14

5K 677 35
                                    

Heya! Happy reading semuanya! 

Jangan lupa tinggalin jejak yang banyak! Thank you ^^

***

Kaia menghela nafas lega. Ia sungguh bersyukur akan bantuan dari temannya. Sekarang ia sudah bisa menemukan benang merah untuk proposal ide iklan produk barunya. Ia percaya diri bahwa idenya sangat otentik. Pada rapat tim, Kaia menyampaikan ide-ide dasar dengan jalan cerita yang sudah ia susun. Ia juga bahkan jauh lebih unggulan dengan menyematkan ide penggunaan animasi untuk iklannya nanti.

Bu Martha membaca proposal Kaia dan mengangguk.

"Aku akan menerima tiga ide ini." ujar Bu Martha sambil menunjukkan proposal milik Kaia juga dua staf lain. "Nanti diperbaiki semua yang didiskusikan hari ini dan bawa lagi ke ruangan saya. Biar saya putuskan akhir minggu ini."

Kaia menerima proposalnya dengan senang. Para staf saling mengucapkan selamat dan berbagi semangat karena progres mereka sudah semakin maju. Mereka bisa menyelesaikan ini seperti tenggat waktu yang diberikan oleh manajer.

Rapat soe itu mengakhiri hari Kaia. Tepat pukul lima sore, gadis itu merapikan meja kerjanya kembali. Kaia menyimpan draft proposalnya di tumpukan berkas. Berkas itu tak dibawanya pulang karena besok Kaia akan meminta pendapat temannya lagi. Kaia pulang dengan membawa tas laptopnya.

Di lobi perusahaan tak sengaja ia berpapasan dengan kakaknya, Kevin.

"Ai!' panggil Kevin.

"Kakak? Belum pulang?" tanya Kaia sambil berlari kecil untuk lebih dekat pada kakaknya.

"Belum. Nanti kakak sama papa plang sangat terlambat. Kita ada makan malam dengan dewan direksi juga komisaris untuk membicarakan acara akhir tahun nanti. Nanti kakak pesankan makan jadi kamu nggak usah pesan lagi atau repot-repot masak, setelah itu kamu bisa langsung beristirahat."

"Okey, titip salam ke papa, ya Kak. Bilang jangan lupa istirahat."

Kevin mengangguk. Ia ingin sekali mengacak rambut adiknya tapi Kaia langsung menghindar. Kevin hanya menggeleng dan tertawa. Anak itu sangat menjaga jarak dengan kakaknya sendiri jika di kantor. Jika papanya tahu Kaia bersikap seperti ini, papanya pasti akan merasa patah hati.

Kaia berbalik sebentar untuk melambaikan tangannya dan Kevin membalas dengan senang hati.

Kaia menunggu lamuu penyberang jalan berubah menjadi hijau untuk pejalan kaki. Bersama dengan beberapa orang lain yang ingin menyeberang jalan, Kaia menyentuh rambutnya. Dua hari yang lalu, Pangestu memberikannya sebuah jepit rambut yang sangat cantik. Kaia jadi tidak tega mengenakannya. Jadi, gadis iu memilih untuk menyimpannya saja di kamar.

Saat Kaia sibuk melamun, lampu penyebrang jalan pun berubah warna. Kaia bergegas jalan bersama yang lain. Setelah sampai di seberang jalan, Kaia berjalan menyusuri trotoar untuk sampai ke halte bus terdekat yang jaraknya hanya lima puluh meter di depan.

TIN!

Gadis itu terlonjak kaget ketika sebuah mobil sedan hitam membunyikan klaksonnya di dekatnya. Mobil itu seperti pernah dilihatnya. Ketika jendela mobil diturunkan, Kaia langsung tahu siapa orangnya.

Prabas yang  kebetulan juga baru pulang untuk beristirahat melihat punggung yang sangat familiar. Dari warna tas juga rok selututnya, Pria itu langsung tahu siapa orang itu. Bidadarinya.

Prabas tak bisa menyembunyikan tawa ketika mendapati Kaia yang berjingkat kaget ketika ia membunyikan klakson. Ia membuka jendela mobil agar gadis itu bisa melihatnya.

"Selamat sore, Nona. Atas nama Nona Kaia?"

"Pangestu?" tanya Kaia bingung.

"Nona pesan grab?" balas Prabas sambil menghentikan laju mobil. Kemudian membuka pintu mobil samping dari dalam. Kaia menoleh ke kiri dan kanan kemudian masuk begitu saja.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now