27

5.6K 761 47
                                    


Happy reading! Jangan lupa tinggalin jejak yaaa... makasih banyak ^^

Prabas menepuk tangannya dengan puas. Pria itu segera bangundari kursi. Kedua tangan terbuka lebar. Kakinya berjalan cepat mengitari meja menghampiri Kaia. Namun posisi Kaia yang hanya diam di tempat membuat Prabas sadar kalau Kaia menerima tawaran untuk mengurangi utangnya sebanyak sepuluh juta, bukan menerima hubungan mereka.

Pria itu berhenti dan menurunkan tangannya karena tahu bahwa Kaia tidak akan pernah membalas pelukannya. Pria itu berdehem untuk menghapus rasa canggung yang ia rasakan.

Dengan cepat, Prabas mengubah posisinya untuk duduk di pinggir mejanya. Pria itu memberikan sebuah senyum simpul ke arah Kaia. Dengan wajah masih menghadap ke arah Kaia, Prabas merogoh saku untuk mengeluarkan ponsel.

Ting!

Sebuah pesan masuk ke ponsel Kaia. Prabas menggerakkan alisnya seraya menyuruh Kaia untuk mengecek pesan yang baru ia kirim.

Sebuah ringkasan sisa hutangnya yang telah dipotong lima juta oleh Prabas.

"Aku potong lima juta dulu sebagai down payment-nya. Sisa lima jutanya setelah hubungan kita selesai."

"Dan kapan hubungan kita berakhir?"

Prabas tersenyum getir. Ia tertawa miris akan pertanyaan Kaia barusan. Ini baru menit-menit awal mereka jadian. Tapi Kaia sudah bertanya tentang ujung hubungan mereka. Prabas menekan tengkuknya. Tiba-tiba saja ia merasa kesal.

Sungguh Kaia luar biasa. Ini pertama kalinya Prabas dibuat kesal oleh gadis itu. Satu kalimat yang mampu menghancurkan semua harapan Prabas.

"ENtah, mungkin sampai aku bosan?" jawab Prabas sambil menatap tajam gadis di depannya. Pria itu menunggu respon Kaia menantang gadis itu kembali menyatakan sesuatu yang lebih menyebalkan dari pertanyaan tentang kapan hubungan mereka berakhir.

Kaia hanya mengangguk.

"Tapi saya punya satu permintaan, pak."

"Prabas... nama saya Prabas... atau Pangestu... siapa pun... Salim juga tidak masalah... panggil saya pakai nama. Kamu pacar saya sekarang. Tidak ada orang pacaran yang memanggil pasangannya dengan sebutan bapak. Saya juga nggak kenal dengan ibu kamu."

"Tapi ini kantor, Pak."

"Terus? Toh, yang punya kantor juga kakek saya. Ada masalah dengan itu?"

Kaia mencengkram ujung jasnya dengan gugup. Apakah ini yang dimaksud dengan manipulasi kekuasaan? Ketika yang lebih berkuasa bisa melakukan apapun yang mereka inginkan sedangkan yang tidak memiliki kekuasaan apapun, hanya bisa mengikuti arus permainan yang berkuasa.

"Maaf, Prabas," ujar Kaia.

Prabas menganggukkan kepalanya puas.

"Jadi apa yang ingin kamu minta?"

"Hubungan ini... saya harap papa dan kakak saya tidak mengetahuinya. Atau orang-orang kantor lain."

"Kenapa?" tanya Prabas sambil tertawa akan permintaan absurd Kaia.

"Karena papa dan kakak belum ingin aku untuk berhubungan sampai aku lulus kuliah," jawab Kaia berbohong. Sebenarnya kakak dan papanya sudah merestui Kaia untuk memulai hubungan romansa dengan seorang pria. Namun jika pasangannya Prabas tentu mereka akan menolak. Jadi lebih baik Kaia tidak mempertemukan mereka saja.

"Oke, deal. Ada lagi?"

Kaia menggeleng. Untuk saat ini itu saja. Kaia belum pernah berpacaran sebelumnya. Tapi dari pengamatannya terhadap perilaku teman-temannya yang udah punya pacar atau kakaknya, Kevin. Mereka hanya peru bertemu dan makan bersama kan? Bukan sesuatu yang sulit, pikir Kaia.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now