10

5.8K 748 46
                                    

Kaia berdiri dengan gugup. Setengah hatinya merasa lega karena saat tiba di ruang rapat, asisten Direktur Utama yang kebetulan adalah kakaknya sendiri, datang mengatakan bahwa Direktur berhalangan untuk bergabung. semua orang diam-diam menghembuskan nafas lega dan suasana ruangan pun terasa lebih ringan.

Namun Kaia yang sedari tadi melirik Kevin memiliki firasat tak enak. Pria itu tengah merekamnya untuk dikirimkan kepada papa mereka, Kaia mencoba untuk tetap profesional kemudian membawa materi rapat mereka dengan begitu mengalir.

Terima kasih atas bimbingan temannya. Salah satu petinggi lain bertanya hal yang sama seperti yang pria itu tanyakan sehingga Kaia sudah menyediakan jawabannya.

Rapat berjalan dengan lancar. Tak banyak yang ditanyakan dan Kevin menyampaikan pesan dari Direktur untuk mereka mematangkan konsep segera. Dan Direktur juga memberikan tenggat waktu untuk hasil akhir agar bisa diberikan kepada tim multimedia sesegera mungkin agar produk mereka bisa naik tepat waktu.

Kaia dibantu oleh Dipta, teman magangnya dari tim lain untuk kembali ke lantai lima. Sebelum ia masuk ke dalam ke lift, Kevin diam-diam memberikan dua jempol kepadanya membuat Kaia tersenyum malu. Gadis itu memberikan kecupan jauh kepada sang kakak yang pura-pura ditangkap oleh Kevin di atas angin dan menempatkannya ke dalam dadanya membuat Kaia terkekeh pelan.

“Ada apa Kaia?” tanya Dipta.

“Eh? Nggak ada apa-apa. Cuma aku senang aja soalnya rapat kali ini lancar.”

Dipta mengangguk dan mereka berpisah ketika masuk kedalam ruangan masing-masing. Tugas tim mereka selanjutnya ada memutuskan alur iklan yang akan diberikan. Bu Martha mengumpulkan semua stafnya na memberi apresiasi kepada stafnya karena konsep youth and free telah disetujui tinggal mereka membuat konsep detail.

Kaia sebenarnya sedikit berharap diberi selama juga. Tapi sadar bahwa dirinya hanyalah anak magang, Kaia hanya bisa duduk sambil tersenyum ikut berbahagia dengan staf lain.

“Baiklah, kalau begitu saya menerima berbagai konsep dan ide yang kalian miliki. Kita akan bahas masing-masing proposal. dan untuk Kaia, kamu juga boleh banget kalau ada ide dan buat proposalnya. Akmi terbuka untuk berbagai macam ide.”

Kaia jadi lebih semangat dan mengangguk antusias.

‘Siap, Bu Martha. Terima kasih banyak atas kesempatannya.”

Bu Martha kemudian mengucapkan terima kasih sekali lagi pada timnya kemudian menyuruh mereka untuk kembali ke balik meja kerja masing-masing. Kaia pun melakukan hal yang sama. Seorang staf perempuan datang dan mengucapkan terima kasih karena presentasi yang Kaia lakukan sangat baik.

Perasaan kosong yang dirasakan tadi seketika terasa penuh karena satu ucapan terima kasih tulus dari staf tim. Kaia mengangguk dan mereka berbagi semangat satu sama lain. Kaia menatap layar laptopnya sambil memikirkan kira-kira konsep seperti apa yang bisa mencangkup semua kalangan tetapi tetap mengusung tema youth and free.

Kaia mengetuk-ngetukkan penanya dan mulai menulis premis yang mungkin akan bisa ia temukan jalan ceritanya nanti.

Saat Kaia tengah fokus, ponselnya bergetar sekali menandakan ada pesan masuk.

Pangestu Staff lt 10

Bagaimana rapatnya? Lancar?

Kaia tersenyum melihat pesan tersebut dan mengangkat ponselnya untuk menelepon pria tersebut. Ia berdiri dari kursinya kemudian berjalan menuju pantry sambil menunggu pria itu mengangkat panggilannya.

Hai,” sapa pria itu.

Kaia tersenyum dan duduk di kursi pantry.

“Hai.”

Tumben telpon langsung?”

“Haha iyaa, aku mau berterima kasih langsung karena tadi pertanyaan yang muncul seperti yang kamu tanyakan saat itu. Terus banyak poin yang kamu tunjuk jadi aku bisa persiapkan dan jawab yang diperlukan.”

