11. Unknown feeling

7.9K 1.5K 237
                                    

Babang cenayang balik lagi dong, ada yang kangen juga nggak?

Jangan lupa komen dan votenya yaaah.

Tante Puspa jelas kaget melihatku muncul bersama Rensa.

Matanya melebar antusias meski demikian beliau cukup bisa menahan diri untuk nggak langsung kepo padaku.

Jelas sekali kalau Rensa adalah tipe laki-laki yang mudah dikagumi.

"Tante, kenalkan ini Rensa Alzier." Aku mengibaskan tangan kananku ke arah Rensa.

"Aduuuuh ini baru yang namanya ganteng maksimal! Kenalin saya Tantenya Rista, Dyah Puspahayati. Panggil saja Tante Puspa, ya?"

"Saya Rensa." Rensa menjawab singkat sambil memamerkan senyum terbaiknya.

Melihat caranya tersenyum, Aku nyaris yakin kalau dia sengaja ingin memberikan kesan mendalam terhadap tanteku.

Membuatku curiga jangan-jangan dia menyukai wanita usia matang mendekati paruh baya seperti tante Puspa.

Kok ngeri ya!

Tante Puspa menatapku. "Rista, ini pacar kamu?"

Aku menatap beliau sedikit kaget dan tergagap ketika menjawab. "B-bukan, Tante! Dia ...teman."

"Dalam arti luas, Tan." Rensa memotong kata-kataku cepat sambil balas menatapku dengan tatapan misterius.

Aku yakin Rensa hanya ingin membantu, tapi saat dia mengatakannya, yang terlintas dalam benakku adalah bahwa dia seorang pembohong yang ahli atau seorang dengan keahlian sekelas aktor profesional.

Dua kesimpulan sekaligus melintas di benakku. Dan kesimpulan ketiganya adalah ....

Aku mungkin perlu datang ke ahli psiko-analisis untuk meyakinkan apakah sebenarnya aku nggak memiliki kecenderungan berbagai akhir-akhir ini.

Tapi aku berani sumpah, kalau ada kesan itulah yang dia inginkan-menjadi sesuatu bagiku.

Ckk! Tampaknya aku benar-benar bermasalah dengan pola pikirku. Guncangan batin di Liwa satu-satunya alasan yang mungkin bisa membenarkan gangguan ini.

Seakan nggak cukup dengan gejala guncangan kejiwaan ini, aku sepertinya juga terlalu mudah berharap. Sehingga nggak bisa disalahkan juga kalau aku akan gila karena harapan-harapanku sendiri.

Ugh! Bangun, Aristha bangun! tegur hatiku memperingatkan.

Sementara senyum tanteku melebar. Bergantian ditatapnya aku dan Rensa.

"Tante sih setuju kalo Rista sama Rensa 'berteman', kebetulan Tante lagi memproduseri film terbaru, judulnya Pangeran Bunian. Kamu mau yah di-casting?"

"Terima kasih Tan, tapi saya punya kerjaan yang nggak bisa ditinggal."

Kenapa sih suara Rensa bisa terdengar sangat memesona kalau dia sedang berbicara dengan orang lain.

Aku meliriknya kesal sementara lelaki itu justru tersenyum innocent.

"Waduh sayang sekali!" Tante Puspa mendesah kecewa, "beneran nggak bisa ditinggal-tinggal gitu kerjaannya?"

"Saya polisi, Tante."

Aku yang masih memandangi Rensa langsung kaget. Polisi!? Good, kami musuh alami dalam profesi rupanya.

"Polisi? Pantes badan kamu bagus!"
Tante Puspa semakin nggak bisa menyembunyikan kekagumannya.

Saat beliau menoleh kearah lain karena panggilan dari salah satu asistennya, aku menyikut pinggang Rensa, dan dia menoleh padaku sekilas.

Putri Sang PunyimbangWhere stories live. Discover now