10. Hari Pertama

347 22 3
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

___________________________________________

 "Dulu aku mengeluh atas cobaan yang Allah berikan, namun sekarang aku jauh bersyukur atas takdir yang Allah berikan"

-

Suasana malam ini bagi Zakia sangat mencekam, ia masih sangat malu jika hanya berduaan dengan suaminya meski diirnya sudah berstatus suami istri. Bahkan ia masih mengingat kejadian Fathan memeluknya.

"Pak Fathan kia tidur dikamar bunda ya?"

"Pak?" timpal Fathan

Zakia merutuki dirinya, mengapa ia memanggil dengan sebutan Pak. Zakia ia tampak kebingungan ia harus memanggil dengan sebutan apa. Bahkan untuk mnyebut kata "mas" ia sangat malu.

"ee..a..e anu Kia tidur dikamar bunda ya?"

"Kenapa?, kamu tidak mau tidur dengan saya" Fathan bangkit dari tempat tidur dan mendekati Zakia di dekat lemari, "Kita kan sudah SAH, oh satu lagi saya juga sudah mandi" lanjutnya disertai tawanya.

Zakia semakin dibuat salah tingkah oleh dosen yang sudah halal baginya "Bukan gitu Pak , eh anu emm mas Fathan" ceplosnya mengucapkan kata mas , rasanya Zakia ingin menutupi dirinya dengan apapun yang bisa menutupi wajahnya.

"Kalau kamu belum siap tidur dengan saya gapapa, saya bisa tidur disofa. Tapi tetap dikamar ini agar tidak menimbulkan fitnah ya"

"Enggak kok mas , saya sudah siap"

"Siap apa?"

"Siap tidur" ucapnya lalu menuju ke arah tempat tidur menutupi dirinya dengan selimut.

Suara Adzan sudah berkumandang , tangan Zakia melingkar diperut Fathan dengan erat. Fathan yang melihat kejadian ini tidak tega jika harus membangunkan Zakia namun membangunkan istri untuk solat subuh adalah sebuah kewajiban.

"Kia bangun , ayo kita solat subuh"

"Bentar lagi bun" zakia justru mengeratkan pelukannya.

"Kia "

"Zakiaa"

Zakia yang merasa namanya dipanggil berulang kali, segera membuka matanya. Ia sangat kaget ketika melihat didepan ada dosen yang sangat galak itu bahkan tangannya yang melingkar dipinggangnya, "Maaf pak, anu saya gaktau", dengan melepaskan tangan dari pinggangnya.

Fathan yang melihat hal itu hanya bisa tertawa, ia segera menuju ke kamar mandi untuk wudhu dengan menggelar sajadah untuk solat bersama istrinya.

Seusai solat Zakia mencium tangan Fathan, tanpa sadar ia menitikkan air mata kebahagiaan dengan cepat ia mengusap air matanya yang menetes.

"Zakia kenapa kamu menangis, kamu teringat Raka. InsyaAllah Raka baik-baik saja, kita harus selalu mendoakannya" Fathan menarik Zakia kedalam pelukannya.

Zakia mengerasakan tangisannya, ia hanya tak bisa mendiskripsikan perasaanya saat ini.

"Mas, kenapa mau menikahi Zakia" Zakia memberanikan diri untuk bertanya, pasalnya pertanyaan ini selalu muncul dikepalanya.

 "ini semua atas kehendak Allah" ucapnya seraya melepaskan pelukannya. "Dah ya jangan nangis lagi, saya sudah berjanji kepada Raka akan menjaga kamu"

"Terimakasih" ucap Zakia singkat, pasalnya bukan jawaban itu yang ia inginkan. Ia ingin Fathan menikahinya bukan karena Raka, tapi keinginannya bahkan setidaknya perasaan ini terbalaskan. Namun kenyataanya ini semua karena Raka. "Ya Allah kuatkan hamba-Mu menghadapi cobaan ini, apapun akhirnya aku percaya takdir ini yang terbaik" ucapnya dalam hati.

