4

7.8K 762 27
                                    

Kaia melihat orang-orang di sekelilingnya yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Bahkan partner magang Kaia juga sibuk dengan pekerjaan yang diberikan. Sedangkan sedari tadi Kaia sudah duduk bertanya apakah ada yang bisa dibantu tapi mereka tutup mulut.

Ia hanya baru bangun kalau dipanggil oleh Tim manajer saja. Itu pun cuma disuruh wira-wiri fotocopy saja. Kaia sudah berinisiatif untuk bertanya terkait proyek seperti yang manajer HR sampaikan ketika briefing tugas magang tadi pagi tapi tak ada satu pun dari mereka yang ingin membagi tugasnya kepada Kaia.

Sedangkan Dipta sudah memegang proyek iklan untuk produk yang akan di rebranding. Kaia hanya bisa diam menunggu.

"Kaia," panggil Bu Martha, tim manajer yang menjadi atasan Kaia.

Kaia tahu dari hasil fotocopy yang ia baca sambil menunggu, tim mereka tengah mengerjakan iklan produk makanan yang akan mengambil cita rasa nusantara. Ia berharap semoga panggilan ini ia bisa dilibatkan.

"Iy, bu," jawab Kaia yang sudah berada di depan meja Bu Martha.

"Ah, kita sedang kejar deadline iklan untuk produk terbaru. Kemungkinan teman-teman yang lain tidak bisa ke kantin kantor. Saya boleh minta bantuanmu untuk belikan kami makanan?"

Kaia terdiam sejenak. Ini tidak ada di jobdesknya. Ia membuka mulut memberanikan untuk menolak. Namun ia teringat bahwa mungkin ini baru hari pertamanya jadi kemungkinan mereka belum dekat dan kenal satu sama lain untuk mempercayakan proyek ini.

Kaia mencoba untuk berpikir positif. Gadis itu segera menutup mulutnya kembali dan mengangguk.

"Boleh, Bu."

Bu Martha kemudian bangun dan menanyakan kepada ara anggota timnya makanan apa yang ingin mereka makan siang itu. Kaia sudah siap dengan catatan di tangannya. Gadis itu mendengarkan dengan seksama.

"Beli satu untuk kamu juga, ya Kaia," ujar Bu Martha dengan senyum.

"Terima kasih, Bu. tapi saya sudah dibawakan bekal sama papa saya," jawab Kaia dengan tawa canggung.

Bu Martha memperhatikan Kaia dari atas hingga bawah.

"Papa ya? Wah... anak papa banget ya sampai dibawain bekal sama papa," goda Bu Martha membuat Kaia memerah.

Di belakang tubuhnya ia bisa mendengar berapa orang yang menahan tawa. Kaia tak brunei lihat karena tahu bahwa ia akan semakin malu.

Gadis itu segera mengambil uang dari Bu Martha kemudian pergi menuju kantin. Di sana ia juga berpapasan dengan Dipta. Anak magang di departemen periklanan yang sama sepertinya tapi mereka di tim yang berbeda.

"Kamu disuruh beli makanan juga?" tanya Dipta sambil membenarkan kacamatanya.

"Iya, kamu juga?"

"Iya, ahaha. Ternyata dimana aja anak magang memang disuruh-suruh ya? Ngomong-ngomong gimana tim mu? Seru?"

"Hah? Eh..." Kaia bingung harus menjawab apa karena sejauh ini ia hampir tidak pernah berinteraksi dengan pegawai di sana. Ia hanya duduk bermain ponsel di mejanya sambil menunggu tugas fotocopy selanjutnya.

"Yup. Sangat seru," jawab Kaia mengangguk.

"Aku juga senang sih ilmu benar-benar dipake. Semester lalu aku pernah magang di instansi pemerintah. Kerjaannya cuma fotocopy dan main hp. Aku nggak dapat tugas apa-apa. Makanya aku senang aku bisa magang di swasta sekarang. Setidaknya ilmu digunakan di sini."

"Oh ya? Memangnya apa yang kamu lakuin?" tanya Kaia dengan ramah. Ia menyembunyikan sedikit rasa iri ketika mendengarkan cerita Dipta.

"Hm... minggu ini kami disuruh mengumpulkan ide tentang produk yang di-rebrand kemudian jumat besok rapat akan menentukan ide mana yang akan dipakai. Ah, aku berdoa semoga ideku kepake, setidaknya dengan begitu aku bisa mendapatkan tanggung jawab untuk menjalankan proyek rebranding ini. Doain semoga aku sukses ya, Kaia."

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now