8

5.7K 753 42
                                    

Happy reading! Maaf ya kemarin babnya acak-acakan, tapi skearang semoga bisa kembali urut. Terima kasih...

Jangan lupa vote dan komennya yaaa ^^

***

Love at the first sight by The Brobecks

Kaia masih terkeju melihat kehadiran orang yang tak terduga.

Prabas menerima dua tiket untuk film yang sama. Kaia yang terkejut akan kehadiran Prabas, tak sadar jika pria itu juga sudah memesan dua cup minuman dan satu bucket popcorn berukuran besar. Prabas menggiring Kaia untuk berjalan bersamanya.

"Pangestu, kenapa kamu masih di sini?" tanya Kaia.

"Sudah aku bilang kan, kalau aku juga mau nonton film yang sama," jawab Prabas dengan senyumnan meyakinakan Kaia bahwa ia memang ingin menonton film.

Prabas bukanlah seseorang yang terlalu mengikuti dunia hiburan. Waktu luangnya ia gunakan untuk membaca buku atau melihat potensi pasar. Ia tidak memiliki hobi. Sejujurnya, Prabas belum pernah menonton film Mission Impossible tapi demi menghabiskan waktu bersama Kaia, ia rela berbohong. Parabas bukan orang yang pretensius, tapi ia ingin memiliki imej yang baik di depan Kaia.

Seperti makan di restoran Jepang tadi... Prabas bilang ia menyukai makanan Jepang karena Kaia suka makanan Jepang. Sebagai seseorang yang memiliki alergi ikan, ia terpaksa mengkonsumsi obat anti alergi sebelum datang tadi demi bisa menikmati hidangan sushi bersama Kaia.

It's all worth it untuk melihat wajah Kaia yang menikmati makanannya dnegan lahap.

Tapi ia akan menyimpan rahasia itu untuk dirinya sendiri. Kaia tak perlu tahu.

Mereka duduk di kursi agak belakang.Duduk bersama deretan pria yang sudah tiba lebih dulu. Prabas menarik lengan Kaia untuk bertukar tempat duduk. Biar dia saja yang duduk di samping para pria tersebut. Prabas kemudian meletakkan minuman mereka di tempat minum.

"Aku ganti ya uangnya," ujar Kaia yang merasa tak enak karena Prabas mengeluarkan banyak uang untuknya.

"Tidak usah. Anak magang kan belum punya gaji. Biar aku saja yang traktir."

"Tapi..."

"Nggak apa-apa, Kaia. lagi pula ini masih awal bulan, kami baru dapat gaji."

"Bukankah gajian tanggal dua puluh lima?" tanya Kaia.

"Oh?"

Prabas baru ingat.

"Oh... iya.. Aku bukan orang yang boros. Jadi gajiku masih banyak."

"Tapi kamu kan butuh menabung juga-"

"Shh, filmnya mau mulai," jawab Prabas setelah lampu bioskop mulai dimatikan.

Kaia menghela nafas panjang. Sepertinya ia butuh cara untuk membalas kebaikan pria itu. Jika tidak, Kaia sungguh akan merasa terbebani.

Kaia mulai tenggelam dalam alur cerita, tapi tidak dengan Prabas. Pria itu menguap merasa bosan. Ia sama sekali tidak mengerti dimana bagusnya film itu. Pria itu mengetuk-ngetuk jarinya melihat adegan tembak-tembakan yang penuh dengan kepalsuan itu. Ia melirik Kaia sejenak dan menemukan gadis itu tersenyum dengan pipi merona.

Prabas kembali melirik ke arah layar lebar. Wajah pemeran utamanya terpampang dengan sangat jelas, terlihat kotor dengan debu juga darah tapi jika melirik ke arah Kaia sepertinya hal itu yang membuat gadis itu merona. Perhatiannya tertuju pada tangan Kaia yang tengah memegangi cup minumannya yang dingin.

Melihat gadis itu yang sedang berusaha untuk memegang cup yang dingin jauh lebih menghibur. Prabas pun mendekatkan dirinya kemudian meraih cup tersebut membuat Kaia yang tengah terpesona oleh Tom Cruise terkejut.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now