13

5.5K 734 89
                                    

Pipipipip!

Happy reading semuanya! Semoga hari kalian selalu bahagia ^^

***

Kevin menghela nafas panjang. Ia tak fokus mendengarkan rapat kali ini. Prabas menoleh ke belakang tempat para asisten duduk untuk mengikuti rapat. Ia bisa melihat calon kakak iparnya itu tengah melamun. Pria itu berdehem sejenak kemudian lanjut mendengarkan penjelasan salah seorang direktur yang memaparkan progres finance mereka di kuartal tersebut.

Setelah rapat rampung. Prabas melonggarkan sedikit dasinya. Kevin mengekor di belakang sambil mengingatkan Prabas bahwa di hari itu mereka tidak akan memiliki agenda di luar kantor jadi Prabas bisa menyelesiakan pekerjaannya di kantor saja.

Prabas mengangguk kemudian masuk ke dalam ruangannya. Kevin juga sudah kembali ke mejanya untuk menyortir surat yang menumpuk. Namun ketika ia sedang fokus-fokusnya tiba-tiba interrogation mejanya berbunyi tanda bosnya itu sedang memanggilnya.

"Iya? Ada yang bisa dibantu?"

Prabas menggerakkan tangannya menyuruh Kevin untuk duduk di kursi depan mejanya.

"Aku butuh bantuan."

Kevin mengernyit bingung. Jarang-jarang bosanya yang serba bisa itu butuh bantuan. Namun sebagai bawahan tentu ia akan mendengarkan bantuan yang ditanyakan oleh Prabas.

"Bantuan apa?'

"Aku mau minta pendapatmu. Kamu kan cukup populer dengan perempuan."

Tubuh Kevin seketika menegang. Prabas? Urusan perempuan? Kenapa banyak sekali hal-hal aneh terjadi akhir-akhir ini. Prabas dan urusan perempuan tak akan pernah lewat di pikiran Kevin. Pasalnya hidup pria itu selalu lurus-lurus saja. Urusannya cuma cuan-cuan-dan cuan doang. Jadi, rasanya agak aneh mendengar pria itu berbicara tentang perempuan.

"Ya... bisa dibilang begitu. Memangnya kenapa?"

Prabas mengetuk-ngetukkan telunjuknya di atas tab yang layarnya sudah mati. Pria itu sedang berpikir sejenak. Sebenarnya Prabas tidak ingin mengatakan ini kepada Kevin. Tapi ia tidak memiliki orang dekat lain selain Kevin. Selain itu dua asisten perempuannya yang lain sudah menikah yang artinya mereka berdua sudah melewati masa-masa pendekatan dengan pasangan mereka. Hanya Kevin yang tertinggal.

"Aku sedang dekat seseorang," ujarnya tiba-tiba.

Kevin mengangguk masih menunggu bosnya itu menjabarkan semuanya sekaligus tanpa dipotong-potong karena sejujurnya jam konsultasi cinta tidak ada di jobdesknya jadi ia harap setelah ini ia tetap akan mendapatkan bonus karena sudah mengerjakan sesuatu di luar kapasitasnya.

"Baiklah... lalu?"

"Dia cantik... manis... baik... err... pokoknya kamu tinggal bayangin bidadari, maka kamu bisa membayangkan dia."

Pfft. Kevin hampir dibuat tertawa. Pria itu sedikit melirik kesal. Tak ada perempuan yang memiliki spek bidadari selain Kaia di matanya. Tentu Prabas pasti melebih-lebihkannya.

"Dia sangat pengertian juga memiliki hati yang lembut. Aku... berniat untuk lebih mendekatkan diri lagi."

Shoot. Sepertinya Prabas benar-benar sudah jatuh cinta pikir Kevin. Alisnya berkedut melihat Prabas mencoba menutupi wajahnya yang merona. Pemandangan yang menjijikkan tapi sekarang ia tahu mengapa akhir-akhir ini pria itu lebih bisa mengontrol emosinya. Well, Prabas memang masih sering bersikap menjengkelkan tapi sudah tidak sesering dulu. Paling-paling yang buat kevin kesal akhir-akhir ini adalah keputusan pria itu yang seenak udelnya sendiri mengutak-atik jadwal mereka.

Tapi jika ini berlanjut dan berjalan ke arah yang baik, bukankah Kevin juga akan diuntungkan? Ya, ya, ya... Kevin harus memastikan bahwa suasana hati bosnya selalu bahagia seperti ini terus. Kevin harus membantu bosnya untuk jatuh semakin dalam pada cinta perempuan yang sangat tidak beruntung itu.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now