55

2.8K 453 31
                                    

How could someone be so cruel?

Itu mungkin adalah pertanyaan yang pas untuk Tio Saujana tanyakan untuk sosok Prabas Salim. Ini semua bermula di hari minggu yang tenang ketika dirinya sedang berkebun untuk merapikan halaman depan rumah. Tanpa adanya pemberitahuan sebuah mobil box datang parkir di depan rumah. Menurunkan banyak box kemudian dimasukkan ke dalam rumah kosong di depan mereka.

Rumah itu telah kosong semenjak tiga tahun lamanya. Penghuni terakhir meninggal di usia tua dan pewarisnya menggunakan rumah untuk disewakan. Namun yang Tio ketahui, penyewa terkahir juga sudah pindah karena pindah kerja. Jadi terakhir rumah tersebut dihuni adalah enam bulan yang lalu. Rumornya rumah tersebut akan dijual tapi Tio tidak lagi mendengar kabar terbaru di grup wa kepala keluarga kompleks.

Tio menganggukkan kepalanya ketika sopi mobil box menyapa. Pria itu membuka pintu pagarnya lebih lebar agar bisa menyapa tetangga barunya tersebut. Kevin yang membawakan kopi untuk papanya ikut bergabung untuk melihat sang tetangga baru.

"Orang baru pa?" tanyanya bergabung berdiri di samping Tio.

"Kayaknya. Tapi orangnya belum kelihatan."

"Oh, nanti malam undang makan malam aja, pa. Biar makin akrab."

"Iya. Sekalian selasa besok papa mau ajak acara mancing sama Pak RT di kolam pancingnya Pak RT yang baru buka."

Sebuah mobil sedan hitam memasuki pekarangan rumah di depan mereka.

"Mobil baru lagi," gumam Kevin pelan.

"Hm? Kamu bilang apa?" tanya Tio yang tidak terlalu mendengarkan gumaman putranya. Kevin menggeleng dan menawarkan papanya untuk minum kopi lebih dulu. Namun sebagai calon tetangga yang baik tentu Tio lebih ingin menujukkan imej baiknya terlebih dahulu. Melihat pintu mobil yang terbuka, Tio berpura-pura memperhatikan box dan mengambil langkah menyebrangi jalan perumahan dan bersiap menyapa.

Pria itu mendekat pada pria yang keluar dengan setelan jasnya. Tio otomatis terdiam di tempat sambil memandangi sesuatu yang gila.

"Ah, Pak Tio?" sapa Prabas dengan ramah.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Tio dengan ketus melupakan niatannya untuk beramah tamah dengan calon tetangga barunya.

Prabas menoleh ke belakang sejenak ke arah orang-orang yang mengangakt box barang-barangnya.

"Hm? Saya sedang dalam masa pemulihan. Apa Pak Tio tidak dengar jika saya sedang sakit? Dokter menyarankan saya untuk mengambil cuti dan pergi menenangkan diri terlebih dahulu agar serangan panik saya tidak kambuh lagi."

Tio bersedekap di tempatnya. Ia mengeleng tak percaya dengan segala ucapan Prabas barusan. Tio percaya bahwa itu hanya akal-akalan Prabas yang ingin mendekati Kaia karena Kaia telah memutuskan hubungan mereka. Atau mungkin Prabas sedang ingin merayu Kevin agar kembali bekerja padanya karena Kevin telah mengundurkan diri.

Dulu juga seperti ini. Pria itu menggunakan banyak cara untuk mencari perhatian istrinya. Tio tak menggubris Prabas. Ia berbalik kemudian mengunci pintu pagarnya rapat-rapat. Kevin yang sudah tahu rencana Prabas hanya melirik papanya yang terlihat marah. Ia menyesap kopinya untuk menenangkan diri karena peperangan baru akan segera dimulai.

Di malam hari ketika mereka akan malam bersama, bel pintu rumah berdering. Kaia yang baru selesai mandi dan turun dari tangga mendekat ke arah pintu. Gadis itu mengesampingkan handuk yang digunakan untuk mengeringkan handuk di pundaknya.

"Selamat malam!" sapa Prabas dengan ramah membawa seloyang kue dan buah anggur.

"Oh?"

"Pak Tio ada di rumah?" tanya Prabas masih mempertahankan senyum simpul pada Kaia yang kebingungan di tempatnya.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now