12. Cemburu

290 20 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

___________________________________________ 

"Aku tak pernah berharap untuk menjadi yang terbaik, tapi aku ingin menjadi satu alasanmu tersenyum"

-

Seperti rencananya , pagi ini mereka jalan-jalan dialun-alun mencari makanan sambil menikmati pagi yang indah ini. Minggu ini hari terakhir libur , besok ia sudah kembali ke aktivitasnya masing-masing, sebagai dosen dan mahasiswa.

Sate ayam...sate ayam...Bubur...bubur... Dijamin sehat...Soto...baksoo...nasi goreng... chicken....

"Mas kita mau beli sarapan apa?,"

"Terserah kamu aja,"

"Mmm bubur bikin kenyang deh,

"Oke yaudah ayo,"

"Kesana aja mas, beli sate ya mas" menunjuk kearah dekat pohon.

"Ha..."

"Ayok deh mas, keburu laper nih"

"Yaudah ayo,"

Fathan menunggu dilesehan ,dekat pohon sembari menunggu Zakia yang sedang memesan sate. Ia bilang bubur bikin kenyang, palah ia beli sate. Memang satu cewe ini ngeselin, ngambekan tapi gemesin sama ngangenin.

"Zakia"

"Iya mas?"

"Kamu tau perbedaannya sate ini sama kamu,"

"Ih pagi-pagi mas udah mau gombal aja,"

"Aku tanya beneran lho , kok dibilang gombal sih, kegeer-an kamu hii"

"OH" memalingkan wajahnya.

"Ngambekan,"

"Y" kembali memalingkan wajahnya.

"Kalau kamu itu nyebelin, ngangenin, nyenengin , kalau sate cuma ngenyangin,"

"Hii apaan gajelas 😋"

"Suka gak suka gak,"

"Gak wlek,"menjulurkan lidah.

"Yah , yaudah pangerannya nyebur ke danau aja,"

"Kenapa?"

"Putri nya gak suka,"

"Terussss"

"Pangerannya tengelam,"

"Lalu putrinya ikut nyebur,"

"Kenapa?"

"Mencari pangeran , putri gamau hidup sendiri tanpa pangeran"

"Lalu pangeran terselamatkan, dan mereka hidup bahagia "

"Hihihi, aamiin"

"Tuh kan kalau ketawa tambah imut, manis ,gemesin " seraya mencubit pipi Zakia.

"Ii sakit tauk "

Fathan melepaskan tangannya dari pipi Zakia , lalu mereka kembali diam menikmati santapan sate di pagi ini.

Setelah selesai mereka kembali melanjutkan perjalanan melihat makanan disekitarnya.

Zakia bercerita panjang kali lebar tentang ia selalu kena omel bundanya. Ia juga bercerita karena akhir-akhir punya masalah dengan dosen barunya yang terkenal killer itu.

Fathan tertawa mendengarkan penuturan Zakia, bagaimana tidak ia menikah dengan salah satu mahasiswanya yang sering bermasalah dengan dirinya. Pertemuan yang singkat, dengan cara yang terbaik menurut Allah. Fathan juga tidak menyangka akan menikah secepat ini, dengan wanita yang baru ia kenalnya. Fathan selalu berdoa agar ia bisa menuju ke surga bersama istrinya kelak, "Allah itu maha baik, menemukkan dengan cara yang baik dengan suatu hal yang terkadang tidak kita sangka. Teruslah bersyukur dengan semua yang terjadi ya dek"

"dek? dek Zakia? not bad "ucapnya dengan tertawa "siap mas suami" lanjutnya.

Ditengah obrolannya  perempuan yang sejak tadi mengamati Fathan akhirnya menghampiri mereka berdua "Kak Fathan," ucap seorang gadis.

"Eh Saskia, sama siapa kamu?"

"Aku sama Kak Arfan dan istrinya,"

Fathan hanya ber-OH ria

"Oiya kak, makasih tadi malam udah mau jemput aku dibandara, gara-gara kakakku yang sibuk jadi ngrepoti kakak,"

"Iya gapapa,"

Zakia yang mendengarkan hal Itu hanya bisa diam membisu. Disetiap kesempatan ia selalu mengulang perkataan suaminya Dengan menirukan wanita yang bernama saskia Itu katakan "iya gapapa"

"Kia kenapa kamu gitu" ucapnya

"Iya gapapa"

"Kia bilang sama mas kamu kenapa"

"Gpp"

Aku memang bukan wanita sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah semata, tapi aku ingin selalu menjadi satu alasan tersenyummu. Aku tidak mengerti aku yang terlalu kekanak-kanakan atau aku takut untuk kehilangan kedua kalinya, aku yang tak mengerti atau aku yang tak bisa memahami kondisi. Aku harus kuat, sabar ini semua hanya ujian. Dan aku percaya sepenuhnya dengan Mas Fathan. Bukankah kunci suatu hubungan pernikahan adalah saling percaya?

#Susah memang kalau harus cinta dulu itu dan resiko yang luar biasa yaitu CEMBURU DALAM DIAM EAAAAAKKKKK

BENER GAK BENER GAK "-"

TITIK NOLHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin