11

5.7K 741 52
                                    

Jangan lupa vote dan komen ❤❤❤

Happy reading y'all!!

***

Kaia telah mendapatkan izin dari keluarganya bahwa ia akan makan di luar bersama temannya. Ia memasukkan ponselnya menunggu temannya untuk berangkat bersama ke restoran makanan yang enak. Kaia sudah pernah mengajak Kevin ke tempat ini tapi pria itu tak kunjung memiliki waktu saking sibuknya. Sedangkan papanya… Kaia khawatir setelah keluar dari restoran,  kolesterol papanya akan kambuh.

Kaia menunggu sendirian di depan lobi. Meskipun sudah memasuki waktu pulang tapi sedikit yang pulang tepat waktu selain anak magang. Dipta juga sudah pulang, mereka turun bersama dan berpisah di lobi karena pria itu membawa motor sendiri.

Gadis itu menoleh ke belakang untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain yang muncul. Saat Kaia akan membuka tasnya lagi, sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan lobi. Jendela diturunkan dengan lembar. Mobil itu membunyikan klakson sekali membuat Kaia harus menunduk untuk melihat siapa di dalam.

“Pangestu?”

“Ayo masuk.”

Kaia mengernyit bingung tapi ia tidak menolak. Ia pikir, mereka akan pergi bersama menggunakan taxi online. Tak disangka nya pria itu membawa mobil sendiri. Prabas memastikan interior mobilnya sudah rapi saat Kaia masuk dan menutup kembali pintu mobil.

“Hai,” sapa Prabas dengan senyum lebar.

“Halo, aku kira bakal pakai taxi bareng. Aku sudah siap pesan,” jawab Kaia dengan menunjukkan layar ponselnya yang sudah menampilkan aplikasi taxi online. Prabas melihat ke arah layar ponsel Kaia kemudian menutup aplikasi tersebut dengan telunjuknya. Kaia tertawa kecil dan menurunkan kembali ponselnya.

“Ah… aku lupa bilang kalau aku bawa mobil sendiri ya?”

Kaia mengangguk.

Prabas kembali menjalankan mobilnya. Pria itu mengetuk bagian dadanya menggunakan telunjuk sambil menunjukkan selempang sabung pengaman yang sudah terpasang.

“Oh, iya. Sabuk pengaman. Safety first,” ujar Kaia membuat Prabas terkekeh akibat jawaban Kaia yang menggemaskan.

“Betul sekali. Safety first.”

Prabas sudah melihat alamat yang dikirimkan Kaia tadi siang. Mereka pun keluar dari portal gedung dan masuk ke jalan besar menuju tempat tujuannya.
Kaia mengernyit melihat interior mobil pria itu yang sangat rapi. Ia sempat melihat merk mobil yang ada di depan tadi. Mobil yang dinaikinya saat ini bukan tipe mobil pegawai muda seperti temannya itu.

Ia melirik pria di sampingnya yang sedang asik menyetir. Merasa diperhatikan Prabas menoleh sebentar dan tertawa.

“Apakah ada yang ingin ditanyakan?" tanya Prabas dengan senyum miring menahan geli karena Kaia terlihat begitu kebingungan.

“Kamu… kerja di lantai sepuluh kan?”

“Iya, kenapa?”

“Divisi apa?”

Prabas terdiam di tempatnya. Ia melonggarkan sedikit dasinya yang tiba-tiba terasa begitu mencekik.

“Oh itu… finance.”

“Oh…”

Keuangan ya… itu termasuk divisi tersibuk. Tapi mungkin saja gajinya tak akan sebesar Kevin, kakaknya. Kaia tahu memang gaji Kevin sangat banyak. Dua digit di usianya sebagai asisten belum tambahan bonus bisa dibilang sangat cukup. Tapi rasanya mau selama apapun Kevin bekerja, ia tak akan pernah bisa membeli mobil seperti ini.

Jangan Bilang Papa!Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum