42

5.3K 644 52
                                    

Selamat membaca!!!

Jangan lupa vote dan komen yaaa, terimakasih!

Tiba di rumah sakit S, Kevin dan Kaia bersama-sama datang mengunjungi sebuah ruangan luxury room. Mereka juga sempat mampir ke toko bunga yang mereka lewati untuk membelikan seikat bunga untuk Prabas. Kevin menunjukkan kartu pengunjung yang hanya boleh dipegang oleh beberapa orang tertentu. Sebagai asisten, tentu Kevin mendapatkan akses berkunjung.

Prabas tengah melihat layar ponselnya dengan gamang. Ia ragu apakah perlu dirinya menghubungi Kaia atau tidak. Prabas tidak ingin membuat Kaia khawatir tapi dirinya juga ingin memanfaatkan keadaan sakitnya agar Kaia bisa berkunjung dan menghabiskan waktunya bersamanya di ruangan ini seharian. Seandainya dirinya sakit di hari minggu... dengan begitu Kaia jadi punya waktu kosong seharian.

Pria itu meletakkan ponselnya dan kembali berbaring lagi. Denyutan di kepalanya sudah tidak terlalu sakit. masih bisa ditahan. Ah... ini semua akibat serpihan kaca di kamar mandnya.

Setelah Kaia pulang, Prabas kembali ke kamar mandi, lupa akan serpihan kaca yang masih ada di sana. Ia mencoba untuk tenang. Bahkan Prabas juga sudah mengonsumsi obatnya namun kepanikan itu kembali begitu cepat tanpa ada gejala apapun. Setelahnya, dirinya demam berhari-hari dan harus dirawat di rumah sakit.

Tentu saja atas paksaan dari kakeknya, karena jika tidak dipaksa Prabas lebih memilih dirinya dirawat di rumah dengan dokter juga perawat yang datang berkunjung.

Pria itu mulai membaca buku untuk menghabiskan waktunya. Ini sudah buku ketiga yang ia habiskan sejak dirinya berada di rumah sakit. Sungguh membosankan. Mungkin saja jika ada Kaia bersamanya, dirinya bisa memiliki hal yang lebih baik untuk dilakukan. Seperti memandangi wajah cantik gadis itu mungkin...

Prabas membalik halaman selanjutnya ketika pintu ruangannya dibuka. Ia melihat jam dinding yang ada di depannya. Masih belum memasuki waktu kunjungan dokter. Kakeknya juga barusan pulang. Kevin?

Pintu ruangannya dibuka. Hal pertama yang muncul adalah serangkaian bunga. Prabas memiringkan kepalanya untuk melihat dengan jelas.

Seorang perempuan cantik muncul dengan senyum simpul. Melambaikan tangannya pelan membuat jantung Prabas berdebar lebih cepat.

"Hai, bagaimana kabarmu?" tanya Kaia yang kemudian berjalan menghampiri Prabas. Senyumnya luntur ketika melihat kondisi Prabas yang pucat. Kaia meletakkan tangannya di wajah Prabas untuk memastikan apakah pria itu masih demam.

Diperhatikan sedemikian rupa membuat Prabas sangat bahagia.

Prabas ikut tersenyum melihat kunjungan Kaia yang sangat tidak terduga. Ia bahkan melupakan sosok lain yang muncul setelah kekasihnya itu. Pria itu merentangkan tangannya berharap Kaia akan memeluknya. Gadis itu awalnya ragu, melirik ke belakang karena tahu Kevin ada di sana.

"Ehem!"

Kevin sengaja berdeham lebih keras agar Prabas menyadari akan kehadirannya juga.

Prabas hanya mengangkat alisnya. Melirik Kaia dan Kevin bergantian. Prabas hanya tertawa kecil dan menarik tangan Kaia untuk memberikannya sebuah pelukan. Kaia pun membalas dengan menepuk punggung Prabas lembut.

"Terima kasih sudah berkunjung."

Pelukan mereka terlepas paksa. Prabas mengernyit melihat Kevin yang menarik Kaia dari tangannya. Kevin memberikan peringatan dengan menggerakkan kedua jarinya di depan mata seakan-akan memberikan peringatan bahwa setiap apa yang Prabas lakuan akan terus dipantau olehnya.

Kaia terkekeh melihat sikap kakaknya. Kevin menarik kursi agar adiknya duduk di sisi ranjang tempat tidur. Pria itu memilih duduk di sofa sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now