

Zakia langsung membungkam mulut Laras.

"hmppp, Kia  lepasin" ucap Laras dengan tak jelas.

"Zakia  kenapa Laras ditutup mulutnya"

"Ini kak aku cuma gamau bahas tugas dulu" ucap Zakia asal, seraya melepas bungkamannya di mulut Laras.

"Ilih alasan" 

"Laras" seraya ia mencubit lengan Laras.

Raka yang melihat Zakia dan sahabatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

#yeaaaayyyupdateeeeeee.....

#syukron...
Jangan lupa vote and komen...

TITIK NOLWhere stories live. Discover now