Nice, aku senang mendengarnya.”

“Pangestu, kamu nanti … setelah jam kantor kosong?”

Hm? Ada apa?”

“Nggak apa-apa. Cuma mau traktir kamu sebagai ucapan terima kasih. Kalau kamu sibuk, nggak apa-apa. Aku bisa bawain kamu bekal besok. Kamu tinggal bilang aja mau makan apa besok.”

Ada jeda panjang sejenak membuat Kaia mengira kalau pria itu sudah memutuskan sambungan telepon mereka. Namun setelah mendengar pria itu berbicara, Kaia kembali meletakkan ponselnya di telinga.

Kosong. Kamu mau traktir aku apa?”

“Kamu yakin? Kamu nggak ada jam lembur kan?”

Nggak ada. Aku pulang tepat waktu. Jadi kita bisa berangkat sama kali ini.”

“Oh… okey. Aku mau kenalin kamu ke rumah makan yang enak di dekat sini. Nanti aku beritahu alamatnya ya.”

Siap, nanti kamu tunggu saja di depan pintu lobi.”

“Okey, sampai jumpa nanti Pangestu.”

Sampai jumpa nanti juga, Kaia.”

Prabas menurunkan ponselnya dan melihat layarnya yang kembali terang. sambungan telepon mereka telah terputus tapi senyum di bibirnya tak terputus. Pria itu mengantongi ponselnya untuk kembali naik ke atas lantai sepuluh. ia sengaja mangkir dari rapat karena tidak ingin membuat Kaia merasa tidak nyaman akan kehadirannya. Dan karena rapat sudah selesai, Prabas bisa kembali ke ruangannya.

Saat tiba di lantai sepuluh, Prabas mengernyitkan keningnya melihat Kevin, asistennya tengah berbicara kepada Tio Saujana, asisten kakeknya.

“Sesuai permintaan papa, aku sudah rekam presentasinya Ai. ternyata Ai kita sudah dewasa banget. Aku sampe kaget waktu lihat Ai presentasi dengan profesional, Pa.”

Mendengar nama Kaia, Prabas berhenti di belakang Kevin juga Tio yang tak sadar akan kehadirannya. Prabas ikut melihat video presentasi Kaia.

“Siapa Ai?” tanya Prabas yang penasaran membuat Kevin dan Tio terlonjak kaget mengakibatkan ponsel Kevin di tangan Tio terjatuh bertemu lantai. Syukur untuk pelindung lapis ponselnya sehingga tak ada kerusakan apapun di sana.

“Prabas! Nggak sopan muncul tanpa bersuara seperti itu!” tegur Tio dengan santai tanpa ada hormat sekali pun.

Meskipun Tio hanyalah asisten kakek Prabas tapi pria itu merasa seperti pemilik Group Salim sendiri. Prabas yang terbiasa akan sikap kasar Tio Saujana hanya mengerlingkan matanya tak tertarik. Jika ada Tio di sini artinya kakeknya sedang menunggu di dalam ruangannya.

Ia melewati Kevin juga Tio tanpa peduli atas tatapan tajam Tio Saujana. Ia tidak mengerti tapi pria itu… pria itu benar-benar seperti sangat membencinya. Prabas tidak tahu kesalahan apa yang pernah ia lakukan selain menyiksa Kevin dengan berbagai macam pekerjaan tentunya. selain itu dirinya merasa bahwa ia sama sekali belum pernah melakukan sesuatu yang layak dibenci.

Ketika Prabas bilang benci. Itu maksudnya benar-benar benci. Seperti Prabas telah mencuri istrinya saja. Padahal kenal istrinya saja, tidak. Pria itu mengedikkan bahunya tak peduli. Jika Tio memang membencinya itu bukan urusan Prabas.

Saat ia ingin membuka pintu ruangan ia teringat sesuatu. Kaia Saujana adalah putri dari Tio Saujana.

Prabas menoleh ke belakang kemudian menunduk kecil.

“Maaf telah muncul tanpa pemberitahuan. Saya tidak akan melakukannya lagi lain kali,” ujar Prabas membuat semua orang di sana membuka lebar mulut mereka akibat terkejut. Kevin yang sudah mengambil kembali ponsel yang dijatuhkan papanya kembali menjatuhkan ponselnya saking terkejutnya akan sikap Prabas … yang meminta maaf?

“Besok kiamat kah?” tanya Kevin.

***

Baik-baik Prabas, bapaknya Ai galak hehe

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now