Zakia  dan Fathan siap-siap untuk pulang, pasalnya ia semalam menginap dihotel atas desakan orang tuanya sebagai pengantin baru dan sudah terlalu malam pulang dari rumah sakit.

Ia lalu mengantar Zakia ke rumahnya dan  meminta izin kepada keluarganya Zakia untuk membawa Zakia ke rumah barunya..

"apa tidak terlalu terburu-buru nak?" ucap ayah Fathan.

"insyaAllah tidak yah, Fathan udah memikirkan ini baik-baik. Ini nanti akan menginap beberapa hari terlebih dahulu dirumah Umi dan Abi"

Sedangkan Zakia masih dipelukan bundanya dikamar, karena tidak mau diajak pindah. Tapi bundanya meyakinkan agar Zakia mau pindah.

Zakia tetap bersikeras tidak mau pindah , ia takut dengan calon suaminya jika KDRT "Mas Fathan itu galak, Kia takut" ucapnya dengan memelas agar bundanya tetap mengizinkan KIa dirumahnya.

Bundanya yang mendengarkan hal itu tertawa "kia gaboleh ngomong gitu, emang Kia mau jadi istri durhaka?"

Zakia menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu Kia harus menghormati dan mematuhi kemauan ataupun keputusan Fathan ya"

Akhirnya Zakia mengangguk-anggukan kepalanya "tapi kia boleh kan sering-sering main kesini"

"pintu ini sering terbuka untuk kalian"

Bunda Zakia mengantarkan Zakia sampai depan rumahnya "saya titip Zakia ya, anaknya masih manja, jadi jangan sungkan kalau mau mengingatkannya"

Fathan hanya mengangguk-anggukan kepalanya dan membawakan koper milik Zakia.

Selama perjalanan Zakia hanya diam menatap keluar kaca mobil, pasalnya ia masih sangat sungkan dengan suaminya ini. Bahkan yang biasanya ia banyak bicara kini lebih memilih diam tak bersuara. 

"hm, tumben diem KIa" ucap Fathan yang memecah keheningan.

"maksud bapak , eh mas gimana. Aku harus teriak-teriak" jawab Zakia dengan menoleh ke arah Fathan.

"beda sama yang dikampus, ada aja masalahnya" timpal Fathan dengan tertawa

Zakia memanyunkan bibirnya "apaaain sih bapak tuh, gak lucu tau nggak"

Fathan hanya merespon dengan tertawa, melihat Zakia marah.

Namun berbeda dengan Zakia, perasaanya saat ini sangat bahagia bisa bercanda dengan suaminya, melihat suaminya tersenyum karena dirinya membuat perasaanya berdetak lebih kencang dari biasanya.

"Kia"

Zakia langsung menoleh ke arah Fathan "gimana mas?"

"kenapa sih kamu suka senyum-senyum sendiri" tanya Fathan

"apaan sih mas, suka banget usil. Suka-suka aku dong" timpal Zakia dengan menampar bahu kananya dengan tanganya.

Fathan lansgung tertawa mendengar celotehan Zakia "kamu mulai terpesona dengan ketampanan saya"

"GAK"

"Lihat tuh ada yang salting, pipinya merah"

Zakia spontan melihat ke arah kaca dan menutupi pipinya dengan kedua tangannya.

"MasyaAllah, humairahku" ucap fathan asal lanjut dengan disertai tertawa

Zakia hanya diam, hatinya semakin berdetak kencang dan ia terus menutupi pipinya dengan kedua tangannya.

Sesampainya dirumah Fathan, keluarga Fathan membantu membawakan barang-barang bahkan menerima dengan baik Zakia. Zakia dan Fathan disuguhi dengan makanan yang sudah disiapkan oleh keluarga Fathan, Bahkan sesekali disertai tawa. Zakia besyukur atas takdirnya ini, karena keluarga Fathan mau menerimanya, ia takut tak terima dengan keuputusan Raka untuk menikahinya.

 Indahnya pacaran setelah menikah, hingga bertatapan pun menjadi pahala bagi kedua insan tersebut.

#24januari2019
Kembali update, jangan lupa vote and komen kawannnn.....

TITIK NOLWhere stories live. Discover now