Putri Sang Punyimbang

16. (2) Pendekatan

Mulailah pagimu dengan yang manis-manis 😊😊😊

Semoga suka sama part di mana sesebabang cenayang mulai mengendurkan kebenciannya dan malah balik menabur kode-kode yang bisa bikin sang puteri baper 🤣🤣🤣.

Oh ya dear, Emak masih belum sembuh total nih, beberapa hari yang lalu siklus bulanan mampet efek darah stagnan yang memang sering jadi langganan sejak keguguran tahun lalu. Efeknya ke badan jadi nggak enak banget, sampe demam dan nyeri berhari-hari. Mau ke dokter agak-agak ngeri karena rumkit tempat emak biasa periksa ternyata sedang menampung pasien pdp covid-19 ... takut terpapar kan jadinya.

Alhasil cuma berani minum jamu tradisional sama pergi ke dokter akunpuntur langganan. Alhamdullilah udah mendingan sekarang.

Btw selama bulan puasa ini banyak yang nagih-nagih cerita efek gabut dirumah aja. Tapi maaf ya sikonnya belum memungkinkan buat eksekusi cerita baru. So harap sabar dulu 😚😚😚.

Met baca ya, jangan lupa koment dan votenya ditunggu banget loh.

Aku sedikit terkejut saat mobil memasuki komplek kediaman tempatnya tinggal.

Untuk ukuran perwira polisi, kompleks rumahnya termasuk wilayah cluster mahal milik jaringan real estate multinasional yang harga perunitnya jatuh diwilayah angka dengan digit nol yang berjumlah sembilan. Pikiran itu mau tak mau membuatku bertanya-tanya, tanpa korupsi apa ada polisi yang bisa hidup senyaman gaya hidup Rensa!

Rumahnya sendiri sangat indah. Aku terkagum-kagum dengan desain bangunan yang bergaya minimalis modern, khas kaum urban Ibukota. Meski begitu dari bentuk model jendela dan lantai batunya yang bergaya vintage aku yakin kalau Rensa telah melakukan renovasi besar-besaran dan hanya meninggalkan dua hal tersebut dari bentuk asli rumah yang sebenarnya.

Dia memarkir mobilnya di bawah kanopi kayu yang dirambati oleh daun-daun Wisteria yang masih belum berbunga. Tak ada pagar yang membatasi halaman rumahnya dengan jalanan didepan. Hanya ada beberapa pohon palem yang ditanam berjajar membentuk pagar alam. Sementara di bawahnya lili liar ditanam pada bagian yang sengaja dibentuk berupa lingkaran.

Indah tapi aku tidak pernah menyukai rumah dengan halaman yang sangat terekspos dari luar. Mungkin agak sesuai dengan kepribadianku yang tertutup. Itu alasan utama kenapa aku memilih tinggal di apartemen dari pada membeli rumah. Aku agak sensitif dalam hal privasi.

Kami semua keluar dari dalam mobil. Aku masih memandangi bagian depan rumahnya selama beberapa saat. Kemudian menyadari kalau mereka bertiga sudah melangkah menaiki undakan tangga menuju teras depan rumah itu. Bergegas aku menyusulnya.

Rensa membukakan pintu depannya lebar-lebar untuk kami.

"Ayo masuk," katanya mempersilahkan.

Tito jadi orang pertama yang masuk diikuti Ica dan aku yang melangkah pelan. Rensa tentu saja memperhatikan reaksiku itu, tapi dia tidak mengatakan apapun.

Aku berdiri terpaku menatap seluruh isi ruangan di dalam rumah Rensa. Terkejut saat menemukan nuansa yang berbeda dari yang kulihat di halaman depan. Bagian dalam rumah di dominasi oleh warna kelabu dan putih pasir pantai.

Tak ada furnitur kayu yang berkesan berat, semuanya terbuat dari material kayu pinus dengan mempertahankan warna alami kayu hingga terlihat tetap elegan walau sederhana. Sofa bergaya vintage dengan cushion putih dan karpet warna senada membuat kesan hangat melingkupi ruang duduk yang sempat menarik perhatianku.

Aku tak henti-henti menatap ke sana ke mari memperhatikan setiap detail di rumahnya. Meski tak begitu luas, rumahnya sangat asri dan efektif dari segi pengaturan.