Chapter 1: Prom or Birthday?

81.2K 2.4K 39
                                    

Dari dulu hidupku memang rumit. Sejak bayi, aku diurus sebuah panti asuhan di Paris. Tetapi semenjak aku masuk ke Sekolah Internasional Paris, aku tinggal di asrama yang mereka sediakan untuk anak-anak yang jarak rumah ke sekolahnya jauh atau di luar kota. Entah bagaimana aku bisa sekolah disana. Suatu hari mereka datang ke panti asuhan dan membawaku pergi, seorang anak yatim-piatu berusia 11 tahun.  Tetapi itu hampir 2 tahun yang lalu.

Kupikir setelah tinggal di asrama hidupku akan membaik, tetapi aku salah. Begini, aku menderita GPPH—Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas—dan aku adalah akibat dari beberapa kecelakaan yang terjadi di SIP selama dua tahun terakhir. Heran, mengapa mereka belum mengeluarkan aku? Tapi belum berhenti disitu, dicap sebagai anak nakal oleh guru kimia dan tidak pernah mendapat nilai lebih dari B- seumur hidup. Itu menjengkelkan.

Jumat malam ini, SIP mengadakan pesta dansa tahunan. Pesta dansa itu digelar di gedung olahraga, seperti tahun-tahun sebelumnya. Tetapi yang membedakan tahun ini adalah tanggal pelaksanaannya. Pesta dansa ini bertepatan dengan ulang tahunku yang ke-13. Aku sempat berharap ulang tahunku kali ini akan berjalan mulus tanpa gangguan, tetapi sekali lagi aku keliru.

Pada ulang tahunku yang ke-12, aku memutuskan untuk mengunjungi panti asuhan lamaku yang ada di pinggir kota. Ketika sampai disana, seorang anak lelaki yang baru aku lihat mulai mengataiku. Awalnya aku tidak menggubrisnya, kelamaan dia menghajarku habis-habisan sampai Bu Abel memergokinya dan aku berakhir di rumah sakit. Dan setahun sebelumnya, saat itu aku masih menjadi murid kursus musik di Adam's Musical. Kami sedang mempersiapkan diri untuk penampilan perdana orkestra kelompok usia 7-11 tahun. Kurang lebih ada 2.000 penonton disana, melihatku mempermalukan diriku dan kelompokku hingga aku dikeluarkan dari kursus musik.

Kali ini saja, aku berharap setidaknya aku tidak mempermalukan siapapun atau masuk ke rumah sakit.

"Tersenyumlah, Em. Dalam dua hari ini kita ada pesta dansa." kata Rosie, satu-satunya orang yang sanggup menjadi temanku selama setahun penuh karena kami sama-sama penderita GPPH. Dia pindah dari Carcassone tahun lalu. Kemudian Kepala Sekolah Belizaire memintaku untuk mengantarkan Rosie berkeliling sekolah dan sampai sekarang anak itu melekat disisiku.

"Aku tidak bisa, Rosie," kataku murung. "Dan kurasa kau tahu apa sebabnya."

Itu benar. Aku sudah menceritakan asal-usulku kepada Rosie secara detail. Lebih dari yang pernah aku ceritakan kepada orang-orang. Rasanya aku dapat menceritakan apapun kepadanya tanpa harus khawatir akan dihakimi.

"Emily Cecille Roberts," ujar Rosie dengan nada memerintah. "Kau tidak boleh hanya duduk bermalas-malasan di hari ulang tahunmu! Kau akan berusia 13 tahun dalam dua hari, kau seharusnya senang! Aku tidak peduli dengan pesta dansanya. Kita harus membuat ulang tahunmu ini spesial."

"Tapi—"

"Tidak ada tapi-tapian," jawabnya tegas. "Pokoknya kita harus merayakan ulang tahunmu ini. Tidak peduli jika kita harus menyelinap keluar dari kampus ataupun asrama."

Oh, ya, aku lupa memberi tahu. Rosie adalah teman sekamarku yang baru, karena Corrine, teman sekamarku yang lama, pindah ke Amerika karena ayahnya dipindahkan ke sana.

Setelah perdebatan kecil kami, Rosie langsung menarik tanganku dan berlari keluar dari kamar. Dia terus berlari sambil memegangiku, yang sesekali menginjak kakinya tanpa sengaja.

"Kita mau kemana sih?" tanyaku jengkel saat kami berhenti di lobby.

Akhirnya, Rosie melepaskan tanganku dan berkata, "Ke mall. Kita butuh gaun untuk ke pesta dansa itu, Emily."

"Ugh," rengekku. "Aku tidak mau ke pesta dansa! Itu bukan gayaku."

"Baiklah. Kita tidak akan mencari gaun untuk pesta dansa tetapi kita tetap akan pergi ke mall untuk membeli sesuatu," katanya. Lalu dia menarik tanganku kearah pintu keluar, menuju tempat parkir dan mendekati salah satu mobil. Mobilnya. Aston Martin V12 Vanquis warna hitam. Aku masih belum percaya bahwa mobil ini adalah mobil miliknya. Ayahnya membelikan mobil ini beserta dengan supirnya sebagai hadiah ulang tahun Rosie yang ke 13 dan itu baru empat bulan yang lalu.

Aku berpikir bahwa supir pribadinya, Darren, akan datang dan mengantarkan kami ke mall. Kau tahu kan, Rosie berumur 13 tahun dan aku baru akan berumur 13 tahun besok lusa. Bagaimanapun juga, secara hukum kami belum cukup umur untuk mengemudikan sebuah mobil.

"Ayo masuk," Rosie sudah ada di kursi pengemudi. Dia sudah mengganti kausnya menjadi crop top, menggerai rambutnya dan memakai kacamata hitam; sepaket pakaian khusus yang dia simpan didalam mobil agar dia terlihat lebih tua.

Dengan enggan aku masuk ke kursi depan disebelahnya. "Kau yakin kita tidak akan kena masalah. Maksudku, umurmu 13 tahun! Kau masih harus menunggu selama 3 tahun lagi untuk mendapatkan izin mengemudi."

"Aku tahu," jawabnya santai, "Makanya aku berpakaian seperti ini." Setelah itu, dia langsung tancap gas keluar dari area parkir Asrama SIP.

Authors' note

Ini pertama kalinya kita bikin ff, maafin aja kalau kata-katanya kurang ngena dan berantakan. Maklum, kita biasa makan novel terjemahan. Hahaha. Happy reading!! :)

Shadow (old ver)Where stories live. Discover now