26

5.5K 700 27
                                    

Terimakasih atas masukannya di bab sebelumnya! Mulai saat ini cerita Backstreet ganti nama jadi "Jangan Bilang Papa!"

Untuk covernya masih tetap biar pembaca lama nggak bingung cari cerita Ai sama Prabas.

Happy reading!!!

***

Kaia sedang duduk di meja makan bersama papa juga kakaknya. Ia menunggu keputusan keluarganya untuk tawaran yang Prabas berikan. Seno sendiri bilang bahwa ia akan menerima tawaran itu. Program magang melalui program formal adalah impian hampir semua mahasiswa akhir tingkat. 

Menuliskan pengalaman magang di salim group tentu meningkatkan kredibilitas calon pencari kerja. Seperti sebuah pemanis di Curriculum Vitae mereka.

“Sebenarnya banyak hal yang aneh di sini. Tapi kamu memang ditawarkan oleh Pak Salim sendiri untuk bergabung di program magang perusahaan. Waktu itu papa tolak karena papa tidak mau melibatkan kamu semakin dalam dengan Salim Group. Papa tidak tahu kalau Prabas sampai menawarkannya secara langsung.”

“Iya kan, Pa. Aneh banget. Sebenarnya bukan Kaia saja sih yang ditawarkan. teman nya Kaia juag ditawarkan. dan temannya Kaia langsung kasih jawaban tadi sore. Jadi sekarang pihak HR sedang urus kepindahan temannya Kaia. Prabas tunggu jawaban dari Kaia.”

“”Hm… aneh. Padahal kan Ai sama Prabas cuma baru ketemu sekali aja kan? Apa mungkin Pangestu salim minta cucunya untuk tawarin program ini juga ke Ai?’ tanya Tio yang tidak ingat Pangestu Salim kembali mengungkit tawaran program magang untuk putrinya lagi.

“Ai sendiri bagaimana?” tanya Kevin kepada adiknya yang sedari tadi diam.

“Sejujurnya… aku juga bingung. Soalnya kalau dilihat dari perspektif seorang mahasiswa, apa yang ditawarkan merupakan opportunity yang bagus. Tapi…” Kaia ragu jika Prabas menawarkan program ini hanya karena ingin berbagi kesempatan. Pria itu pasti punya maksud lain dan sejujurnya Kaia saaaaaaangaat ingin mengakhiri ini semua.

Jika saja ia tidak membuang jepit pemberian Prabas saat itu. Mungkin saja ia bisa hidup dengan tenang sekarang. 

“Tapi kalau ikut program magang formal bukannya kita belajar di setiap divisi ya, kak? Jadi aku nggak cuma magang di departemen periklanan. Aku akan digulir ke beberapa departemen lain kan?” tanya Kaia.

“Iya. Programnya seperti itu. Biar para anak magang bisa dapat pengalaman penuh dan mempersiapkan pengalaman apa pun yang dibutuhkan di masa depan. Jadi bukan cuma satu ilmu saja yang didapat.”

Kaia mengakui bahwa itu adalah pilihan yang bagus. Tapi ia khawatir karena dirinya dan Seo akan dimasukkan melalui jalur promosi Direktur langsung tanpa melalui tes dan wawancara. Apakah dirinya akan baik-baik saja?

“Sebentar biar kaka cek dulu.”

Kevin mengambil tabnya dan melihat beberapa laporan yang didapatkan.

“Untuk dua minggu depan, departemen keuangan kosong dari anak magang. Jadi kemungkinan besar kamu dan temanmu akan masuk ke sana dulu. Setelah itu kalian akan ke departemen HR dan yang terakhir di tim produksi. Ai bisa ngelakuin ini?”

“Sebanyak iu?” tanya Tio yang tak percaya bahwa jadwal anak magang sangatlah padat.

“Iya, Pa. Karena ini kan ada programnya. Bukan cuma magang untuk cari pengalaman,” jawab Kevin.

Kaia mengusap ujung piringnya dengan telunjuk. Jadwalnya jua padat. Apakah Kaia bisa melaluinya sampai akhir? Kaia melihat ke arah papanya yang terlihat tidak yakin. Kedua alis yang berkerut itu menandakan ada sesuatu yang mengganjal hatinya.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now