43

5.7K 685 102
                                    

Jangan lupa tinggalin vote dan komen yang banyak yaa ehe makasih! ^^

Prabas merasa sangat senang. Dirinya seperti hidup di dunia mimpi. Seharusnya dari dulu seperti ini saja. Sejak hubungannya dengan Kaia diketahui oleh Kevin, pria itu bisa leluasa untuk bertemu dengan kekasih hatinya itu. Setiap sore, Kaia akan selalu berkunjung ke rumah sakit setelah pulang kantor. tentu diantar oleh Kevin. Prabas jadi semakin malas untuk sembuh. Rasanya ingin sekali untuk sakit hingga akhir pekan nanti.

Keinginannya pun terkabul. meskipun dirinya sudah dinyatakan sehat. tapi berpura-pura batuk setiap ada kunjungan dokter atau memasang kerutan di kening dengan berkata kepalanya selalu pusing membuatnya bisa berleha-leha hingga akhir pekan. Prabas tahu bahwa tingkahnya ini memiliki konsekuensi. yaitu pekerjaannya akan menumpuk seminggu penuh. Prabas akan sulit bertemu Kaia setelah ini karena kesibukannya. Tapi tidak apa-apa. Berbagai macam konsekuensi akan Prabas terima dengan kedua tangan yang terbuka selama Kaia ada di sisinya.

Prabas memastikan semuanya sesuai di tempatnya. Foto Kaia yang dicurinya pun sudah disimpan di laci dengan baik. Prabas menunggu dengan sabar sampai pintu kamarnya diketuk. Tidak lupa pria itu berpura-pura batuk agar terlihat semakin meyakinkan.

"Hai, selamat pagi, Bas," sapa Kaia dengan ramah.

"Pintu dibuka, ya, kayak tunggu di depan." Kaia mengangguk ke arah Kevin yang berdiri di ujung pintu kamar. Pria itu berdiri sejenak untuk memantau. Jangan sampai Prabas berani menyentuh adiknya secara berlebihan. Ia menghela napas saat Kaia memeluk Prabas sebentar dan melepaskan pelukan mereka.

Ia mengusap tengkuknya dengan canggung. Rasanya sangat aneh melihat adiknya memiliki pacar sekarang. Kevin masih belum sepenuhnya terbiasa. Apalagi pacarnya adalah manusia sejenis Prabas. Seharusnya ini adalah hari liburnya. Namun Prabas meminta Kaia untuk mengunjungi apartemennya, tentu saja Kevin harus menemani adiknya agar tidak diserang oleh serigala berbulu domba itu.

Kevin berbalik untuk duduk di ruang tamu untuk bermain dengan ponselnya.

Kaia mengecek suhu tubuh Prabas yang sudah normal.

"Kamu kenapa belum sembuh? Masih sakit apa?" tanya Kaia yang khawatir.

"Kurang tahu, tapi setiap malam masih sering dapat mimpi buruk sampai sakit kepala, terus masih batuk juga-uhuk!"

"Astaga... kamu nggak lupa minum obat kan?"

"Ada dokter yang selalu datang dan mengecek."

Kaia sedikit kasihan melihat kondisi Prabas. Ia mengusap tangan Prabas yang menggenggam tangannya. Pria itu memiliki trauma yang sangat besar sampai satu minggu lebih tak kunjung sembuh.

"Kamu sudah sarapan?" tanya Prabas yang melihat jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Sudah, tadi papa masak. Oh iya, kamu mau makan juga? Aku juga bawakan masakan papa. Ini sop iga papa sangat enak. Mumpung masih hangat, aku bawakan juga nasi putih."

Prabas melihat tas makanan yang Kaia letakkan di atas nakas. Gadis itu mengeluarkan beberapa jenis kotak makan dengan ukuran yang berbeda. Saat Kaia membuka salah satu yang agak tinggi, aroma sedap menggoda indera penciumannya. Perut Prabas yang hanya menerima setengah helai roti dan segelas susu pun bergejolak.

Kaia mempersiapkan semuanya dan mengambil meja lipat yang ada di atas meja kerja Prabas agar Prabas bisa makan di atas tempat tidurnya.

"Aku makan ya."

"Silahkan," balas Kaia sembari mengulurkan sepasang sendok dan garpu.

Prabas pernah mencicipi sop iga Tio Saujana. Saat Kaia masih mengiranya Pangestu dan saat Prabas membantu Kaia untuk brainstorming ide, Prabas mencicipi sop iga yang sangat lezat buatan Tio. Prabas mulai dengan mencoba kuahnya terlebih dahulu. Alisnya berkerut merasa ada sesuatu yang hilang. Rasanya berbeda.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now